Di alam yang terhempas dalam kegelapan abadi, malam tanpa rembulan membentang seperti lembaran kelam yang tak berujung. Bayang-bayang merayap di balik langit yang sunyi, sementara suara keputusasaan berbisik lirih, menembus angin malam yang dingin, tetapi tak mampu menembus pekatnya duka yang membelenggu hati yang terluka.
Pengkhianatan dan tipu daya telah merampas segalanya dariku, meninggalkanku terjebak dalam kehampaan yang menyakitkan. Dendam yang membara mengisi setiap sudut jiwaku, membakar segala yang tersisa dengan bara kebencian yang terpendam. Namun, di balik segala amarah, hanya ada kesunyian yang tak berujung, menggulung semua keinginan dalam samudra kegelapan, dan aku meratap dalam kesendirian yang menusuk.
Dalam keterpencilan malam yang berlumur dosa, sebuah perjanjian terjalin, terikat oleh kebencian yang tak terkatakan. Aku merengkuh tubuh dingin seorang gadis dalam dekapan penuh penyesalan, membalutnya dengan keputusasaan yang menggerogoti. Di saat itu, dalam kegelapan yang kian pekat, aku bangkit dengan kekuatan gelap yang menguasai jiwa dan ragaku.
Dendam kini menjadi pemandu langkahku, sementara kebencian meresapi setiap serat keberadaanku. Di kejauhan, neraka keputusasaan memanggil, menantiku dalam dekapan penderitaan yang tak berbatas.
"Sial! Terkutuklah kalian semua! Ingat ini! Aku akan kembali dan merebut semuanya kembali!" teriakanku bergema di tengah malam yang kelam.
Yang tersisa hanyalah rasa sakit dari tombak yang menembus dadaku, dan setelah itu, hanya kegelapan yang mengisi benakku, membawaku menuju jurang tak terhingga.