Daniel sudah kehilangan sedikit kewarasannya. Ketika dia berpikir untuk menunggu Cahaya sampai pulang lembur malam ini. bahkan dia membelikan dua cangkir kopi untuk Cahaya dan juga Tiwi sebagai sogokan agar wanita itu tidak mengatakan apa yang sedang dilakukan Daniel saat ini.
Tiwi melirik ke arah Cahaya. "Ini gak salah, kan?" tanya Tiwi dengan berbisik.
"Apanya?"
"Kalian berdua—pacaran?"
Cahaya diam. Tak menjawab pertanyaan dari Tiwi. Percuma juga, sebab dia tahu kalau mengatakan jika dia pacaran dengan Daniel juga hanya akan membuatnya dihujani ceramah oleh Tiwi.
"Gak kok."
"Terus pak Daniel lagi ngapain di sini? Jualan mendoan?"
**
Cahaya tak mendapati ayahnya ada di dalam kamar kosnya. Apa dia sudah pulang, tapi kok tidak mengatakan apa apa pada Cahaya.
"Ayah kamu udah balik?" Daniel masuk, bertanya ketika tidak melihat ayah Cahaya ada di mana mana.
"Kayaknya sih." Cahaya merogoh ponselnya, mengisi daya sebentar kemudian menyalakannya.