"Tadi itu, Qiran yang memaksa Arjun untuk ikut pulang bersama Edo, Ayah. Arjun pikir tidak ada salahnya juga. Mungkin jika nungguin ayah akan lama karena ayah super sibuk akhir-akhir ini, 'kan? Jadi, Arjun mengikuti saran Qiran saja. Kami pulangnya naik mobilnya Edo, sedangkan Qiran pulang ke rumahnya."
Arjuna bercerita dengan sudut pandangnya sendiri. Wajahnya tertunduk. Ia belum berani melihat sorot mata ayahnya yang terlihat begitu tegas itu.
"Huh, dasar anaknya Rendi itu memang ceroboh! Sama halnya seperti Edo! Kenapa mereka begitu ragu jika ayah akan menjemputmu, huh? Siapa yang memiliki ide dan menyuruh Arjuna pulang tanpa sepengetahuan ayah?"
"Qiran, Ayah! Bukankah Arjuna tadi sudah bilang di awal jika semua ini salah Qiran dan Edo?" Arjuna berkata ketus.
Baru saja ia mengungkapkan kata bijak meniru mamanya, tapi saat ini Arjuna telah melanggar nasihat mamanya itu.
"Berarti tindakan teman-temanmu itu sudah melangkahi ayah. Benar, 'kan?"