Seminggu memang jauh lebih cepat dari yang Ana duga. Wanita itu kini sudah duduk anteng di pembaringan, tentu saja dengan Sindi. Putrinya baru saja selesai membuat masalah. Sempat tadi Ana ingin menampar Sindi namun sebelum berangkat kerja justru Dimas memaksa untuk tetap bersikap biasa-biasa saja. Ana tentu saja tak begitu suka, meskipun Sindi putrinya tapi dia membuat kesalahan yang terlalu fatal kali ini.
Takut jika saja akan ada drama. Tapi wajah lempeng suaminya tadi membuat Ana diam saja saat ini. Semerbak harum bau parfum Sindi mulai menguar di kamarnya. Tadi Reno sudah berangkat juga setelah puas menghadiahkan puluhan kecupan di wajah adiknya. Uh pangerannya Rista itu kini cukup posesif. Sindi dan Reno sejujurnya sejak awal memang sama-sama saling sayang tetapi keduanya memang sering baku hantam saja.