Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 3 - Chapter 2

Chapter 3 - Chapter 2

Hari ini adalah hari dimana Salsha akan kembali ke negara Tercintanya. Tentu saja Salsha sudah tak sabar akan hal itu. Terbukti, Salsha sudah berada di Bandara bahkan saat penerbangan masih dua jam lagi. Ia sudah tidak bisa membendung kerinduannya kepada para sahabatnya.

Di Bandara ini Salsha tak sendiri. Ada Omanya dan juga Ferrel yang menemaninya.

Saat ini, Salsha sedang duduk di samping Omanya. Ia terus saja merangkul bahu Omanya, "Oma baik-baik, ya disini. Jaga kesehatannya. Jangan sampai sakit lagi. Nanti Salsha pasti sering-sering tengokin Oma disini."

Oma Salsha mengangguk mengiyakan. Ia mengusap-ngusap rambut kesayangan cucunya itu, "Kamu juga jaga kesehatan disitu ya, nak. Titip salam sama Bunda kamu."

Salsha tersenyum, "Iya, Oma."

Ferrel yang berada di samping Salsha pun berbisik di telinga gadis itu, "Jangan lupain gue."

Salsha menyikut lengan Ferrel, "Apaan, sih. Gue nggak mungkin lupain lo, lah. Kalo lo kangen datang aja ke Indonesia."

"Ferrel mengacak rambut Salsha dan berbisik, "Iya, calon istriku."

Salsha membeku mendengar ucapan Ferrel itu. Jantungnya berdetak dengan kencang. Bukan karna senang mendengar kata itu tapi, Salsha merasakan akan ada sesuatu yang tidak beres nantinya.

Dan tiba-tiba pikiran Salsha langsung menuju ke Aldi.

Aldi, aku rindu.

****

Suasana salah satu cafe di daerah jakarta sangat sesak dan penuh. Bagaimana tidak, saat ini SMA Nusa Bangsa angkatan tahun 2016 tengah mengadakan acara reuni untuk sepantaran mereka. Padahal baru 2 tahun mereka melepaskan seragam putih abu-abunya. Dan sekarang mereka di pertemukan kembali.

Acara Reuni ini di gagas oleh mantan ketua perkumpulan siswa dan siswi semasa mereka. Acara ini di meriahkan oleh band lokal yang sengaja di undang sebagai hiburan. Banyak canda tawa, penuh haru yang melingkupi ruangan ini.

"Whatss up, broo. Ketemu lagi kitaa." Roy, teman seangkatan Aldi berbicara dengan nada yang semangat. Mereka bersalaman ala lelaki. Menciptakan suasana penuh kegembiraan.

Aldi tertawa, temannya itu tak pernah berubah, selalu ceria tak tanpa ada beban masalah sedikitpun, "Apa kabar lo?"

Roy merentangkan kedua tangannya, "Seperti yang lo lihat, I am fine." Roy menatap ke arah samping Aldi. Ia melihat seorang gadis cantik yang tampak asing dimatanya. Sebelumnya ia tak pernah melihat gadis itu. Roy mendekat ke arah Aldi dan berbisik di telinga Aldi, "Siapa? Pacar lo?"

Aldi terkekeh, ia menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Roy barusan, "Bukan. Kita cuma temanan doang."

Roy menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Ia menepuk pundak Aldi, "Cewek cantik gini lo kata cuma teman doang? Gilaaa!!"

Gadis yang berdiri di samping Aldi hanya tersenyum tipis. Ia merasa asing dengan suasana dan orang-orang di tempat ini. Ia semakin merapatkan tubuhnya ke arah Aldi saat melihat tatapan aneh dan tajam dari banyak lelaki disana.

"Emang cuma teman, broo," Aldi menjelaskan, "Oiya, kenalin namanya Kezia,  teman kampus gue."

Kezia dan Roy pun bersalaman. Setelah Roy mengenalkan namanya dan di balas senyuman tipis oleh Kezia, mereka menyudahi aksi salaman itu.

"Cantik, kalo lo gak mau, dia buat gue aja." ucap Roy dengan mengerlingkan matanya.

Aldi menepuk-nepuk pundak Roy berkali-kali, "Ngaco lo! Udah ah, gue mau gabung sama Iqbaal cs dulu."

Tanpa meminta persetujuan dari Roy, Aldi menarik tangan Kezia dan membawanya menemui Iqbaal di sudut ruangan.

"Sendiri mulu lo, Steffi sama Bastian kemana?" tanya Aldi sembari duduk di bangku depan Iqbaal.

