'Tidak peduli seberapa besar penyesalanku, aku tidak akan bisa mengembalikan waktu. Vano, maafkan aku. Satu-satunya yang kuanggap berharga dari hidupku yang menyedihkan ini sudah kuberikan tanpa sengaja pada orang lain. Tidak ada yang tersisa, tidak ada kebaikan di diriku yang bisa membuatmu bahagia,'
Dari dalam mobil yang baru saja berhenti, Cheery memandang pria yang sudah lima tahun mencintai dan dicintainya itu. Wajah yang begitu bahagia menyambut kedatangannya saat ini.
Vano berlari kecil dengan senyumnya yang merekah bak bunga di musim semi. Dan hal itu yang semakin membuat Cheery menumpuk rasa sesal dan bersalah.
'Bahkan, untuk menunjukkan wajahku padamu saja aku malu,' lirih batinnya menangis.
Namun, dengan segera, Cheery merubah raut wajahnya menjadi tersenyum saat Vano mendekat dan membukakan pintu mobil untuknya.
Baru saja Cheery keluar dari mobil, tubuhnya sudah melayang karena dipeluk Vano sambil berputar.
Begitu bahagia Vano saat melihat Cheery, kekasih yang dirindukannya sejak lama ada di hadapannya. Seakan tidak ingin melepaskan tubuh Cheery yang terasa nyaman, Vano tidak peduli ada di mana mereka saat ini.
"Sayang, aku begitu merindukanmu. Rasa bahagia ini begitu meledak hingga aku tidak mau melepaskan pelukan ini,' ucap Vano di telinga Cheery.
Air mata lolos mengalir di wajah cantik Cheery yang terus memendamkan wajahnya di dada bidang Vano.
"Ya, aku juga sangat merindukanmu, Vano. Aku begitu rindu, hingga rasanya memelukmu seperti ini adalah hadiah yang tidak pantas kudapatkan," balas Cheery sambil menangis.
"Hei, kenapa menangis? Aku sudah di sini dan kita tidak akan berpisah lagi setelah ini. Malam ini aku akan mengumumkan pernikahan kita. Bahagialah, Sayang. Kita akan menjadi satu," ucap Vano menenangkan.
"Ya, aku begitu bahagia. Aku mencintaimu, Vano," balas Cheery yang semakin memeluk erat seakan setelah ini dirinya tidak akan lagi merasakan kehangatan Vano.
Menjadi seorang istri yang dicintai seorang pria adalah hal yang paling indah dalam kehidupan seorang wanita. Apalagi menjadi istri dari seorang Devano Arta Wiguna.
Pengusaha muda mandiri yang sebentar lagi akan diumumkan menjadi pewaris tunggal kekayaan keluarga Wiguna.
Tentu saja, banyak wanita muda yang berlomba-lomba mendapatkan perhatian Vano agar terpilih menjadi pendampingnya. Namun sayang, cinta Vano hanya milik Cheery seorang sejak mereka masih di bangku sekolah.
Dan cinta itu begitu berat dirasakan Cheery saat ini. Dosa yang tidak sengaja ia lakukan telah menghancurkan segalanya. Cheery tidak lagi memiliki keberanian dan pengharapan apapun saat suatu hari nanti dirinya akan menerima kebencian Vano.
***
Begitu megah pesta yang diadakan keluarga Wiguna malam ini untuk menyambut kepulangan Vano setelah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri.
Banyak pengusaha-pengusaha terkenal ibu kota berkumpul secara berkelompok, hingga dapat menjelaskan status mereka.
"Terima kasih atas kehadiran para tamu undangan yang tidak dapat saya sebut satu-persatu namanya. Saya selaku kepala keluarga Wiguna akan mengumumkan penyerahan usaha yang keluarga Wiguna kelola selama ini kepada putera tunggal kami, yaitu Devano Arta Wiguna!"
Setelah ucapan Tuan Wiguna, semua orang bersorak-sorai mengucapkan selamat kepada Vano dan juga kepada keluarga Wiguna karena telah memiliki pemimpin perusahaan yang baru.
Kemeriahan belum usai, namun Tuan Wiguna kembali bicara dan mengumumkan sebuah berita lagi.
"Dan lagi, hari ini adalah hari yang bahagia untuk putera kami. Karena Devano akan melangsungkan lamaran dengan puteri dari keluarga Dewari, yaitu Cheery Natalia Dewari!"
