Aku menatap tidak suka ke arahnya. Tapi, dari yang terlihat dari tatapannya yang tajam, Tuan Yosi terlihat seperti membenciku lebih dari berkali lipat dari kebencianku padanya. Mungkinkah dia iri akan pesonaku? Entahlah.
Lalu, telunjuk Tuan Yosi mengarah pada foto gadis yang kukira itu adalah adik kelasku dahulu. Tunggu! Aku sejak tadi memanggilnya Tuan, bukan untuk menghormatinya. Tapi, perangainya memang mirip sekali dengan Tuan Mafia Tanah yang meresahkan akhir-akhir ini.
"Apa kau mengingat tentang gadis itu, Hilal?!" tanyanya, masih menunjuk foto gadis berambut sebahu itu. Sedangkan, tangan kirinya masih berada di pundakku. Sok akrab sekali dia.