Chereads / CINTA PUTRI MAFIA DAN CEO / Chapter 5 - MENGAKHIRI HUBUNGAN

Chapter 5 - MENGAKHIRI HUBUNGAN

"Vano tidak ingin meninggalkan Cheery. Puterku benar-benar mencintai anakmu! Tapi, aku sangat tahu, putera kami tidak menginginkan bayi yang Cherry kandung. Apa dengan menggugurkan bayi haram tersebut belum cukup membuat kalian berterima kasih karena Vano masih ingin melanjutkan pernikahan ini?!" tanya ibu Vano sambil membentak nyonya Lisa.

"Apa aku mengandung? Mama, tolong jawab aku!" pinta Cherry pada sang mama.

"Cheery?" balas mamanya yang hanya bisa memanggil namanya lirih.

Bukan hanya Nonya Lisa yang menjawab, tapi juga mamanya Vano yang mendekati Cheery.

"Karena kamu sudah bangun, jadi, mari kita bahas statusmu saat ini! ucap mama Vano, "Sekarang pilihlah, kamu akan tetap mempertahankan putera kami dengan menggugurkan bayi haram yang ada dikandunganmu itu? Atau pelihara anak harammu dan pergilah menjauh dari kehidupan Vano!" sambungnya lagi.

"Nyonya, apa sekarang waktu yang tepat bertanya seperti itu? Bahkan Cheery saja belum tahu dengan jelas, apa yang terjadi padanya!" ucap Nyonya Lisa menginterupsi.

"Tentu saja! Aku harus memperjelas kesalahan puterimu yang telah bermain gila di belakang anakku!" tegas mama Vano yang membuat nyonya Lisa terdiam.

Sementara itu, Cheery sendiri tidak bisa menyangkal apapun saat ini. Meski kenyataannya sudah jelas, kalau ia tengah mengandung bayi hasil hubungan satu malamnya dengan pria yang tidak ia tahu.

Cheery mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk bicara.

"Apa aku harus memilih, Nyonya? Apa aku tidak bisa melahirkan anakku dan membesarkannya bersama Vano?" tanya Cheery dengan wajah tertunduk.

Plak!

"Wanita serakah! Kurang ajar dan tidak tahu malu! Bagaimana mungkin kamu berani bertanya seperti itu padaku?! Nyalimu sudah begitu besar atau kamu sudah merasa derajatmu tinggi, hah?!" bentak mama Vano setelah menampar Cheery.

"Mama?!" bantak Vano yang baru saja datang dan melihat mamanya menampar Cheery sambil menghina kekasihnya.

"Sebaiknya Mama pulang! Aku dan Cheery harus membicarakan hal ini berdua saja!" ucap Vano tegas.

Mama Vano langsung pergi dengan membawa kekesalan karena Vano terlihat lebih memilih Cheery, meski Cheery sudah melakukan kesalahan yang amat fatal.

Mama Lisa juga ikut keluar dari kamar rawat Cheery untuk memberikan waktu berdua pada mereka guna menyelesaikan masalah mereka saat ini.

Vano mendekati Cheery yang menangis sambil memegangi pipinya yang terasa sakit.

Vano memegangi tangan Cheery agar membuka wajahnya yang jelas terlihat memar.

"Apa sangat sakit?" tanya Vano lembut sambil tersenyum, meski senyuman itu begitu menyiksanya, "Aku akan kembali dan membawa alat kompres untuk pipimu!" lanjutnya sebelum berbalik dan hendak bangkit.

Namun, Vano terhenti saat tangannya ditarik Cheery dari belakang.

"Vano, mari kita akhiri hubungan ini!" ucap Cheery dengan nada tenang sambil menatap Vano.

Bak disambar petir, Vano kaget dan memaksa matanya untuk terbuka lebar.

"Apa maksudmu, Cheery? Bagaimana kamu bisa mengucapkan permintaan bodoh seperti ini?" tanya Vano dengan nada bicara yang terdengar tenang dan terlihat masih mencoba menguatkan hati dan dirinya.