Kembali para hadirin mengucapkan selamat serta tepuk tangan yang meriah pada Vano dan Cheery yang mulai hadir di depan aula pertemuan tersebut.
Decak kagum pada keduanya tidak bisa dihindari. Vano terlihat sangat gagah dengan ketampanan yang sempurna. Sedangkan Cheery juga terlihat anggun mempesona dengan perawakannya yang lembut.
Namun, di setiap pujian pasti terselip kalimat tidak mengenakan, dan itu dapat terdengar di telinga Cheery.
Cibiran yang terdengar oleh Cheery adalah tentang asal-usulnya yang merupakan sebuah aib besar yang tidak bisa dibendung. Namun, hal itu sudah menjadi rahasia umum kalau nyonya Lisa melahirkan Cheery tanpa suami.
Banyak pendapat yang mengatakan kalau saja tetua keluarga Wiguna tidak mendapatkan bantuan finansial dari tetua keluarga Dewari di masa lalu, maka tidak akan ada hari di mana Vano menikah dengan Cheery.
Namun, tidak bagi Vano. Ia mencintai Cheery dengan sepenuh hati dan segenap jiwa. Dia tidak peduli, bahkan menutup mata dan telinga tentang status Cheery yang tidak jelas siapa ayahnya. Yang Vano inginkan dan pedulikan hanyalah kebahagiaan Cheery. Hal yang lain tidaklah penting.
Rengkuhan erat yang melingkari pinggang Cheery membuyarkan kesedihannya setelah mendengar bisikan hinaan dari para tamu yang tidak menyukainya.
Cheery menatap senyuman Vano untuknya.
"Jangan dengarkan orang lain. Yang menikah denganmu itu aku. Jadi, cukup dengarkan aku yang akan selalu mencintaimu sampai kapanpun!" bisikan cinta Vano ucapkan di telinga Cheery hingga dirinya tersenyum bahagia.
"Hadirin sekalian! Di hadapan semua orang yang ada di sini, aku, Devano Arta Wiguna, akan mengikat cintaku pada Cheery Natalia Dewari, wanita yang selama ini kusayangi. Ia akan menemaniku hingga kami menua. Wanita yang akan menjadi ibu dari putera-puteriku kelak!" ucap lantang Vano di hadapan semua orang.
Di hadapan Cheery, Vano setengah berjongkok dengan topangan satu lututnya sambil memegang tangan sang kekasih.
"Cheery, bersediakah kamu menjadi istri yang selalu menemaniku dalam sedih dan bahagia selamanya?" tanya Vano serius seraya mengecup lembut buku jari Cheery.
'Aku tidak pantas, Vano! Aku kotor! Bagaimana mungkin kamu akan menerimaku yang hina ini?' batin Cheery menangis.
Namun, dirinya begitu mencintai Vano hingga bibirnya sulit mengatakan penolakan yang pada akhirnya, persetujuanlah yang keluar dari sana.
"Ya, aku bersedia," jawab Cheery dengan linangan air mata.
Kebahagiaan menyeruak di hati Vano. Ia berdiri senang, lalu memakaikan cincin permata di jari manis wanitanya tersebut.
Sesaat memandang dan menghapus air mata di wajah cantik Cheery, Vano mengecup bibir kekasihnya di depan semua orang.
Tanpa malu, ia menunjukkan cintanya yang begitu besar pada kekasihnya itu. Seakan kemenangan sempurna jatuh padanya setelah Cheery menerima lamarannya.
Lalu, apa yang Cheery rasakan saat ini? Perasaan berat dan bersalah menutupi kebahagiaannya setelah menerima lamaran sang kekasih.
Bukan air mata kebahagiaan yang mengalir, melainkan rasa bersalah karena telah menipu Vano dengan kenyataan yang tidak dapat ia sebutkan saat ini.
Berharap semuanya akan baik-baik saja hingga di hari pernikahannya kelak, Cheery memutuskan untuk diam dan mengubur kesalahan fatal yang dialaminya tanpa sengaja malam itu.
Di tengah kemeriahan dan kebahagiaan mereka, ada sepasang mata yang Vano dan Cheery dengan tatapan dan senyuman sinis.
'Tidak akan kubiarkan kamu bahagia dan menjadi istri Vano semudah itu, Cheery. Kita lihat saja nanti!' ucapan hati seorang wanita yang sedari tadi memperhatikan kebahagiaan Cheery dan Vano.