Yoona ingin sekali mengamuk. Ia menghela nafas panjang, ingin marah, nangis dan bahkan ingin berteriak. Tetapi untuk apa? Semuanya tidak berguna karena sudah terjadi. Kesalahpahaman itu membuatnya lelah.
"Huh, kau tunggu suamiku dulu. Aku ada urusan!" desis Yoona, keluar dari ruangan rawat suaminya.
"Tapi, Yoona. Aku ti--" ucapan Tae terhenti, kala melihat Yoona sudah keluar tanpa me dengarkan dirinya.
Tae menjadi murung. Ia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi. Merasa tak enak hati kepada sahabatnya dan juga suaki dari sahabatnya itu.
Sementara Yoona meminta Tae untuk menunggu suaminya sebentar, ia hendak melakukan visum keperawanan dulu di rumah sakit itu juga. Ia ingin memberikan bukti, jika bukti yang dikirim Arnold itu bukanlah kebenaran.
Setelah Yoona berlalu, Naufal membuka matanya. Ia terkejut, melihat Tae ada di sampingnya. Ia pun bertanya kepada Tae dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kali ini Tae tidak bisa memisahkan mereka lagi, Tae sadar jika mereka ini saling mencintai, hanya masalah waktu yang akan menyatukan mereka.
"Tae, ada apa?" tanya Naufal.
"Kak Naufal, kamu sudah sadar? Aku akan memanggil Yoona kemari, pasti dia sangat senang kamu sudah terbangun," ujar Tae hendak beranjak.
Naufal menghentikannya. "Tunggu, aku ingat. Aku mengalami kecelakaan karena …. Um, sebenarnya apa yang sudah terjadi antara Arnold dengan istriku? Apa kamu mengetahui sesuatu?" tanyanya dengan suaranya yang lemah.
"Apakah yang di katakan Arnold itu benar tentang mereka pernah tidur bersama?" lanjut Naufal semakin penasaran.
Ternyata Naufal tidak mendengar semua pembicaraan antara Tae dengan istrinya. Tak ingin ada kesalahan lagi, Tae menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.
"Kak Naufal, tolong percayalah padaku. Yoona itu sangat mencintaimu, aku bersungguh-sungguh!" ungkap Tae.
"Jangankan tidur dengan sepupuku, disentuh dengan laki-laki lain saja … Yoona pasti menghindari dan tidak mau," lanjutnya.
"Semua ini hanyalah rekayasa sepupuku saja, Kak. Tolong percayalah, juga cintai Yoona, berikan dia kebahagiaan. Dia pantas mendapatkan itu. Berikan cintamu untuknya, maafkan Kakak sepupuku yang sudah ikut campur di keluarga kalian, aku permisi dulu, selamat sore, Kak," tanpa menjelaskan yang kain lagi, Tae langsung pergi dengan berlinang air mata.
"Lagi-lagi aku hanya salah paham. Hmph, Astaghfirullah hal'adzim … suami macam apa aku ini, mengapa sulit untuk percaya dengan istriku sendiri?" gumamnya, menyalahkan diri.
Tidak lama setelah kepergian Tar, Yoona telah kembali. Ia masuk ruang inap suaminya dengan senyum sumringah. Melihat suaminya sudah duduk di ranjangnya, Yoona pun menghampiri dengan perasaan gembira.
"Assalamu'alaikum, Mas. Kamu sudah bangun? Katakan, dimana yang sakit?" salam Yoona menyembunyikan kekecewaannya.
Ia juga mengucap syukur karena suaminya tidak terluka parah. Yoona pun menunjukkan ponsel Naufal yang baru saja selesai ia perbaiki.
"Ini ponselmu, Mas. Hehehe, aku sudah memperbaikinya. Ah, iya! Tes visum aku keluar tak lama lagi. Begitu juga dengan keluarga dari Indonesia, sudah hampir sampai mungkin," celetuk Yoona.
"Buat apa visum?" tanya Naufal dengan nada datar.
"Aku ingin--" sebelum Yoona melanjutkan penjelasannya, Naufal menarik tangannya dan memeluknya.
"Aku percaya padamu, aku lapar bisakah kamu carikan aku makanan?" sela Naufal sembari memeluk tubuh mungil istrinya.
Tak di sangka, Naufal memeluknya lebih dulu. Yoona sangat bahagia mendengar bahwa ia mempercayainya. Yoona pun membalas pelukan sang suami, memeluknya dengan erat, meneteskan air mata bahagia. Yoona juga mengatakan bahwa ia sangat mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Yoona juga mengatakan tak mungkin baginya mengkhianati sucinya rumah tangga mereka.
