Chereads / Caraku, Mencintaimu / Chapter 15 - Sarapan Ciuman

Chapter 15 - Sarapan Ciuman

Sampai di kamar, Naufal duduk di pinggir ranjang dengan masih menggenggam tangan istrinya. Kemudian, ia menarik tangan istrinya supaya duduk disampingnya. Hal itu menguat Yoona bahagia sekali, ia salah paham dengan kenapa suaminya menarik tangannya.

"Ada apa? Kenapa senyum-senyum gitu?" ketus Naufal.

"Hehe, tidak ada. Hanya saja, kak Naufal terus menggenggam tanganku. 'Kan aku jadi enak, enak juga gitu," celetuk Yoona dengan cengegesan.

Naufal mendekati wajah Yoona, yang membuat Yoona semakin salah paham dengan berpikir Naufal akan mengajaknya melakukan olahraga malam. "Mau yang lebih?" bisik Naufal tepat ditelinga Yoona. 

Membuat pipi Yoona merah merona dibuatnya. Dengan polos, Yoona menjawab, "Mau banget, kak,"

"Ngimpi! Dah tidur sana, aku ngantuk. Kita bahas si Triyono saja. Nggak ngerti apa, aku lagi kesal!" Naufal merebahkan kembali tubuhnya dan meminta Yoona untuk kembali istirahat. 

Seketika bayangan mesum Yoona buyar mendengar suaminya mengatakan hal itu belum akan terjadi. Tahu, bahwa suaminya sedang kesal, Yoona menurut dan berbaring di samping suaminya.

Kemudian, Yoona mengirim pesan kepada Triyono tujuannya datang ke Korea dengan membawa koper besar. "Ada apa?" tanya Yoona dalam pesan tersebut.

"Minggat?" imbuhnya. 

Tak lama kemudian, Triyono membalas langsung pesan dari Yoona. Ia mengakan bahwa Rifky, kakak ipar Naufal lah yang mengirimnya datang ke Korea.

Pesan tersebut juga dikirim kepada Naufal yang saat itu, rupanya juga menanyakan alasan Triyono datang mendadak. Sementara, Yoona sudah terlelap dengan ponselnya yang terjatuh di atas pipinya. 

"Haih, kenapa juga Kak Rifky memintamu datang. Sudahlah, besok kamu ikut denganku ke restoran. Sekarang istirahatkah dengan baik, oke?" -, pesan dari Naufal. 

"Sebentar ngapa. Aku lagi menikmati makanan enak di dapur. Nanti aku tak tidur wes!" -, balas Triyono. 

"Ra nggragas!" seru Naufal kesal.

"Masih banyak makananmu, santai saja, ngapa! Sudah sana sambung ena-enanya," goda Triyono. 

"Matamu!" 

Naufal pun meletakkan ponselnya, setelah membalas pesan terakhir dari Triyono. Kemudian mencoba memejamkan matanya menuju akan mimpi.

Malam kehadiran Triyono malam itu bersamaan dengan hadirnya seorang teman masa lalu dalam kehidupan Naufal. Wanita teman lama,  Moza, bakal menjadi bahan salah paham antara Yoona dan Naufal. 

****

Pagi setelah salat subuh, Naufal, Yoona dan juga Triyono sarapan bersama sebelum berangkat ke resto. Setelah mereka kenyang, mereka bergegas berangkat karena kebetulan hari itu juga akan ada kedatangan supplier yang memang sudah di rencanakan dari hari-hari sebelumnya.

"Cie, yang jadi suami-istri … udah isi belum?" goda Triyono. 

"Apaan sih nggak jelas banget deh. Sudah sana berangkat aja Mas Triyono sama Kak Naufal. Hari ini, aku nunggu kalian aja deh di rumah," sahut Yoona lesu. 

"Kampret, sudahlah ayo! Hari ini aku harus ketemu sama orang penting pagi. Mana tempatnya jauh pula! Yoona, aku berangkat dulu," pamit Naufal merapikan bajunya.

"Tunggu!" Yoona menghentikan langkah suaminya. 

Yoona menyempatkan waktu bermanja sebentar kepada Naufal di depan Triyono yang masih single. "Wasyem, aku jomblo, loh! Jahat sekali kalian!" kesal Triyono keluar lebih dulu. 

Setelah melihat Triyono keluar dari apartemen, Yoona menarik tangan suaminya sampai mereka terjatuh di sofa panjang yang empuk. 

"Yoona, ka-kamu kenapa, sih? Aku harus cepat, su-sudah di tunggu tuh sama si Triyono diluar," ucap Naufal gugup, karena waktu itu, Naufal terjatuh tepat di atas tubuh istrinya.

