Aku tak tahu apa gunanya menjelaskan ini semua. Namun karena ingin jadi tak masalah bukan?
"Jadi, tidur nyenyak ya sekarang. Siapa tahu waktu kamu bangun nanti ada adek kecil yang muncul begitu saja," kekehku.
Ya, aku benar-benar … berharap begitu.
Namun tak pernah aku sangka bahwa sejam setelahnya kabar baik itu benar-benar datang. Aku menangis tergugu dalam pelukan kak Riki. Dhik berbinar-binar matanya, menggemaskan sekali dia ini.
"Hey? Ayolah, mengapa malah kalian yang menangis?"
Sepertinya aku salah penggambaran, bukan diriku yang menangis namun kak Riki yang memelukku erat. Saking semangatnya Sashi bahkan rela menunda jam kerja hanya demi datang untuk memastikannya.
"Aku turut bahagia, dia baru tiga minggu," ujar Sashi memperjelas semuanya. Kak Riki terus saja berterima kasih sedangkan Dhik tak bisa berkata-kata lagi.