"Hnn, baiklah! Yang terpenting sekarang Juna adalah anak ayah dan bersikaplah seperti anak pada ayahnya, mau?"
Hilal seolah mengerti kebingungan yang dialami oleh Arjuna. Ia menepuk pundak Arjuna beberapa kali.
"Santai saja, Nak! Kamu akan terbiasa juga kok. Yang jelas, ayah akan selalu ada di sampingmu. Jadi, jangan pernah menutupi apa pun dari ayah. Apa pun masalah yang Juna hadapi, Juna harus cerita pada ayah, ya?"
"Aku tidak janji, Pam- eh Ayah."
Hilal cukup terkejut dengan penolakan secara halus dari Arjuna. Namun, setelah itu Hilal tertawa menertawakan kebodohannya sendiri. Hilal merasa sangat lancang karena berucap seperti tadi. Padahal, anak muda juga butuh privasi.
"Baiklah! Jangan terlalu dipikirkan bagaimana Juna harus bersikap pada ayah! Juna mau memanggil dengan sebutan 'ayah' saja, sudah membuat ayah sangat senang."