Angga yang seumur-umur tak dekat dengan perempuan mana pun selain mamanya jelas merasa kurang nyaman. Dan ekor, ialah sekarang, berjalan di dempet dua hawa karakteristik serupa.
Habis menghela napas, dia mengamati si kembar.
Angga baru sadar pembeda Zenkyo dan Kenkyo hanya model rambut—Zenkyo bergelombang, Kenkyo lurus—dan tahi lalat di sudut mata yang Zenkyo miliki.
Tampaknya untuk pengingat sebaik Angga cukup mudah untuk menghapal mana teman sekelasnya, mana saudari Mbak Singa.
Langit mendung, tapi angin tidak memberi tanda akan turun hujan. Pukul setengah lima sore. Mereka bertiga harus melewati taman perbatasan kompleks kalau mau sampai area perumahan. Jaraknya sekitar 700 meter lebih sedikit. Berjalan empat ratus meter, tepat di samping taman yang lebih mirip lapangan, Zenkyo mendadak berhenti, otomatis Kenkyo dan Angga mengikuti.
"Kenapa?" tanya Angga-Kenkyo bersamaan.
Zenkyo menyengir. Sebelah tangan sibuk mengusak rambut—lagi.