Chereads / Pernikahan Pahit / Chapter 3 - Penasaran

Chapter 3 - Penasaran

Sebuah pintu terbuka lebar.

Laura menatap ke dalam cahaya yang sangat menyilaukan. Di sebelahnya, ayahnya telah siap untuk menuntunnya menuju altar pernikahan. Di mana Christian sudah menunggunya.

Laura terlihat menawan menggunakan gaun sederhana berpotongan open bateu neckline berwarna putih gading. Menghadirkan kesan elegan dengan sentuhan modern.

Kerudung sepanjang lima meter berbahan silk tulle, menambah sempurna penampilannya. Sedangkan rambutnya tertata indah dengan hiasan mutiara berbahan platina bertabur berlian.

Gaun itu adalah gaun yang sama dengan yang digunakan oleh Luna dulu. Laura sama sekali tak keberatan tentang hal itu, karena semua sudah dipersiapkan oleh Christian. Dan Laura hanya tinggal terima jadi saja.

Dengan perlahan Laura melangkahkan kakinya menuju tempat di mana Christian berdiri. Untuk sesaat Christian terpana melihatnya, wanita itu semakin mirip dengan istrinya saat menggunakan pakaian itu.

Laura tersenyum saat langkahnya semakin dekat dengan Christian. Hari ini ia merasa menjadi wanita yang istimewa.

Rizal menyerahkan tangan putrinya kepada Christian sebagai tanda jika ia sudah memberikan tanggung jawab pada lelaki itu atas kebahagiaan putrinya.

Christian menerimanya dengan lembut. Mereka berdua lalu mengucapkan janji suci di hadapan para saksi. Dan saling menyematkan cincin sebagai bukti sakral pernikahan mereka.

Laura tersenyum menatap lelaki yang ada di depannya kini sudah resmi menjadi suaminya. Sedangkan Christian masih seperti biasa, meski tak terukir senyum di wajahnya namun tatapannya terasa begitu dalam. Dan inilah awal perjalanan cinta mereka. Benar-benar dimulai dari nol karena belum tumbuh perasaan yang dalam antara keduanya.

Astrid berada di sana, namun tidak di dalam gedung. Melainkan ia berada di luar. Rasanya sangat menyakitkan baginya untuk melihat Christian bersanding dengan wanita lain untuk kedua kalinya.

"Semoga kamu bisa bahagia Christ, aku nggak apa-apa selalu jadi bayang-bayangmu asal kamu bisa tersenyum lagi," desis Astrid ketika ia melihat Christian dan Laura keluar bersama dari gedung pernikahan dan masuk ke dalam sebuah mobil.

"Kamu nggak apa-apa, nggak tinggal lagi sama pak Rizal, emm maksudku ayah," ucap Christian saat ia melakukan mobilnya bersama dengan Laura di sebelahnya. Mereka kini sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Christian.

"Kita nggak usah bulan madu ya," kata Christian tiba-tiba. Laura menoleh ke arah lelaki itu seakan ingin bertanya kenapa, namun entah mengapa mulutnya justru berkata lain.

"Iya nggak apa-apa," jawab Laura sambil tersenyum.

"Aku masih ada deadline pekerjaan di kantor." Christian menjelaskan alasannya meskipun Laura tidak bertanya.

***

Laura melihat rumah Christian dengan seksama. Dia harus membiasakan diri tinggal di sini mulai hari ini.

"Baju-bajumu baru bisa kita ambil besok. Apa kamu nggak keberatan pakai baju mendiang istriku?" tanya Christian hati-hati. Ia takut jika Laura akan tersinggung dengan perkataannya barusan.

"Nggak apa-apa. Semua baju sama aja." Laura menerima uluran baju yang diberikan oleh Christian.

Setelah selesai mandi, Laura mematutkan diri di depan cermin. Dia menggerai rambut panjangnya berharap Christian akan menyukai hal itu.

Sementara lelaki itu masih berada di kamar mandi, Laura menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam mereka berdua. Saat dia membuka pintu lemari es, terlihat banyak bahan makanan yang tertata rapih di sana. Laura sedikit mengagumi sifat rajin suaminya.

Meskipun ia tinggal sendiri tanpa seorang pembantu. Tapi rumahnya terlihat bersih dan rapih. Padahal bisa saja dia menyewa asisten rumah tangga jika dia mau.

Christian turun dari tangga saat Laura menata piring dan makanan di atas meja makan.

