"Aaaarrggghhh!!" Daniel mereka tidak rambutnya. Belum hilang rasa sakitnya saat melihat pernikahan Celline tadi.
Kini dia harus memilih di antara kedua wanita ini yang sama-sama dalam posisi yang tidak menguntungkan bagi Daniel.
Seandainya saja tubuhnya bisa dibagi dua mungkin ini tidak akan masalah. Tapi itu kan tidak mungkin?
"Oke, aku harus memutuskannya."
***
TOK TOK TOK
Pintu kosan Cahaya terdengar ada yang mengetuk.
"Itu pasti Daniel," gumam Cahaya.
Wanita itu lantas memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidurnya. Meskipun saat ini kepalanya masih terasa sangat pusing.
Tapi Cahaya tidak mau kalau sampai Daniel menunggunya terlalu lama hanya untuk membuka pintu.
Sebelum keluar, Cahaya melihat ke arah cermin dan merapikam rambutnya yang sedikit berantakan. Dia tersenyum ke arah cermin itu kemudian berjalan menuju pintu.
"Dan–" Senyum Cahaya memudar ketika yang dia lihat bukanlah Daniel. Melainkan Tiwi, teman satu angkatannya di kantor.