"Seperti yang dikatakan mamamu tadi. Kita harus berpisah dan mengakhiri hubungan ini. Aku tidak ingin serakah karena terus ingin bersamamu," ucap Cheery lagi.

"Tidak! Aku tidak setuju! Jangan bicara tentang kalimat bodoh seperti itu, Sayang!" pinta Vano, "Meski jujur, aku sangat kecewa padamu, karena kamu menghianatiku dan mengandung bayi pria lain di belakangku. Tapi aku masih dapat menerimamu karena aku sangat mencintaimu. Aku tidak dapat hidup tanpamu, Cheery. Semuanya masih belum terlambat. Kita akan mengulangi hubungan kita dari awal lagi seperti dulu," lanjut Vano membujuk Cheery dengan lembut.

"Tapi, kenyataannya tidak semudah dan seringan yang kamu bayangkan, Vano! Aku mengandung dan anak ini bukan milikmu!" Cheery menjelaskan, "Maaf. Maafkan aku , Vano!" lanjutnya meminta maaf.

"Cheery?" sebut Vano lirih.

"Sekalipun bukan dari desakan keluargamu atau dirimu sendiri, aku tetap tidak dapat bersamamu, Vano. Aku wanita yang telah rusak yang tidak pantas kamu cintai. Lepaskan aku, dan mari kita akhiri hubungan ini. Dan dirimu bisa meraih kebahagiaan bersama wanita lain yang lebih baik!" pinta Cheery.

"Tidak bisakah kamu mengubah pendirianmu dan tetap di sisiku? Aku tidak bisa hidup tanpamu, aku sangat mencintaimu, Cheery!" Vano kembali membujuknya.

"Aku juga sangat mencintaimu. Tapi, diriku terlalu kotor untuk bersamamu! Dan lagi, aku tidak akan mengorbankan bayiku untuk kebahagiaanku sendiri. Bayi ini suci, yang kotor adalah orang tuanya. Jadi, kumohon, Vano. Tinggalkan aku dan turuti keinginan orang tuamu. Maka kamu akan bahagia!" Cheery menjelaskan agar Vano menyetujui keinginannya.

"Apa karena kamu begitu mencintai ayah dari bayimu?" tanya Vano dengan nada datar.

'Seandainya aku tahu siapa ayah dari bayiku, Vano. Maka aku tidak perlu membohongimu saat ini,' batin Cherry lirih.

"Ya, anggap saja begitu bila itu membuatmu mudah untuk meninggalkanku!" jawab Cheery dengan kebohongan yang tegas.

Vano terdiam dan tidak lama kemudian Vano tertawa bak orang karasukan. Terlihat jelas dari tawa paksanya yang mengandung kesakitan, kebencian, serta kekecewaan yang besar. Diiringi dengan air mata yang meleleh di wajahnya.

"Jadi, begini akhirnya? Aku yang mencintaimu selama lima tahun perjalanan kita, harus tersisih dan kalah oleh pria bajingan yang menghamilimu, huh? Baik. Aku akan pergi seperti keinginanmu!"

Vano mulai berjalan menjauh meninggalkan Cheery. Namun, tepat di depan pintu, Vano berbalik menoleh pada Cheery lagi.

"Selamat tinggal, Cheery. Kuharap, saat aku melihatmu lagi suatu hari nanti, hidupmu akan lebih baik bersama pilihanmu. Walau sebenarnya aku sangat mengharapkan penyesalanmu yang meninggalkanku dan mengusirku pergi dari hatimu sekarang! Selamat tinggal. Aku membencimu, Cheery!" ucap Vano untuk terakhir kalinya sebelum benar-benar pergi.

Air mata Cheery lolos bersamaan dengan menghilangnya bayangan Vano dari pandangannya.

'Andai kamu tahu, Vano. Aku tidak pernah berubah sedikitpun. Aku tidak pernah menghianati cinta kita. Aku selalu mencintaimu sepenuh hatiku. Tapi, apa dayaku melawan nasib yang digariskan Tuhan pada kita saat ini?' ucap Cheery dalam hati sambil menangis dan meratapi perpisahannya.