"Gimana ya, hari pertama Aldi dan Salsha tinggal di rumah."
Mellina membayangkan apa yang akan terjadi kepada Salsha dan Aldi dirumah itu. Mellina sedikit was-was, pasalnya Aldi tipe orang yang blak-blakan. Anaknya itu akan berkata terus terang apa yang ia rasakan tak peduli dengan perasaan lawan bicaranya. Ia takut Salsha akan tersinggung dan sakit hati atas ucapan Aldi.
"Aku juga nggak bisa bayangin, Mell. Pasti setiap hari mereka berantem." Helen yang duduk di samping Mellina pun ikut membayangkan apa yang terjadi kepada keduanya.
Mellina terkekeh, "Semoga aja mereka bisa nerima perjodohan ini, yaa. Walaupun aku nggak yakin sepenuhnya."
"Aku juga nggak begitu yakin, Mell. Salsha itu susah suka sama orang. Sekalinya suka pasti suka banget. Apalagi aku dengar, Salsha udah punya gebetan."
"Sama, Hel." Mellina mengiyakan, "Aldi juga udah punya pacar disini. Pasti bakal sulit buat dia nerima perjodohan ini."
Helen tersenyum. Ia tetap saja ingin perjodohan ini terjadi. Keluarganya dengan keluarga sudah saling mengenal satu sama lain. Suaminya dan suami Mellina juga bersahabat dari mereka masih kuliah. Itu sebabnya suami mereka menjodohkan anak-anaknya.
"Tapi kita berdoa aja, semoga mereka bisa saling suka dan menerima perjodohan ini." Helen berkata dengan semangat.
"Semoga aja, ya Hel."
*****
Dari jauh, Salsha melihat Aldi keluar dari mobilnya. Lelaki itu menampilkan wajah sok menawan yang membuat Salsha ingin muntah melihatnya. Ia juga melihat banyak siswi disekolahnya dan menatap kearah Aldi dengan pandangan terpesona. Seperti tidak pernah melihat lelaki saja.
"Sals, itu siapa? Murid baru, ya? Ganteng banget."
Salsha menatap kesamping, ia mendengus kesal saat melihat Dinda, sahabatnya juga ikut terpesona memandang Aldi. Bahkan gadis itu menangkup wajahnya dan senyum-senyum tak jelas.
"Gitu doang dibilang ganteng. Gantengan juga Farel." ketus Salsha. Ia meraih tangan Dinda dari wajahnya dan memalingkan pandangan gadis itu dari Aldi.
"Farel itu udah pasaran. Dia dong, masih baru." jawab Dinda kembali menatap ke arah Aldi. Lelaki itu bahkan sekarang sedang berjalan ke arahnya. Jantung Dinda berpacu kuat. Sepertinya ia benar-benar menyukai lelaki itu pada pandangan pertama, "Lihat, Sals. Dia nyamperin kita."
Salsha mengernyitkan keningnya menatap kedepan. Dan benar saja, Aldi memang berjalan kearahnya. Salsha memutar bola matanya kesal. Buat apa lelaki itu mendatanginya.
"Haii.." sapa Aldi sembari tersenyum manis.
Dinda yang mendapatkan senyum manis itu semakin tak karuan. Ia memegang dadanya yang berdegup kencang, "Haii juga." balasnya salah tingkah.
Sementara Salsha hanya diam dengan muka datarnya, sama sekali tidak tertarik untuk membalas sapaan hangat Aldi.
"Gue murid baru disini. Bisa minta tolong anterin ke ruang kepala sekolah?" pinta Aldi dengan sopan.
"Bisa..bisa." Dinda gugup.
"Nggak!" ucap Salsha tiba-tiba. Ia menatap Aldi tajam, "Disini banyak orang. Lo bisa minta tolong sama mereka!"
"Tapi.., Sals." intrupsi Dinda. Ia ingin mengantarkan Aldi keruang kepala sekolah sekalian berkenalan dengan lelaki itu. Namun sayangnya, Salsha malah menarik tangannya untuk pergi meninggalkan lelaki tampan itu.
