'Cherry, maaf. Secara tidak langsung, akulah penyebab penderitaan hidupmu,' batin Sania berasa bersalah.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan di sini? Apa kamu benar-benar ingin mencari pekerjaan seperti rencana yang kamu katakan padaku waktu itu?" tanya Sania saat teringat ucapan Cheery yang ingin mencari pekerjaan yang upahnya lebih tinggi untuk menghidupi keluarganya.
"Ya, aku akan mencari pekerjaan. Apapun akan kulakukan. Setidaknya, upah minimum di kota seperti ini jauh lebih besar dibanding saat aku bekerja di desa, walau pekerjaanku terbilang mapan di sana. Tapi upahku masih kurang. Dan lagi, Keanu harus sekolah!" jelas Cheery.
"Tapi, bagaimana dengan Kak Vano? Bagaimana kalau dia menemukanmu kembali ke sini?" Sania mencoba bertanya dan mengulik perasaan Cherry tentang Vano.
"Tidak akan. Aku tidak akan menunjukkan wajahku padanya. Dia tidak akan menyadari kalau aku kembali ke sini. Aku sudah memiliki Keanu dan hidupku tidak memerlukan apa-apa lagi. Kenangan indah bersamanya sudah kukubur bersama masa lalu," terang Cheery dengan nada lemah.
"Kamu masih mencintai Kak Vano?" tanya Sania lagi.
"Cinta?" Cheery bertanya balik, "Apa aku pantas mencintai dan dicintainya? Mungkin dulu aku begitu sedih karena meninggalkannya untuk bayiku, tapi setelah melihat wajah Keanu, aku perlahan mengikhlaskan sakit karena meninggalkannya dan berubah menjadi kebahagiaan bersama Keanu. Tidak ada yang kuinginkan selain kebahagiaan anakku, San!" sambungnya.
"Lagipula, Vano mengatakan kalau dia membenciku sebelum dia pergi waktu itu. Dan aku cukup tahu diri untuk menghilang dan tidak menunjukkan wajahku di hadapannya. Jadi tolong bantu aku, jangan beritahukan padanya kalau aku kembali ke sini!" lanjut Cheery berucap.
'Penderitaanmu sungguh berat, Cheery. Aku semakin percaya, kalau kamu tidak mengharapkan Kak Vano lagi saat ini. Baiklah, aku akan membantumu mencari pekerjaan sebisaku!' ucap mantap Sania dalam hatinya. Setelah menyakinkan dirinya bahwa Cheery bukanlah ancaman untuknya mendapatkan hati Vano.
Keduanya terdiam dan setelah itu Sania berucap saat sebuah ide melintas di benaknya.
"Cheery! Aku baru ingat!" ucap Sania yang sedikit mengagetkan Cheery yang melamun.
"Apa? Harta karun tersembunyi mendiang kakek, hum?" tanya Cheery penasaran.
"Apa di pikiranmu saat ini hanya uang? Mana mungkin ada hal yang semacam itu! Dasar konyol!" rutuk Sania pada sepupu sekaligus sahabatnya itu.
"Lalu apalagi yang harus kupikirkan selain uang, hah? Aku sedang butuh uang saat ini, Sania! Uang tabunganku menipis karena telah membeli rumah ini!" jawab Cheery tanpa keberatan mengakui kebutuhannya tentang uang.
"Ya ya ya! Sudah cukup ceritanya! Sekarang dengarkan aku! Besok bersiaplah datang ke kantorku dengan penampilan terbaikmu. Aku baru ingat, jabatan sekretaris direktur sudah kosong selama dua hari ini. Kalau kamu beruntung, akan kupastikan gajimu akan lebih dari cukup membiayai kehidupan kalian sehari-hari!" Sania berucap mantap saat menjelaskan pada Cheery.
"Benarkah? Apa kamu tidak bohong padaku?" tanya Cheery heran, dan langsung diberi anggukan kepala Sania, "Wah! Kalau begitu, berapa kira-kira gaji yang akan aku dapatkan bila bekerja di perusahaan tempatmu bekerja nanti?" lanjutnya bertanya.
"Tiga puluh lima juta dalam satu bulan! Belum termasuk kalau kamu bisa melewati masa training selama tiga bulan pertama! Karena peraturan perusahaan kami yang begitu ketat, maka tidak jarang pekerja baru langsung angkat kaki dari sana!" jelas Sania lagi.
"Tiga puluh lima juta?! Itu gila! Bagaimana mungkin gaji seorang sekretaris sebesar itu, Sania? Kamu jangan membodohiku!" umpat Cheery yang merasa aneh dengan penjelasan Sania.