Tak tahu apa salahnya, Yoona bahkan juga meminta maaf. Teringat, kala dirinya sudah berciuman dengan Arnold di hadapannya, dan membuat suaminya harus melihat adegan terlarang itu melalui matanya sediri.
"Aku yang seharusnya minta maaf, Yoona. Maafkan aku yang sudah salah paham denganmu seperti ini," ungkap Naufal membelai wajah Yoona, yang belum pernah ia belai.
"Yoona, aku janji tidak akan pernah mendengarkan kata orang lain dulu sebelum kamu menjelaskannya. Tapi, bisakah kau melepaskan pelukanmu ini? Aku lapar, euy!" ucap Naufal menggelitik tubuh mungil istrinya.
Yoona tertawa, melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya. "Ih, geli! Jangan menggelitikku," ucapnya sembari tertawa.
Di saat sedang hangat-hangatnya Naufal menggoda istrinya, Triyono datang di saat yang tidak tepat. Naufal dan Yoona menjadi diam, kaka Triyono datang. "Assalamu'alaikum, walah lagi seneng, ya?" salamnya.
"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh,"
"Kenapa udahan sih pelukannya? Seneng tau lihat kalian mesra begini. Nih aku sama Nai sudah membawakan makanan untuk kalian berdua yang sedang happy ini," ujarnya meletakkan rantang yang ia bawa ke meja di samping ranjang pasien.
"Begitu Yoona mengabari kami, kami langsung buru-buru masak dan datang kesini" timpal Nai, yang baru saja masuk.
Suasana sore itu semakin hangat karena kehadiran Triyono dan juga Nai. Mereka selalu menceritakan kisah lucu, supaya bisa membuat Naufal lebih rileks.
"Kamu ini loh, kenapa juga bisa kecelakaan," celetuk Triyono sembari memukul paha Naufal.
"Ih, sakit tau!" desis Naufal mengusap pahanya.
"Namanya juga musibah, siapa yang bisa tau?" lanjut Naufal menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
Naufal juga meminta semua orang rumah yang ada di tanah air untuk tenang, karena ia baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Hanya benturan kecil dan patah tulang sedikit, namun ia membutuhkan waktu 1 bulan untuk beristirahat total.
"Apa kalian ada yang memberitahu orang rumah?" tanya Naufal.
Yoona mengangguk, sedikit dengan raut wajah panik, takut suaminya akan memarahi dirinya. Namun, apa yang terjadi? Naufal membelai kepala Yoona sembari berkata, "Ya sudah, kabari mereka kalau aku baik-baik saja. Jangan membuat mereka khawatir."
Triyono, Yoona dan Nai saling memandang. Biasanya, jika Yoona melakukan hal yang membuatnya kesal, maka ia akan menghukum istrinya. Terkadang, bukan hanya menghukum, tak segan Naufal akan memarahi istrinya juga.
"Aku rasa, otaknya terbentur stang mobil. Lihat saja, sikapnya makin membuatku terkejut," bisik Nai.
"Hih, bukan kamu saja yang terkejut. Aku pun juga! Bagaimana bisa dia jadi lembut seperti itu, ya?" gumam Triyono ikutan berbisik.
"Mas Naufal ... Nggak marah?" tanya Yoona lirih.
Naufal menyeritkan alisnya. "Bagaimana bisa aku marah? Memang ada masalah apa? Kenapa aku harus marah?" tanyanya balik.
"Soal aku beritahu keluarga di rumah," jawab Yoona masih takut.
Naufal menunduk. Ia terlihat seperti berpikir sesuatu. Beberapa saat, Naufal menegakkan kepala dengan senyuman hangat. Kemudian, meminta Triyono dan Nai untuk keluar.
"Kalian keluarlah, aku ingin istirahat," perintahnya.
"Oh, baiklah--" ucap Yoona lirih.
"Kita di usir? Kebangetan sekali kamu, Fal!" ketus Triyono tidak terima diusir oleh Naufal.
"Kamu tetap tinggal!" Naufal menahan tangan Yoona. Memintanya untuk tinggal menemani dirinya di kamar inapnya.
Nai memahami sesuatu. Ia menarik tangan Triyono dan pergi meninggalkan pasangan yang masih dalam kesalahpahaman itu.