Viika memeku di tempatnya berdiri.
"Kenapa?"
"Aku gak tahu, dan mereka mau jodohin aku sama perempun lain."
"Dan kamu nerima gitu aja? kamu gak mau perjuangin aku?" Vika menjadi emosi saat Rian pasarh saja dijodohkan oleh orang tuanya.
"kamu pikir selama ini aku gak mencoba perjuangin kamu? Aku udah nyoba. Bahkan aku ikut pertukaran pelajar karena itu permintaan papapku. Dan aku pikir jika aku menurut, papaku bakal nerima kamu. Tapi enggak. Dan lagi—kamu malah pacarana sama cowok lain waktu aku lagi gak ada."
Viak terkejut mendengarnya. Bagaimana Rian bisa tahu mengenai hal itu?
"Kamu—tahu itu Yan?"
"Iya aku tahu. Kenapa? Kamu kaget? Sebanyak itu aku mencoba Vika. Tapi semua gak berjalan sesuai yang kita harapkan."
Vika mengenggam tangan Rian lagi.
"Maafin aku Rian. Aku gak mau putus sam kamu. Aku mohon."
Pukul sepuluh malam mama Dea mengetuk pintu kamar anaknya tersebut.
"Kamu udah tidur Dea?" tanyanya.
"Belum ma. Kenapa?" tanya Dea yang saat ini masih membaca buku.