"Terserah padamu! Aku tidak memaksa. Lagipula, bayaran sebesar itu terbilang wajar untuk perusahaan sebesar Heldana Corporations! Apa kamu tidak memiliki televisi, hah? Rata-rata artis ibukota berasal dari perusahaan tempatku bekerja, Cheery! Dan masih banyak sektor industri yang mereka kelola! Jadi, wajar saja bila tenaga sekretaris yang dapat diandalkan oleh direktur untuk membantu kesibukan sebanyak itu mendapatkan upah tinggi!" Sania menjelaskan lebih detail.
Cheery terdiam sejenak sambil mencubit dagunya sendiri seakan sedang berpikir.
'Hmm, upah sebesar itu memang wajar untuk sekelas Heldana Corporations. Aku juga tahu dan sering mendengar nama perusahaan raksasa seperti Heldana Corps saat aku menangani tender di perusahaanku sebelumnya. Hmm, baiklah! Mari kita coba! Tidak ada yang gratis di dunia ini, Cheery!' batin Cheery berdiskusi.
"Baiklah, Sania! Aku akan mencoba menerima tawaranmu dan mencoba melamar kerja di Heldana Corporations! Berikan aku persyaratannya!" Cheery berucap mantap.
"Oke! Nanti akan kukirimkan ke emailmu!" jawab Sania senang.
'Maaf, Cheery! Setidaknya dengan cara seperti ini, aku bisa menebus kesalahanku padamu di masa lalu. Bersemangatlah, Cheery! Aku akan mendukungmu!' batin Sania senang.
***
Sementara itu, malam hari di kantor Heldana Corporation…
"Sayang! Cepatlah selesaikan pekerjaanmu! Ini sudah terlalu malam!" rengek seorang wanita seksi bernama Mona.
Mona Sanjaya, itulah nama lengkap dari wanita cantik di hadapan Trian yang sudah terlihat bosan menunggu sang tunangan.
"Pulanglah! Aku tidak menyuruhmu menungguku! Lagipula bukankah pekerjaanmu sudah selesai sejak sore tadi?" ucap Trian tenang dan seakan terdengar malas.
"Aku ingin menunggumu! Aku kira kalau aku menunggumu, maka kamu akan menutup laptopmu dan pulang bersamaku!" jawab Mona manja, "Trian! Kita sudah setengah tahun bertunangan, tapi tidak sekalipun kamu mengajakku berkencan! Bagaimana kita bisa mendekatkan diri kalau kamu hanya menyibukkan dirimu dengan pekerjaan setiap hari?" lanjutnya merengek.
"Ya, kamu benar! Kita sudah bertunangan selama enam bulan. Dan selama itu juga, tidak ada orang yang ingin menjadi sekretarisku dalam waktu yang lama karena kecemburuanmu! Apa masih perlu kuperjelas untukmu, hah?!" tanya Trian yang sudah jengkel.
Tidak salah kalau Trian membalikkan rengekan Mona dengan kekesalannya. Pasalnya, semenjak orang tua Trian menjodohkan Trian dengan Mona, putri keluarga Sanjaya, hidupnya yang sudah sesak karena desakan orang tuanya untuk segera menikah, semakin sesak dengan ulah Mona.
Mona yang juga bekerja sebagai manager pada salah satu departemen di Heldana Corporations, mendeklarasikan statusnya sebagai calon nyonya besar Heldana Corporation yang akan datang.
Seakan Mona memonopoli kehidupan Trian. Seperti, saat Trian menerima sekretaris wanita, ia selalu mencari-cari kesalahan wanita tersebut dan setelah itu memecatnya.
Wanita mana yang sanggup menghadapi hidup seperti itu? Tiga puluh lima juta-pun tidak sebanding rasanya bila harus merasakan lelahnya bekerja mendampingi direktur utama dan masih harus dicurigai sebagai perebut lelaki orang lain. Siapa yang tahan?
"Maaf, Sayang! Bukan maksudku membuatmu kesusahan! Aku hanya cemburu melihatmu berduaan dengan wanita lain lebih lama dari pada denganku, meskipun kalian sedang bekerja! Aku terlalu mencintaimu, Trian!" permintaan maaf Mona terucap.
"Sudahlah! Untuk apa permintaan maaf itu kamu ucapkan lagi? Maaf mu yang seperti itu sudah puluhan kali kudengar!" jawab Trian malas, "Carikan saja aku sekretaris baru sesuai seleramu. Jadi, kamu tidak perlu mencurigaiku lagi. Aku benar-benar kelimpungan bekerja sendiri seperti ini!" lanjut Trian mengeluh.
"Kenapa tidak aku saja yang menjadi sekretarismu? Aku bisa membantumu, Sayang!" tanya Mona manja.
"Dan saat orang tuaku melihatmu kelelahan, aku akan dibunuh mereka? Itu maumu, hah?" jawab Trian dan membuat tunangannya terdiam.
"Hmm, kamu benar. Aku akan mencarikan sekretaris yang bagus untukmu, Sayang!" ucap Mona pada Trian, 'Yang tentunya tidak akan membuatku cemburu padamu!' lanjutnya dalam hati sambil tersenyum licik.