Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Lord Perdien

Zanaka
--
chs / week
--
NOT RATINGS
13k
Views
Synopsis
Eden Langford, seorang pria tampan yang sebenarnya tidak tahu dirinya berasal dari ras mana. Namun, Eden tumbuh besar di kampung penyihir golongan hitam, Monquila. Ia adalah satu-satunya warga Monquila yang memiliki warna rambut putih keperakan, sedangkan warga lainnya berambut hitam legam. Itu menunjukkan bahwa mereka memang seorang penyihir dari golongan hitam. Eden dibesarkan oleh seorang nenek penyihir dari golongan hitam, tapi nenek itu sangat baik kepada Eden. Meski Eden memiliki tampilan yang berbeda dengan warga Moquila yang lain. Itu menunjukkan bahwa sebenarnya Eden memang bukanlah berasal dari golongan penyihir golongan hitam. Hari ini, untuk pertama kalinya Eden keluar dari kampungnya. Desa Monquila terletak jauh di dalam Hutan Fotia. Tak ada yang bisa menembusnya selain warganya sendiri. Namun, ketika keluar dari kampungnya, Eden mengalami hal-hal aneh. Itu juga yang mengantar dia ke suatu tempat asing bernama Lembah Kabut. Dan Eden bertemu dengan seorang gadis cantik di sana. Semua berawal dari Lembah Kabut itu. Kisah asmara Eden dan seorang gadis yang berasal dari golongan manusia biasa. Mampunya Eden terus menyembunyikan identitas bahwa dia berasal dari Dunia Penyihir?
VIEW MORE

Chapter 1 - Eden Langford

Eden Langford, pria tampan yang sebenarnya tidak tahu dari ras mana dia berasal. Namun, Eden dibesarkan di desa penyihir hitam, Monquila. Dia adalah satu-satunya penduduk Monquila yang memiliki rambut putih keperakan, sedangkan penduduk lainnya memiliki rambut hitam legam. Itu menunjukkan bahwa mereka memang penyihir dari golongan hitam.

Eden dibesarkan oleh seorang penyihir dari kelas hitam, tapi dia sangat baik kepada Eden. Padahal Eden memiliki penampilan yang berbeda dari penghuni Moquila lainnya.

Ini menunjukkan bahwa Eden sebenarnya bukan dari golongan penyihir hitam.

Hari ini, untuk pertama kalinya Eden keluar dari desanya. Desa Monquila terletak jauh di dalam Hutan Fotia. Tidak ada yang bisa menembusnya kecuali warga itu sendiri.

Eden berjalan di sepanjang jalan hutan yang berkabut. Rambut putih keperakannya yang panjang tergerai. Angin sepoi-sepoi bertiup menerpa wajah tampannya.

Eden mendongak sejenak, tidak menyangka di usianya yang ke-20, Eden akan keluar dari tempatnya yang nyaman. Eden akan menemukan identitasnya. Dia menyadari bahwa dia bukan bagian dari Desa Monquila. Tujuan pertamanya adalah di utara Hutan Fotia, Kota Aragon.

Kota Aragon indah. Pepohonan dan pepohonan terlihat sejauh mata memandang. Banyak bunga yang bermekaran, seperti musim semi yang seolah tak berujung. Terlihat damai dan juga sejuk.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di jalanan kota ini, Eden telah menyadari bahwa ia menyukai tempat ini. Namun, menyadari penampilannya bisa menimbulkan kecurigaan karena warna rambutnya yang terlalu mencolok, Eden membuatnya berpikir untuk mengubahnya. Jadi, tempat pertama yang dikunjungi pria tampan ini adalah toko pewarna rambut.

"Ah, selamat datang, Tuan," sapa penjaga toko dengan ramah.

Eden mengencangkan topeng yang dipakainya untuk menutupi seluruh kepalanya. Ya, seperti topeng yang biasa dipakai perampok.

Eden mengangguk singkat, lalu menatap kotak-kotak cat rambut yang berjejer di jendela.

"Aku mau beli pewarna rambut," kata Eden dengan nada sedikit tersamar seperti buronan.

Apa yang ingin kamu beli di toko pewarna rambut, Eden? Ayam goreng? Atau bahkan ikan mas bakar?

Penjaga toko tersenyum. "Kamu mau warna apa, Pak?"

Eden bingung ketika dihadapkan dengan pertanyaan itu. "Ada warna apa?" Eden bertanya balik.

"Ada warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu dan seluruh warna," ucap sang penjaga toko sambil menunjukkan kertas contoh ribuan warna. Saya juga heran, ini toko cat rambut apa cat tembok, ya??

Eden terdiam sejenak. Pikirannya melalang buana. Kalau dia memilih warna hitam pasti dikira penyihir jahat. Kalau memilih warna selain hitam, dia juga bingung memilih warna apa.

Setelah berpikir selama berjam-jam, akhirnya Eden memutuskan, "Baiklah, warna merah saja, Pak."

"Lalu, cat rambut yang Anda pilih itu yang merk apa, Tuan?" tanya penjaga toko cat rambut.

"Hhmmmmmmm."

Eden kembali tenggelam dalam kebimbangan.

Mendadak saja, seseorang lain datang dan menggebrak etalase di mana kertas berisi pilihan warna terletak. Eden menoleh, dan kedua matanya membelalak tak percaya mendapati ternyata Ethan Zanguard-lah yang berdiri di sampingnya.

Sosok pria yang memiliki paras cantik dengan rambut berwarna-warni itu merupakan salah satu penyihir yang berasal dari golongan putih. Musuh Eden dulu.

Mereka sering bertarung di Hutan Fotia.

Bagaimana bisa pertemuan ini terjadi? Apakah Ethan sengaja mengikutinya dan mengetahui niatnya untuk menyamar? Pikir Eden cemas.

Ethan mengibaskan rambutnya. "Pak, aku ingin cat rambut merk Penyu yang biasa, ya? Warna hitam dan putih, menunjukkan yin dan yang," ujar Ethan, sambil menoleh ke arah Edeng, acuh tak acuh.

Eden tercenung mendengar hal itu. Sepertinya, aku akan membeli warna hitam dan putih juga. Batin Eden bersuara.

Sepeninggalan Ethan dengan seplastik cat rambut yang dibelinya, Eden kemudian segera menyahut, "Pak, aku juga ingin cat rambut warna hitam dan putih!"

"Wah, maaf, Tuan. Itu tadi stok terakhir cat rambut kami. Anda terlalu lama mikir tadi, Tuan." Sang penjaga toko berucap.

"Eh? Kalau tidak jualan cat rambut lagi, toko ini jualan apalagi, Tuan?" gerutu Eden, kesal.

Sang penjaga toko menarik sudut bibirnya. Ia membentangkan banner yang sebelumnya tergulung rapi di belakangnya.

"Sebenarnya ini toko kucing. Cat artinya kucing, bukan? Ayo silahkan! Mau jenis kucing apa??"

Sang penjaga toko mulai melakukan promosi.

Eden membuang napas kasar. Hari pertama di Kota Aragon ini saja rasanya sudah membuatnya kesal setengah mati. Ini tak bisa dibiarkan. Ia harus merebut cat rambut dari tangan Ethan.

***

Eden pergi menuju arah yang beberapa saat lalu dituju oleh Ethan. Tidak sulit menemukan pria berparas cantik dengan rambut sebelah kiri warna hitam dan sebelah kanan warna putih itu.

Dengan kegagahan yang tiada bandingan, Eden berseru lantang.

"Hei, kau!"

Bersambung ....