Orang-orang memandangku rendah karena berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Lebih miskin dari keluarga Maura.
Namun, ada satu gadis yang membuat diriku merasa dianggap sebagai seseorang yang seharusnya mendapatkan hak yang sama di mata masyarakat. Putri Mahendra itu selalu menghiburku dengan kata-kata ajaibnya. Ia tak pernah mendengarkan kata-kata ayahnya yang selalu menjatuhkanku.
Meski Maura mempunyai masalah keluarganya sendiri, tapi dia yang lebih sering menghiburku selama ini. Sedangkan, jika Maura yang bersedih, aku hanya bisa meminjamkan pundakku untukknya. Aku tidak bisa mengucapkan kata-kata mutiara seperti Maura.
Maura selalu tidak terima jika ada seseorang yang merendahkanku. Walau itu ayahnya sekalipun.
"Hilal itu baik, Ayah."
Demikian kata Maura jika Pak Mahedra mengolokku.