Aldi menghela nafasnya melihat tingkah Salsha. Gadis itu benar-benar menyebalkan. Aldi merasa menyesal karena ingin meminta tolong kepadanya. Akhirnya Aldi memutuskan untuk mencari sendiri dimana letak ruang kepala sekolah.
Sudah lama berjalan, tetapi Aldi belum juga menemukan dimana letak ruang kepala sekolah. Sekolah ini memang besar, menyebabkan Aldi kewalahan mencari.
"Uks, ruang musik," Aldi menunjuk bangunan yang ada didepannya, "Lah terus ruang kepala sekolah dimana?"
Karena tak memperhatikan jalanan didepannya, Aldi tak sengaja menabrak seseorang. Ia segera menahan tangan gadis yang ia tabrak agar tidak terjatuh. Sejenak mata keduanya saling bertatapan. Hingga gadis itu mengalihkan pandangannya dan bergerak menjauhi Aldi.
"Sorry-sorry, gue nggak sengaja nabrak lo. Tadi gue nggak lihat jalan." ucap Aldi merasa bersalah.
Gadis yang Aldi tabrak itu tersenyum. Ia merapikan rambutnya kebelakang telinganya, "Nggak papa, kok. Gue juga salah karena buru-buru."
Gadis itu terlihat sangat anggun dan juga menarik, berbeda dengan Salsha yang sangat menyebalkan. Membayangkan Salsha membuat Aldi kesal, karena gadis itulah yang menyebabkanya kesusahan seperti ini.
"Lo murid baru disini, ya? Gue belum pernah lihat lo sebelumnya disini." tanya gadis itu sangat ramah.
"Iya," Aldi membenarkan, "Gue Aldi." ia mengulurkan tangannya kearah gadis itu, ingin berkenalan.
"Bella," gadis yang bernama Bella itu membalas uluran tangan Aldi, "Mau gue anterin ke ruang kepala sekolah?"
Aldi mengangguk cepat. Ia sudah lelah mencari ruang kepala sekolah sendirian. Keduanya kini berjalan beriringan. Sesekali Aldi melirik Bella yang memandang lurus kedepan. Aldi tersenyum, Bella akan jadi teman pertamanya disekolah barunya ini. Jika ada Bella, ia yakin akan betah sekolah disini.
*****
Salsha melebarkan bola matanya saat melihat pak Budi memasuki kelasnya bersama Aldi. Salsha menggerutu kesal. Ia akan selalu bertemu dengan cowok menyebalkan seperti Aldi. Dirumah, disekolah bahkan dikelas. Hidupnya seolah-olah sudah dipenuhi oleh Aldi.
"Wah, gilaaa. Kita sekelas sama dia, Sha." Dinda menggoyangkan lengan Salsha dengan antusias menyambut Aldi.
"Lebay banget sih, lo. Kayak nggak pernah lihat cowok aja." ketus Salsha. Ia memutar bola matanya saat melihat Aldi tersenyum penuh arti kepadanya. Senyum sinis yang mambuat Salsha ingin menelannya hidup-hidup
"Perkenalkan nama saya Aldian Pratama. Saya pindahan dari Bandung." Aldi memperkenalkan dirinya dengan singkat. Ia tersenyum tipis sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kelas.
Setelah perkenalan singkat itu. Pak Budi pun mempersilahkan Aldi untuk duduk dikursi yang kosong. Tepatnya di sebelah Iqbaal. Aldi mengangguk dan segera duduk dikursi tersebut.
"Nggak nyangka kita bisa sekelas." Bella menengok ke belakang. Kursinya berada didepan Aldi.
Aldi balas tersenyum, "Senang bisa sekelas sama lo."
Sebelumnya juga Aldi sudah berkenalan dengan Iqbaal. Hanya perkenalan singkat. Tetapi Iqbaal janji akan jadi teman lelaki pertama Aldi disini. Ia juga akan membantu Aldi untuk lebih dekat dengan semua murid disekolahnya.
