Eden pergi menuju arah yang beberapa saat lalu dituju oleh Ethan. Tidak sulit menemukan pria berparas cantik dengan rambut sebelah kiri warna hitam dan sebelah kanan warna putih itu.
Dengan kegagahan yang tiada bandingan, Eden berseru lantang.
"Hei, kau!"
Ethan berhenti melangkah lalu menoleh. "Iya. Ada apa?" tanyanya masih memasang ekspresi tidak peduli.
"Serahkan cat rambut yang kau bawa atau aku akan memotong rambut di kepalamu sampai habis!" seru Eden membalas dengan ancaman.
Ethan tertegun beberapa saat, kemudian tertawa terbahak-bahak. "Kau tidak tahu siapa aku, ya? Berani sekali kau mengancamku," ujarnya sengit.
Eden tersenyum di balik maskernya. "Kaulah yang tidak tahu siapa aku!"
Setelah itu, masker yang menutupi kepala dan sebagian wajahnya itu dibuka.
"Aku adalah lelaki yang paling tampan di desaku," ucap Eden, sambil menyisir rambutnya menggunakan jari.
Ethan menyeringai. Ia melihat sekelebat aura hitam menyelimuti tubuh Eden.
"Hohoho! Berani sekali penyihir golongan hitam berada di kota ini. Sudah bosan hidup kau, Pecundang?" Ethan kembali tersenyum meremehkan.
"Tak usah banyak bicara! Sekarang, ayo kita duel!" Eden langsung saja menguarkan aura sihir hitamnya. "Siapa yang kalah, harus bersedia untuk melayani yang menang," ujarnya berapi-api.
Ethan mendengus. "Sampai botak pun aku tak akan pernah menyerahkan harga diriku ini!"
"Kalau kau botak, cat rambut itu sudah tak berguna, Bodoh!" Eden menanggap ucapan Ethan yang tidak nyambung.
"Tidak apa-apa. Lagipula tidak hanya rambutku yang memiliki bulu yang bisa dicat."
Ethan berucap, bangga.
Seketika itu juga, Eden mengernyit jijik.
Belum sempat mereka berduel, seorang lelaki bersorban menghentikan mereka.
"Wahai, kau anak manusia!! Janganlah sekali-kali kalian berbuat kekerasan. Sesungguhnya kekerasan amat dibenci oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kita semua adalah saudara dan seharusnya bla bla bla ...."
Seorang lelaki bersorban tadi mulai berdakwah.
Eden dan Ethan saling melempar pandang. Mereka sama-sama mengernyit.
Mengabaikan lelaki tadi, Eden menarik pergelangan tangan Ethan.
"Cari tempat lain, ayo!!"
Ethan melepaskan pegangan Eden dengan kasar.
"Eits, kau tak perlu memegangiku! Aku bisa jalan sendiri," ketus Ethan, berucap sambil menyibakkan rambut panjangnya yang berkilau.
Menyaksikan hal itu, entah mengapa Eden merasa kagum. Membuatnya berpikir bahwa kali ini ia sudah memiliki tujuan yang lain, yaitu...
"Aku tak butuh lagi cat rambut itu. Serahkan rambut panjangmu padaku!"
Ethan mendelik tak percaya. Lalu dengan santai melepaskan rambut yang menempel di kepalanya, yang ternyata hanyalah sebuah wig. "Nih, kalau kau mau. Aku masih punya banyak di istanaku."
Ternyata Ethan benar-benar botak, Pemirsa.
Eden tak membiarkan Ethan pergi begitu saja. Padahal, ia sudah mengumpulkan seluruh tenaga dalamnya yang ia pusatkan di telapak tangan.
Tangan kanan Eden memancarkan cahaya biru terang. Ia arahkan cahaya itu menuju Ethan, seketika itu juga tubuh Ethan tersungkur.
Ethan bangkit dan berbalik.
"Kau curang!! Beraninya main belakang!!" bentak Ethan.
Ethan tidak tinggal diam. Ia berjongkok dan menggambar sebuah simbol rumit di tanah.
Ethan mulai merapalkan mantra sambil menyentuh simbol yang ia gambar tadi.
Tiba-tiba asap kemerahan keluar dari tanah. Membumbung tinggi dan menghalangi penglihatan mereka.
Beberapa saat setelah asap merah tadi menipis, muncullah sesosok makhluk berambut kuning keemasan.
Tanggannya menangkup, sosok itu menunduk ke arah Ethan.
"Salam sejahtera untukmu, Tuanku. Aku adalah satan yang akan menuruti semua perintah Anda," ucap sosok berambut kuning tadi.
Ethan tersenyum. "Satan, aku ingin kau menghilangkan semua rambut Eden!"
Eden tersentak. "Apa?!" pekiknya terkejut.
Satan itu mengangguk patuh. Dengan sekali jentikan tangan, membawa secercah cahaya mendekati posisi kepala Eden. Lalu ... puff ... rambut putih Eden hilang tak tersisa.
Eden dan Ethan menjadi sama-sama botak sekarang.
Eden menggeram marah, sekaligus shock.
"A-apa yang telah kau lakukan pada rambut yang menjadi sumber ketampananku, hah?" teriak Eden frustrasi.
Amarah Eden membuncah. Mata beriris kelamnya berkilat tajam. Napasnya memburu. Ia mengangkat tangannya di udara. Kilatan cahaya keluar dari ujung jemari Eden, bersamaan dengan itu muncul pedang tajam berkilat.
Jleb!!