"Sialan!" desis Laksa sambil tangannya mengepal erat dan matanya terbuka lebar-lebar begitu melihat Cleo yang berjalan santainya di ruangan pemotretan.
Bagaimana bisa Cleo mengenakan setelan pakaian yang membuat punggungnya terekspos sempurna. Dia harus menahan diri dengan keadaannya yang merangkap menjadi manajer bagi Cleo. Sedangkan Cleo tahu-tahu malah menerima pekerjaan tanpa sepengetahuannya.
Sepulangnya dari Belanda malah menemukan gadisnya berpakaian terbuka begini untuk kesekian kalinya. Seharusnya dia tak kecolongan. Gadisnya masih terlalu lugu sampai hanya mengusahakan untuk mengembangkan karirnya saja.
Rasanya ingin sekali dia menghentikan pemotretan itu. Meskipun saat ini tidak ada pria di ruangan itu karena footgrafernya tentu saja bukan pria. Namun, tetap saja dia merasa kesal.
Semua staf yang berada di sana menjaga jarak radius 5 meter dari Laksa. Mereka tahu kalau Laksa benar-benar akan marah jika Cleo sedang melakukan pemotretan aneh begini. Sungguh, mereka tak mau mendapatkan amukan dari pria itu. Bahkan jika dapat digambarkan seperti di tayangan animasi, sudah jelas telinga dan hidungnya mengeluarkan asap.
"Ya, coba kamu berbalik, agak sedikit bungkuk, luruskan kakimu. Taruh sikumu di paha, ya begitu."
Ckrek!
Ckrek!
Laksa semakin menggeram kesal. Pose kali ini menantang, nampak terlihat bagaimana Cleo menampilkan punggung putihnya. Seharusnya dia beri kiss mark saja di punggung Cleo. Seharusnya dia kurung saja Cleo di apartemennya!
Sial!
"Oke, terima kasih. Kerja bagus, sis!" teriak beberapa orang yang merasa senang karena pekerjaan mereka usai.
Laksa menyeringai.
Tangannya terkurung di saku blue jeans yang dikenakannya. Lantas dia berucap lantang, "kalau sudah selesai bisa segera tinggalkan kami bukan?"
Semua kembali sunyi senyap, lantas terburu-buru semuanya berlari keluar.
"Ah, aku lupa, ingin bertemu Ibuku."
"Aku akan makan di luar, ayo!"
"Dah …."
Semua segera mencari alasan. Tertinggal Cleo yang memandang bingung ke sekelilingnya. Apa-apaan ini?
Wanita itu semakin merinding saat melihat Laksa yang berjalan ke arahnya. Buru-buru dia ingin keuar dari ruangan itu sebelum ada yang akan menindasnya. Namun, rupanya Laksa sungguh paham pergerakan gadisnya. Bak macan yang mengintai rusa buruannya.
"Kenapa buru-buru?" tanyanya dingin sambil merengkuh pinggang Cleo,
"Ah!" Cleo memekik terkejut saat Laksa berhasil merengkuhnya erat. Tanpa aba-aba dan juga dia kini sudah berada di pelukan pria itu.
"Mau ke mana Sayang?" tanya Laksa dengan dinginnya.
Tentu saja Cleo panik, itu semua karena pakaiannya yang gila!
Dia mencari gara-gara saat pacarnya pergi sementara. Melihat mata pria itu menatapnya lapar semakin membuat dia tersudutkan.
"Euhm … Sam, le--lepas …," cicitnya.
"Ayolah, kamu tadi dengan senang hati tersenyum di depan kamera dan sekarang ingin lepas begitu saja? Kamu lupa dengan hukumanmu hm?" Laksa semakin senang saat melihat Cleo terdiam membisu.
Cleo tahu yang dimaksud Laksa.
Wajahnya pias bukan main. Tubuhnya menggigil ketakutan dan dia berbalik cepat. Memandang Laksa penuh rasa khawatir.
"Sam, aku mohon. Jangan lakukan itu hm …?" rengeknya.
Laksa menyeringai, tangannya dengan mudah menekan tubuh Cleo menempel kepadanya. Dia menyentuh wajah Cleo yang dia rindukan. Dengan riasan begini semakin membuatnya gerah bukan main. Jelas-jelas dia ingin memiliki Cleo seorang diri.
Membayangkan tubuh Cleo terpampang di sampul majalah saja semakin membuatnya mendesis marah. Dia tak suka, sungguh. Cleo bisa nakal di hadapannya, tapi hanya saat matanya bisa mengawasinya. Bukannya nakal dan terlihat di seluruh mata orang lain. Membayangkannya saja mampu membuat Laksa semakin memeluk erat tubuh Cleo sampai wanita itu terasa sesak.