Angga semakin menaruh kecurigaan terhadap pemuda yang berada di sampingnya itu. Terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Tidak mungkin juga jika kakak kelasnya yang kejam tadi, kini berubah seramah ini tanpa alasan. Angga membatin.
"Bagaimana, huh? Apa kau mau kutraktir?"
"Jangan mengelabuhiku, Kak! Bahkan seorang pengembala akan memberi banyak makan dombanya, sebelum akhirnya domba itu disembelih," gerutu Angga kembali.
"Jadi, kau mengira aku akan melenyapkanmu seperti pengembala yang memotong kambing, huh?" potong Edo.
"Iya, tentu saja. Memangnya apalagi, Kak? Kakak berbuat baik padaku dulu agar aku tak curiga. Saat aku lengah, kakak akan menjadikanku tumbal proyek yang dijalankan kelurga kakak. Begitu 'kan, Kak? Mengaku sajalah!" tuduh Angga dengan nada nyaring.