"Ayo kita makan malam. Aku udah nyiapin beberapa masakan buat kita berdua. Tapi aku nggak tahu apa ini pas buat selera kamu atau nggak," kata Laura.

Christian berjalan menuju meja makan dan langsung duduk di salah satu kursi. Dengan segera Laura mengambil sendok nasi dan berniat untuk mengambilkan nasi untuk suaminya tersebut.

"Biar aku sendiri," sergah Christian lalu mengambil alih sendok nasi yang ada di tangan Laura sebelumnya. Christian melirik ke arah Laura yang terlihat kecewa.

"Maaf. Aku belum terbiasa dengan perlakuan kayak gini. Lain kali aku akan membiasakan diri," ucap Christian. Dia berharap kata-katanya bisa sedikit menghibur Laura.

"Nggak apa-apa. Aku bisa maklum kok."

Akhirnya mereka mulai makan malam dengan tenang.

Setelah selesai makan malam, dan membersihkan meja makan. Laura menyusul Christian masuk ke dalam kamar. Dan saat dia masuk, ia tak melihat suaminya ada di sana. Perasaannya gugup ketika mengingat jika saat ini adalah malam pertama mereka.

Berkali-kali Laura mengubah posisi tidurnya selama Christian masih berada di dalam kamar mandi.

*CEKLEK*

Suara pintu kamar mandi terbuka. Sontak Laura langsung membeku dan memejamkan matanya. Entah mengapa dia melakukan hal itu. Bagaimana jika nanti Christian mengira jika dia sudah tidur?

"Bodohnya aku," rutuk Laura dalam hati.

Terdengar langkah kaki Christian yang mendekat. Dia berhenti di depan Laura dan membenarkan selimutnya yang berantakan. Setelah itu dia berjalan menuju sisi ranjang sebelahnya dan merebahkan tubuhnya di sana.

Laura berharap Christian akan membangunkannya yang sedang berpura-pura tidur. Sebagai wanita normal dia tentu menginginkan sentuhan dari suaminya saat ini.

Namun sekian lama menunggu, hanya hening di kamar. Laura harus mengubur hasratnya saat lelaki itu justru mematikan lampu. Ia membuka matanya dan perlahan membalikkan tubuhnya menghadap Christian. Ya, lelaki itu sudah terpejam di sana. Dan mungkin ini semua karena Laura yang gugup dan langsung berpura-pura tidur tadi.

Laura mengetuk-ngetuk pelan kepalanya dengan tangan. Dia benar-benar menyesali perbuatannya.

"Tidurlah, aku masih banyak pekerjaan besok di kantor," desis Christian tanpa membuka matanya.

Laura sontak terkejut mendengarnya. "Ah, iya.." jawabnya pelan. Dia kembali ke posisi tidurnya dengan perasaan malu. Malam ini dia benar-benar tidak bisa tidur dengan nyenyak.

***

Keesokan harinya.

Christian sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Sedangkan Laura sedang menggoreng telur mata sapi untuk sarapan pagi ini.

"Apa dia nggak menyukaiku? Tapi kenapa dia menikahiku kalau dia nggak menyukaiku. Tapi kenapa sikapnya semalam begitu? Apa dia nggak suka wanita? Tapi kenapa dia menikahiku kalau dia nggak suka wanita? Apa dia.. biseks?" Laura terkejut sendiri dengan spekulasinya. Padahal dia yakin jika Christian bukan lelaki yang seperti itu.

Dan tiba-tiba saja tercium bau gosong dari penggorengan yang ada di depannya. Dengan panik dia mengangkat penggorengan itu dan tidak sengaja mengenai lengannya.

"Aww!" Laura langsung menjatuhkan penggorengan itu.

Christian lalu menghampirinya dan menjauhkan penggorengan itu dari sana. Lelaki itu kemudian mengambil kotak p3k dan mulai mengobati luka bakar pada lengan Laura.

"Kamu mikirin apa? Kenapa pagi-pagi udah nggak fokus?" tanya Christian tanpa menatap wajah Laura. Sedangkan yang ditatap hanya diam saja melihat perlakuan manis dari suaminya tersebut. Meskipun wajahnya tetap dingin seperti biasanya.

CUP!

Laura tiba-tiba mengecup pipi Christian. Membuat lelaki itu sejenak berhenti melakukan kegiatannya. Hal itu membuat Laura semakin penasaran dengan reaksi dari Christian.