Selesai kuliah, sesuai dengan janji yang sudah Yoona sanggupi kepada Arnold, ia bersedia menemuinya di tangga lantai tiga. Sesuai keinginan Arnold juga yang tidak ingin dirinya mengajak Tae bersamanya, Yoona harus mencari alasan yang tepat kepada Tae supaya Tae tidak curiga.
"Yoona,"
"Em,"
"Setelah ini kamu mau kemana? Ada acara?" tanya Tae, seolah dia memiliki perasaan bahwa Yoona akan menemui seseorang.
Yoona terdiam, merapikan bukunya dan berpikir cepat, alasan apa yang hendak ia gunakan untuk mengelabui sahabatnya itu.
"Aku ada janji sebentar dengan seseorang. Kamu pulang dulu saja, nanti aku langsung ke restoran suamiku soalnya," jelas Yoona tanpa melihat mata Tae.
Tae percaya saja dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. Mereka akhirnya berpisah setelah berjalan sampai di depan kelas. Melihat langkah Tae sudah sangat jauh, Yoona baru bisa menemui Arnold di tangga.
"Alhamdulillah, Tae sudah jauh. Sebaiknya aku cepat menuju tangga, atau aku akan terlambat menyusul suamiku di restoran nanti," gumamnya dengan melangkah menuju tangga lantai tiga.
Sebelum itu, Naufal menelponnya untuk segera menyusul ke restonya. "Assalamu'alaikum, kamu dimana? Ini sudah saatnya pulang, 'kan? Jangan lupa ke restoran beli barang yang aku pesan dulu!" katanya.
"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh. Iya Mas Naufal-ku tercinta … santai saja sayangku, tunggu aku sampai di sana, ya. Love you~" Goda Yoona, suaranya yang manja itu membuat Naufal tersenyum.
"Assalamu'alaikum …," salam Naufal belum mengakhiri telponnya. Ia tengah bicara dengan seseorang di restoran.
"Wassalamu'alaikum. Dih, di tutup gitu aja? Ish, butuh pencerahan ini orang!" Yoona melanjutkan langkahnya menuju tangga.
Di tangga, Arnold sudah menunggunya. Ia sudah memiliki kamera yang ia sembunyikan tidak jauh dari ia berdiri, supaya bisa merekam aksinya untuk memfitnah Yoona dengan bermain api bersamanya.
Benar! Arnold ingin menjebaknya, dengan merekam apa yang ingin Arnold lakukan kepada gadis berusia 20 yang polos itu. Kemudian, ia akan ia kirim kepada suaminya, supaya Naufal berpikir jika hubungan keduanya sungguh-sungguh.
Selama itu, Arnold berpikir bahwa Naufal adalah orang yang memiliki tempramen buruk. Maka dari itu, ia berpikir apa yang dilakukannya saat itu adalah cara yang tepat untuk membuat pasangan yang baru menikah selama 4 bulan itu berpisah.
"Arnold Oppa?" sapa Yoona dengan suara merdunya. "Sudah lama menunggu, kah? Ada apa kamu memanggilku kesini?" lanjutnya bertanya.
"Baru saja tiba. Aku … ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu dan ini masalah yang sensitif, Yoona," jawab Arnold mulai mendekati Yoona.
Yoona sadar jika langkah kaki Arnold hendak mendaki dirinya. Dengan sedikit melangkah menjauh, ia bertanya, "Iya, ada apa?"
"Sejak awal kita bertemu, aku sudah suka denganmu. Aku mencintaimu Yoona, sangat mencintaimu. Tapi, saat aku tahu kenyataannya kamu sudah memiliki suami, hatiku sangat terluka," ungkapnya dengan tangannya mulai meraih tangan Yoona.
"Tapi aku tau, kamu tidak bahagia kan bersama suamimu itu. Lari lah bersamaku Yoona, aku jamin kau akan bahagia bersamaku. Aku akan buatkan istana kebahagiaan untukmu, aku janji!" lanjutnya dengan menatap wajah Yoona lekat-lekat.
Tidak disadari, Naufal belum menutup telponnya sejak tadi, ia hanya mengucapkan salam karena ada seseorang yang mengajaknya bicara. Yoona juga tidak melihat bahwa panggilan itu belum berakhir, hingga membuat Naufal mendengar semua apa yang Arnold katakan.
"Kurang ajar si jabrik ini! Berani-beraninya dia mengungkapkan cinta kepada istri orang! Lihat saja, apa yang akan aku lakukan kepadanya!" kesal Naufal beranjak dari tempat duduknya dan segera meninggalkan restoran.