Yoona mulai berani menggoda Naufal lagi dengan manja. "Peluk cium dulu, aku pengen rasain itu, kak …," rengek Yoona seperti anak kecil.

"Tapi, posisi ini membuatku tidak nyaman, Yoona. Bisakah kita berdiri dulu?" Naufal menarik tangan istrinya supaya bisa berdiri. 

Sementara Yoona merengek di cium bibirnya, bukan keningnya. Tak ingin lagi di anggap sebagai adik, Yoona hanya mau di anggap seperti istri bagi suaminya. 

"Tapi aku maunya dibibir, nggak mau di kening!" yoona tetap kekeh minta di cium bibirnya. 

"Astaghfirullah hal'adzim, apa bedanya, Yoona, istriku--"

Melihat Yoona merajuk seperti itu membuat Naufal tak kuasa. Sepertinya, Naufal memang harus sedikit berani memperlakukan istrinya dengan cara yang berbeda. Ia pun mendorong tubuh mungil Yoona ke sofa kembali, dan menindihnya. Memberikan apa yang diinginkan oleh istrinya, ciuman bibir dan juga tak lupa mencium keningnya. Kemudian pamit berangkat kerja. 

"Dikit banget, sih?" protes Yoona. 

"Nanti lagi, ya. Sudah terlambat, aku terburu-buru, Assalamu'alaikum," pamit Naufal dengan memberikan tangannya seperti biasa, agar sang istri bisa mencium tangannya.

"Wa'alaikumsallam, cepat pulang, ya! Aku masih libur hari ini. Kutunggu suamiku di rumah!" teriak Yoona bahagia. 

"InsyaAllah," sahut Naufal melambaikan tangannya. 

Larinya Naufal seperti lari di kejar para rentenir saja. Begitu terburu-burunya dia sampai menabrak Triyono yang sudah ada didepannya. Badan besar Triyono hampir saja jatuh, "Waduh!" teriaknya.

"Matamu, kamu taruh dimana, Fal? Bisa-bisanya aku yang segede ini kamu tabrak!" keluh Triyono mencoba berdiri kembali, juga merapikan bajunya yang mulai kusut. 

"Ayolah, cepat!" Naufal menarik tangan Triyono dan berjalan dengan cepat.

Namun Naufal tetap saja diam. Pada dasarnya, ia hanya masih gugup saat Yoona memintanya untuk mencium bibirnya. Tetap saja, hal itu tidak bisa ia sembunyikan lewat raut wajahnya yang sudah mulai memerah merona. Hingga membuat Triyono tak tahan tertawa dibuatnya. Triyono langsung menertawakan sekeras-kerasnya.

"Hahaha, apa-apaan, sih, kamu Naufal. Mukamu loh, merah begitu seperti udang rebus. Ada apa?" ejek Triyono. "Malah seperti baru di kejar bendahara kelas saja deh!" imbuhnya dengan tawa yang mengejek. 

"Hish, diam lah!" ketus Naufal memalingkan wajahnya. 

Naufal hanya malu jika harus bercerita tentang sarapan bibir pagi itu kepada Triyono. Lain halnya dengan Yoona yang nampak sangat bahagia. Bahkan, mencuci pun sambil bersenandung.

Tetapi, kebahagiaan Yoona terhenti kala ia sedang mencuci dan meraba saku celana suaminya dan menemukan kartu nama Moza di sana.

"Apaan, nih? Uang?" gumamnya. 

"Woh, kartu nama. Moza? Alamat dan nomornya kenapa tidak asing?"

"Seperti wanita yang tinggal di sebelah deh. Namanya juga Moza kalah nggak salah," Yoona masih nge-bug dengan nama Moza. 

"Apa? Ini kan calon janda yang ada di pojok samping sana!" teriak Yoona baru tersadar.

"Wah, nggak beres ini. Kenapa Kak Naufal punya nomor dia? Jangan-jangan, Kak Naufal sudah di goda olehnya?"

"Nggak! Ini tidak boleh terjadi!" umpat Yoona langsung berlari ke kamar tanpa membasuh tangan dan kakinya yang masih ada sabunnya.

Tak semoga memikirkan kakinya licin. Akhirnya kejadian malang menimpanya. Ia terpeleset dan tersungkur di samping pintu kamar mandi. Berteriak histeris, kemudian berusaha merangkak sampai ke kamar dan langsung mengambil ponselnya. Berkali-kali ia menelpon suaminya, namun tidak diangkat juga oleh Naufal, sehingga membuat Yoona semakin meradang.

"Aaaa… nggak tenangnya aku!" teriaknya.

"Aku harus temui calon janda itu. Harus! Haduh, tapi kakiku sakit banget …." keluh Yoona menangis meratapi nasib.