"Mau ngomong dimana, Ta? Bukannya kamu kemari karena ada urusan, ya?"
"Ah itu …."
"Apa sih?"
Tawa Azril membuatku langsung membuatku mencubit lengannya kesal. Kadang sikapnya ini membuatku merasa bahwa dia itu kak Riki versi masih muda, sekarang bisa saja karena faktor pernikahan dan tuntutan keadaan hingga baik aku ataupun dia sama-sama berubah tanpa diduga. Walaupun nggak sadar namun aku paham, bahwa … sifat menyebalkan yang dulu kentara hingga enggan mengajak orang lain bicara telah musnah begitu saja.
"Gimana kalau kamu makan dulu, aku masakin banyak loh," kataku sambil menatap rantang yang entah sejak kapan ada di tangannya. Mungkin karena aku sering melamun dia jadi lebih peka dengan apa yang seharusnya dilakukan.
"Kamu tuh … ah okey deh aku laper juga," balas Azril sambil tertawa geli.
