Noni menuang bubur kacang hijau yang sudah dimasaknya dua jam yang lalu, ke dalam tiga mangkok. Masing-masing duduk di kursi dengan rapi seperti anak TK yang dijatah makanan dari sekolah setiap hari Sabtu. Dulu aku seperti itu.
Aku mendorong mangkok ke hadapan masing-masing, minuman teh hangat yang baru kubuat masih belum dituang ke dalam gelas. Biarkan saja di dalam teko, supaya tetap panas. Semua sudah berkumpul di sini, di dapur rumah Noni. Sari tetap menjadi si tukang terlambat.
"Sorry guys, gue terlambat. Tadi pas mau keluar ada telepon dari mertua,"
Sebuah kata sambutan yang tidak diharapkan. Padahal tidak satu pun dari kami yang bertanya. Kami sudah lama tidak berkumpul secara lengkap, walaupun sekadar berkomunikasi di chatting. Mengherankan.
Kini, anggota Genggas bertambah satu orang. Anak kecil yang tidak bisa ditinggalkan karena perintah kakeknya, Arin.
"Ngomong-ngomong, kita punya topik apa untuk dibahas?" Rahmi buka suara.