Semua pergerakan Aldi tak lepas dari pantauan Salsha. Ia mengernyitkan keningnya bingung saat Bella terlihat akrab dengan Aldi. Salsha memang tau jika Bella sangat pintar memainkan peran. Ia berlagak seperti orang baik namun hatinya busuk. Ia juga sangat mudah akrab dengan orang baru. Jadi tak heran jika ia sudah dekat dengan Aldi.
Diam-diam si Aldi fakboi juga. Batin Salsha.
*****
Farel Zeva Maulana namanya. Lelaki yang menjadi incaran banyak gadis disekolah. Wajah tampannya yang mampu menghipnotis semua gadis yang memandangnya. Ketua tim basket yang sudah banyak membawa piala untuk sekolah. Tipe cowok ideal untuk dijadikan pacar. Tak terkecuali Salsha. Ia begitu mendambakan Farel dan berharap lelaki itu mau menjadi pacarnya.
Semua orang sudah tau, jika Salsha sangat menyukai Farel. Salsha selalu mendekati Farel dimanapun lelaki itu berada. Tak pernah lelah berjuang meskipun Farel menolaknya. Terhitung sudah lebih dari tiga bulan Salsha mengincar Farel, namun Farel sama sekali tak pernah mengindahkan Salsha. Meskipun begitu Salsha tetap semangat untuk mengejar cinta Farel. Ia yakin, cepat atau lambat Farel akan menjadi miliknya.
"Nih, gue bawain minuman buat lo." Salsha menyodorkan minuman kaleng kepada Farel.
Farel menatap Salsha tanpa minat. Ia sudah sering menolak gadis itu, tapi Salsha tetap saja menganggunya, "Gue nggak haus."
"Pasti haus." Salsha duduk disamping Farel tanpa diminta, "Lo kan habis olahraga. Pasti haus lah."
Farel meraih minuman kaleng tersebut dari tangan Salsha dan meletakkannya disampingnya, "Udah gue ambil. Lo bisa pergi sekarang."
"Kok ngusir, sih." Salsha mengerucutkan bibirnya. Namun hanya sebentar, ia pun tersenyum lebar, "Nanti pulang sekolah bareng, yuk."
Farel tak menatap Salsha, ia malah mengedarkan pandangannya seperti mencari-cari sesuatu, "Gue nggak bisa."
"Kenapa? Lo ada acara, yaa?" Salsha menatap Farel penuh harap. Ia sudah sering mengajak Farel pulanhg bareng tetapi lelaki itu tak pernah menggubrisnya.
"Latihan basket." jawab Farel acuh. Ia masih mencari orang dikoridor kelas sebelas.
Karna kesal di acuhkan oleh Farel, Salsha pun mengalihkan pandangan Farel agar menatap ke arahnya, "Gue disini. Kok lo ngelihat kesana, sih."
"Sal, gue lagi sibuk. Jangan ganggu dulu." ujar Farel dingin. Ia melepaskan tangan Salsha diwajahnya dan mengalihkan pandangannya lagi.
"Gue tungguin lo latihan basket, trus kita nyari makan. Gimana? Lo mau?" Salsha tak menyerah begitu saja. Ia masih berharap Farel mengiyakan ajakannya kali ini.
"Nggak bisa. Gue latihan sampe sore. Trus ada acara." tolak Farel lagi. Kini ia berdiri gelisah ditempatnya.
"Nanti malam bisa, nggak?"
Farel menggeram kesal, ia menatap Salsha tajam, "Gue nggak punya waktu buat lo. Jadi berhenti gangguin gue." Farel berkata dengan peringatan.
Salsha mengepalkan tangannya kuat dan menghentakkan kakinya kesal. Ini sudah kesekian kalinya Farel menolak ajakannya. Tapi Salsha tak akan menyerah sampai disini. Ia akan terus mengejar Farel sampai lelaki itu membalas perasaannya.
Kekesalan Salsha bertambah kala melihat Farel berjalan kearah Bella. Lelaki itu malah tersenyum manis kepada Bella.
"Bella lagi, Bella lagi. Dasar penikung!"