Laksa yang baru sampai di apartemennya, setelah menghadiri rapat pemegang saham membuka akun media sosialnya, terdapat satu pesan dari Nara yangmembuatnya bertingkah layaknya cacing kepanasan.
Sebuah foto, dimana Cleo sedikit membungkuk tengah mengenakan sepatunya. Memperlihatkan dua gundukan yang selalu menjadi pusat perhatiannya. Damn! Benar-benar Nara mengerjainya.
Cleo yang selalu ditutupinya kini malah berpakaian seperti kekurangan bahan. Cobaan apa lagi ini?!
"Besok, kamu memerintahkan Senja seperti itu lagi, aku pastikan kamu dimutasi ke Sumatera."
Ditekannya tombol send, dan secepatnya ia membuat panggilan video untuk Cleo. Perbedaan waktu enam jam membuatnya tak leluasa menelpon Cleo, mungkin Cleo sudah tertidur.
Di sisi lain, Cleo tak bisa memejamkan matanya, padahal ia tidur ditemani oleh Nara yang sudah berada di alam mimpi. Ia hanya bisa memeluk boneka ollaf yang tempo lalu dibelikan oleh Laksa. Tak ada ciuman hangat di dahinya, tak ada pelukan posesif dari lengan kekar milik Laksa, dan tak ucapan selamat malam dan pagi yang akan didengarnya.
Hari pertama mereka tak bertelpon ria seperti janji Laksa, Cleo merasa kasihan bila ia menghubungi Laksa yang pasti teramat sibuk, sedang ia juga sudah sibuk mengurus rapat dan keonaran yang dibuat haters-nya.
Cleo bangkit keluar kamarnya, mengambil segelas air. Dilihatnya Yudith belum tidur masih menekuri laptopnya.
"Belum tidur kak?" Cleo ikut duduk di samping Yudith sambil melihat apa yang dikerjakan Yudith.
"Kamu sendiri bocah, bukannya balik tidur." Yudith melepas kacamatanya, mengusap matanya lelah.
"Tidak bisa tidur, tidak ada yang elus kepala aku." Cleo mengadu dengan nada manjanya.
"Yah elah nih bocah, merepotkan dah, ya sudah bawa bantal kemari," perintah Yudith.
Cleo bersemangat mengambil bantal dan ollafnya. Ia sudah merentangkan selimut di karpet berbulu, ditemani Yudith yang memainkan ponselnya. Tangan kirinya yang bebas mengelus surai halus milik Cleo. Yudith yang selalu usil bisa bersikap hangat saat Cleo minta dimanja, anggaplah dia adik ipar. Toh Laksamana akan menikahinya, pasti.
Tak butuh waktu lama untuk Cleo jatuh tertidur, ia mencoba menghubungi Laksa. Suara di seberang sana menandakan Laksa mengangkat telfonnya.
"Ada apa?" tanya Laksa.
"Hahaha, rupanya kamu dikerjai oleh Nara. Kasihan. Nih, paarmu malah tidak bisa tidur. Gila, tanganku sampai kebas karena mengelus kepala dia."
"Sorry, sudah kebiasaan dia begitu. Dia tidak kambuh 'kan hari ini?" Nada khawatir terselip di pembicaraan mereka.
"Santai saja, Cleo bisa mengontrol kok. Ada aku dan Nara juga."
"Aku v-call deh,"
Mereka sudah saling melihat wajah masing-masing, wajah lelah Laksa tak dapat disembunyikan. Yudith mengarahkan lensa ponselnya pada sosok yang terselubung selimut tebal dengan gerakan dada yang naik turun secara teratur.
"Sudah pulas, kamu juga sebaiknya istirahat. Kamu butuh tenaga untuk menghadapui ayahmu. Apalagi dia akan mebawa anak haramnya ke sini."
"Oh, Sean? Dia masih setahun di bawah Cleo. Bukan ancaman buatku." Rencana ayahnya memang tak bisa ditebak, itu diakui oleh Laksa.
"Tapi itu ancaman untuk menggeser posisi kamu di perusahaan Nyet," celetuk Yudith yang merasa kesal.
Pembicaraan antar lelaki memang kasar, tapi herannya dua pria bisa sangat lembut memperlakukan wanitanya.
Percakapan mereka telah berakhir, Yudith segera mandi dan mengganti bajunya. Ia menggendong Cleo, memindahkannya di samping Nara yang sudah tenang. Wajah damai Nara berbeda 180 derajat bila sudah membuka mata dan berhadapan dengan Yudith.
"Good night, my darl." Ucapan yang disematkan Yudith untuk Nara sembari mengecup pelan bibir Nara.
