"Aku hanya raja jahil untukmu, bukan?" lagi, Huan Jingyi malah memajukan tubuhnya.
"Chin Hwa, i-itu ...."
Jantung hati Huan Jingyi semakin berdebat tak beraturan. Huan Jingyi mulai meremas gaunnya dengan tangannya sendiri. Memejamkan matanya, dan mulai berpkir konyol tentang sebuah pelukan atau ciuman. Huan Jingyi yakin jika yang ia rasakan malam itu, bukanlah hanya sebatas menyayangi sahabat saja. Tapi lebih dari itu.
"Apakah Kim Chin Hwa akan mencium diriku, bukan? Dia pasti memiliki perasaan yang serupa denganku, 'kan?" batin Huan Jingyi.
Sayang sungguh sayang. Apa yang dipikirkan Huan Jingyi tidak terwujud.
"Hei, kenapa kau memejamkan matamu? Ada apa? Apakah kamu berharap aku akan menciumu?" suara hentakan jok motor membuat Huan Jingyi sadar.