Tawa kecil keluar dari bibirku. Aku menyugar rambut hitam legam itu kemudian membalas ucapannya yang terdengar kelewatan. Mana boleh dia mogok makan hanya karena kami tak bersua? Hey, mau bagaimanapun juga kan ada waktu dimana dia harus pergi keluar kota atau aku yang terpaksa mengunjungi papa.
"Kakak nggak bisa kayak gitu sekalipun ingin, aku benar-benar nggak suka waktu yang ada dan kesempatan hidup malah disia-siakan. Sekalipun kita nggak akan berjumpa nanti tolong jangan mengatakan hal buruk. Dan juga, Kak. Terimakasih karena ... berkat kakak yang tidak membuat pilihan lain aku jadi merasa benar-benar dihargai," tegasku padanya.
***
Aku menepuk dahiku. Baru ingat kalau tadi sebelum datang kemari Refi berpesan agar aku membawakannya martabak manis. Namun sudah terlanjur aku tiba di rumah, tidak mungkin kalau aku justru kembali lagi sedangkan naik motor saja belum bisa?
"Kenapa?" Kak Riki yang tengah melepaskan sepatunya itu mendongak.