"Aku jemput istriku dulu. Assalamu'alaikum!" salam Naufal kepada Nai dan Triyono dengan langkah terburu-buru.
"Wa'alaikumsallam, lah katanya mau … Woy, Fal! Ini gimana?"
Tak peduli dengan teriakan Triyono, Naufal langsung mengendarai mobilnya dengan kencang menunju kampus. Ia tidak ingin istrinya sampai di sentuh oleh laki-laki manapun juga. Hanya dirinya lah yang boleh menyentuhnya.
"Enak aja, siapa sih jabrik ini. Aku akan patahkan tangannya jika berani menyentuh istriku!" umpat Naufal.
Sementara itu, Yoona berusaha menolak sentuhan tangan Arnold yang dinilai semakin kurang ajar padanya. Tanpa diduga lagi, tiba-tiba saja Arnold mencium bibir Yoona.
Seketika, Yoona membelakkan matanya. Ia tercengang tersadar jika itu adalah sebuah kesalahan. Yoona berusaha memberontak, mendorong tubuh Arnold. Namun, kekuatan tenaga laki-laki dengan perempuan berbeda, Yoona tetap tak mampu dengan cengkraman tangan Arnold di lengannya.
"Em … em," jeritan Yoona bahkan sampai tidak terdengar.
Tak terduga, Naufal datang langsung menarik lengan Arnold, kemudian memukul wajah tampannya. Yoona tahu, bahwa suaminya mampu bela diri, ia berpikir jika Arnold akan terluka parah jika dirinya tidak melerai.
"Mas,"
"Sudah hentikan!" teriaknya.
Yoona langsung menarik suaminya keluar dari tangga. Tanpa ia dan Kabir sadari, jika ciuman itu sudah berhasil di rekam sebelum kameranya terjatuh.
"Mungkin pukulanmu tidak terekam, Naufal. Tapi, hubunganku dan Yoona sebentar lagi akan terungkap. Lalu, akan membuatmu meradang, dan Yoona akan jatuh dalam pelukanku!" Arnold bergumam dengan haluannya yang tinggi bisa mendapatkan Yoona.
-_-_-
Di mobil, Yoona terus saja mengusap-usap bibirnya. Berharap jika rasa bibir Arnold hilang. Bahkan ia sampai habis 1 botol air mineral untuk berkumur. Di samping itu, Naufal hanya diam saja, sesekali melirik ke arah istrinya dengan tatapan kesal.
"Maaf" ucap Yoona menyesal.
"Akan ada saat dimana kamu jatuh cinta lagi, karena usiamu masih sangat muda, Yoona. Jadi, untuk apa meminta maaf" jawab Naufal mengemudikan mobilnya dengan perlahan.
"Tapi aku tidak jatuh cinta dengannya," jelas Yoona.
Tapi, Naufal tak menanggapi ucapan Yoona. Ia hanya diam, membuat Yoona mati daya karena suaminya terus saja diam dengan tanda bahwa suaminya telah mencurigai dirinya. Naufal juga tidak menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Bahkan, Naufal juga tidak meminta penjelasan apapun kepada istrinya.
"Mas,"
"Mas Naufal ngomong sesuatu dong. Aku nggak ada hubungan apapun dengan dia," kembali Yoona menjelaskan kenyataan.
Namun, tak ada sepatah katapun yang Naufal ungkapkan. Bahkan sesampainya di apartemen pun pria berusia 31 tahun itu tak mengatakan apapun. Sampai di depan pintu, Naufal tiba-tiba saja menarik tangan Yoona dan melemparkannya di tempat tidur.
Naufal tak tahu, bahwa apa yang ia lakukan itu telah menyakiti hati dan tubuh istrinya. Melempar tubuh mungil istrinya, membuatnya semakin kesal ketika mengingat, bagaimana Arnold mengungkapkan cintanya pada istrinya.
"Aw!" jerit Yoona. "Sakit, Mas!" rintihnya.
Naufal tak peduli dengan jeritan dan sakitnya Yoona. Dalam pikirannya, hanya rasa cemburu dan cemburu saja. Kemudian, ia meninggalkan Yoona begitu saja.
Bukan maksud Naufal tak peduli, tapi kecemburuannya memang susah untuk di kontrol. Ia berdiri di balkon sembari melihat pemandangan sore hari itu. Bayangan adegan ciuman itu terngiang-ngiang diingatan Naufal. Ia sampai mengepalkan tangannya karena kesal, marah, cemburu dan sedih dalam hatinya.