Baca bab ini sebelum bab 118
Malam itu, Sarah merasakan hidupnya terasa sepi. Sejak dia pergi keluar pulau seperti sekarang. Meninggalkan Daniel tanpa pamit pada lelaki itu dulu.
Apa dia kecewa? Mungkin saja. Tapi dia mengelak dan tidak mau mengaku bagaimana perasaannya yang sebenarnya pada Daniel.
Sarah duduk di meja rias. Berkaca pada wajahnya yang sudah tak lagi muda. Dia masih cantik memang, tapi masalah umur tentu saja tak bisa ia sembunyikan.
"Cahaya," gumamnya. Ia kerap menyebut nama perempuan itu akhir-akhir ini.
"Apa dia cantik?"
Ponsel di sampingnya bergetar, nama Daniel muncul. Ia ingin mengabaikan tapi fisaratnya mengatakan ingin mengangkat telepon dari suaminya itu.
"Kenapa?"
"Aku ada di lobi hotel. Kamu gak mau turun nemui aku?" tanya Daniel.
Sarah diam. Mana mungkin lelaki itu ke sana saat ini hanya untuk menemuinya.
"Sarah?" Panggil Daniel. Wanita itu tersadar.
"Tunggu bentar—tapi kamu gak bohong kan?"
Terdengar suara terkekeh dari ujung telepon.