Paginya, Nara sudah menyiapkan sarapan untuk mereka. Nasi goreng dan jus mangga, simple namun berat, begitu kata Yudith.
"Hari ini sampai jam berapa di kampus?" tanya Yudith.
"Ehm tak tahu Kak, biasa ada rapat dulu. Aku pulang sendiri saja." Cleo menjawab sambil mengunyah makanannya.
"No, kamu kabari kita! Wajib! Bisa putus kepalaku kalau membiarkan kamu pulang sendiri." Nara menjawab tegas, tak memberi toleransi untuk ini.
Mereka mengantarkan Cleo depan gerbang kampus, pakaian Cleo kali ini terbilang wajar usai Nara diancam oleh Laksa. Ia berjalan memasuki kelasnya, Tatu sudah terlebih dahulu dalam kelas.
"Ihhh, Cleo bajunya ganti lagi sudah seperti orang eskimo. Cantikan kemarin padahal," tukas Tatu.
"Abis itu aku dihukum Samudera,"
Mereka kali ini mempresentasikan tugas makalah mereka, kuliah yang tak selamanya indah. Dosen yang tak masuk bisa mendadak memberikan tugas yang berubah-ubah seperti amuba. Jam kuliah yang tak tentu sudah biasa bagi mahasiswa semester tua, begitu kata mereka.
Beruntung rapat kali ini tak sepelik minggu lalu, hanya menyelesaikan hal-hal yang belum rampung. Hanya saja, banyak staf laki-laki terus mendekatinya. Setidaknya dalam rapat organisasi tidak ada perundungan.
"Nih minum dulu." Wawan meletakkan minuman isotonik di samping Cleo.
"Makasih Wawan." Cleo tersenyum dan melanjutkan mengerjakan tugasnya.
"Kalau kamu kesulitan bilang sama kita-kita, nanti kita bantu,"
"Aku masih bisa kok." Cleo tersenyum lagi.
Pacar Laksa yang memang antik ini membuat para mahasiswa gemas dengan tingkahnya.
Wawan mengusak rambut Cleo, ia menunggui Cleo sambil mengecek jobdesknya. Sesekali melirik Tatu yang tengah tertidur.
"Temanmu pelor ya, nempel sedikit saja sudah molor." Wawan menggelengkan kepalanya, ajaib Cleo dan Tatu bisa bersahabat lama.
"Btw, besok kita survey ke salah satu NGO nih, kamu mau ikut tidak? Aku, Erlangga, dan divisi humas rencananya sih," imbuhnya.
"Boleh deh, biar aku juga tahu kondisinya."
Cleo menunggu Nara menjemputnya, ia masih duduk di dalam Aula sembari mendengarkan lagu Tae-yeon. Penyanyi k-pop sekaligus anggota girlband favorit Cleo. Ia tak menyadari ada orang yang masuk ke sana, dan duduk di dekat jendela sambil menghisap rokoknya.
Bau asap rokok yang mengganggunya membuatnya memperhatikan mahasiswa yang terlihat urakan itu.
"Kamu bisa matiin rokoknya tidak?" pinta Cleo.
"Oh sorry,tidak tahu kalau ada cewek." Lelaki itu segera menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya.
"Hm," Cleo masih memperhatikan lelaki itu yang masih terus menatap keluar jendela,
"Kamu sedang apa di sini?" tanya lelaki itu.
"Menunggu jemputan, kamu?" jawab Cleo sekenanya.
"Nunggu orang," jawab lelaki itu singkat.
Mereka sama-sama terdiam, Cleo asik berchatting ria dengan Laksa.
"Laksa kapan balik?" Suara laki-laki itu memecah hening.
"Dua minggu lagi, kamu kok tahu?"
"Siapa yang tidak tahu kalau kamu pacarnya Laksamana si wakil Mapres, dan siapa yang tak tahu kalau kamu itu wanitanya Laksamana yang sudah menjadi selebgram." Sorot mata lelaki yang tak dikenal Cleo begitu tajam.
"Hahaha iya ya, aku mah memang terkenal sih." Cleo berdiri menghampiri lelaki asing itu, ikut memandangi sosok perempuan anggun tepat lurus dengan bangunan yang mereka tempati.
"Kejar selagi mampu, tak perlu kamu bersembunyi seperti tikus yang ingin mencuri roti. Sakit hati itu susah sembuh, lebih baik berusaha dulu untuk mendapatkannya." Cleo memberikan lollipop kepada lelaki asing itu.
"Aku tak seberani itu Cleo." Lelaki itu tersenyum perih.
Cleo keluar aula, karena Nara sudah berada di parkiran.