"Jawab pertanyaan aku Rin."
"Itu—dia kok yang ngasih buat aku. Katanya aku pasti lebih pantes pakenya daripada dia," jawab Ririn yang tentu saja berbohong.
Dafa tersenyum sinis.
"Kenapa kamu menginginkan baju seragamku? Kamu mau jampi-jamliin aku?"
"Eng—enggak kok Daf!"
"Sayang itu gak akan mempan buat aku Rin. Jadi ambil aja. aku ke sini cuma mau bilang sama kamu, jangan pernah ganggu Dea lagi. Jangan pikir aku gak tahu kalau kamu yang udah numpahin kuah bakso di baju seragam Dea. Aku diem karena aku hargain kamu pernah aku sukai. Tapi semakin lama kelakukanmu bener-bener gak bisa ditolerir Ririn."
Ririn diam saja mendengar betapa Dafa membela gadis biasa itu. Padahal tak ada yang spesial darinya.
"Apa kamu menyukai gadis itu?"
Dafa tersenyum sinis.
"Mau aku suka sama Dea atau enggak, itu bukan urusan kamu." Dafa kemudian meninggalkan Ririn yang masih membeku di tempatnya berdiri. Memandang gamang ke arah laki-laki yang masih sangat disukainya tersebut.
