Ah, tidak! Tidak! Ini tidak benar.
Kenapa aku ini? Tiba-tiba teringat-ingat dirinya. Perasaan aneh yang tidak boleh ada seharusnya.
Aku melanjutkan tujuanku ke dalam swalayan, menghilangkan bayang-bayang si duren yang entah sedang apa di sana. Jantungku seperti habis marathon, hatiku seperti diberi cokelat mahal yang belum kesampaian dibeli sampai sekarang. Adrenalinku seperti berada di alam terbuka yang cantik, di pantai atau di atas gunung.
Aku berputar-putar di rak biskuit tidak konsentrasi, mataku melihat deretan roti kering yang berkemasan cantik, dari harga murah sampai harga mahal. Aku tersenyum-senyum. Tidak, bukan aku, tapi hatiku. Pikiranku melayang-layang, sementara kaki terus berjalan mengitari rak makanan satu ke rak lainnya.
Dia meneleponku!
Bibirku refleks tersenyum cengir, hatiku seperti di taman bunga Tulip, tanganku menekan tombol hijau dan mengucap salam.
Laduree … apa yang terjadi? Kenapa kamu jadi deg-degan begini?