Kezia pun sama, Ia duduk di samping Aldi setelah ia mengambil dua gelas minuman berwarna dari stand yang disediakan. Ia memberikan satu gelas minuman itu kepada Iqbaal.

Iqbaal melirik ke arah Kezia dengan tatapan tak suka. Bisa saja karna kedatangan Kezia, rencana yang sudah ia susun rapi hancur begitu saja. Dan untuk apa pula Aldi mengajak gadis itu kesini.

"Steffi sama Bastian lagi jemput orang di depan," sahut Iqbaal sembari menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, "Lo ngapain ngajak dia? Dia kan bukan alumni sekolah kita." Iqbaal menatap Kezia dengan tatapan datarnya.

Aldi menoleh ke sampingnya, menatap Kezia yang kini menunduk lesu. Aldi tahu, jika para sahabatnya tidak menyukai kedekatangan dengan Kezia. Aldi menghela nafasnya, "Pengen aja ngajak dia. Nggak salah kan?"

"Terserah lo. Hidup-hidup lo!" balas Iqbaal menampakkan ketidak sukaannya terhadap sosok Kezia.

"Steffi sama Bastian jemput siapa?" Aldi mengalihkan pembicaraannya.

"Ada. Nanti lo juga tahu, kok." Iqbaal masih bersikap secuek mungkin.

Aldi hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Ia malas berdebat. Ia menoleh ke arah Kezia dan mengajak gadis itu mengobrol ringan. Ia ingin membuat Kezia nyaman dan tak canggung disini.

Hingga tanpa ia sadari matanya menatap sosok seseorang yang sangat ia rindukan. Sosok yang selalu ia tunggu kepulangannya. Sosok yang tak lupa ia selipkan namanya di dalam doanya. Dan sosok itu adalah...

"Salsha." lirih Aldi pelan.

****

Steffi sudah tak bisa menahan kerinduannnya untuk bertemu dengan Salsha. Tadi, Steffi mendapat kabar dari Salsha jika sahabatnya itu sudah berada di bandara Soekarno-Hatta dan akan langsung bergegas menuju tempat reuni.

Steffi yang mendengar itu semua tentu saja merasa sangat senang. Ia merasa seperti memenangkan sebuah undian. Hal yang tak pernah ia bayangkan. Pasalnya, Salsha tak pernah mengatakan tanggal pasti ia balik ke Indonesia. Dan sekarang, gadis itu sudah berada disini. Di indonesia!

"Salsha kok lama, sih? Gue kan kangen." Steffi mengerucutkan bibirnya. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru jalanan. Berharap ada taxi yang berhenti tepat di depan pintu cafe ini.

Bastian yang berada di samping Steffi pun merangkul pundak gadisnya, sambil tersenyum, Bastian berkata, "Sabar dong, yang. Bentar lagi pasti Salsha nyampe, kok."

Steffi menghentakkan kakinya, "Lama, iss. tau apa kalo gue kangen!"

Bastian semakin terkekeh, Steffi yang seperti ini sangat lucu baginya, "Bentar lagi. Sabar, yaa."

Dan beberapa saat kemudian, ada sebuah taxi yang berhenti tepat di depan Steffi dan Bastian berdiri. Pintu taxi terbuka dan menampilkan sosok Salsha dengan senyuman manisnya.

Steffi yang kaget dan tak bisa menutupi kegembiraannya langsung saja berhambur ke pelukan Salsha. Ia memeluk sahabatnya itu dengan sangat erat. Matanya berkaca-kaca menahan haru. Akhirnya ia bisa di pertemukan kembali dengan Salsha. Tak jauh berbeda dengan Steffi, Salsha pun sama. Gadis itu memeluk Steffi tak kalah eratnya. Menumpahkan segala perasaan yang membelenggu antara keduanya.

"Gue kangen lo, Sha," ucap Steffi tulus.

"Gue juga kangen lo, Steff."

Bastian tentu saja tak ikut memelukk keduanya, ia lebih memilih membantu sopir taxi menurunkan koper-koper Salsha dari bagasi. Ada dua koper besar dan satu koper berukuran kecil.

Steffi melepaskan pelukannya. Ia menghapus airmatanya yang sempat mengalir dari sudut matanya, "Gue sampe nangis karna terharu. Lucu, yaa." Ia terkekeh.

Salsha terkekeh. Ia memang tak menangis. Tapi bisa di lihat dari kedua matanya yang menunjukkan kebahagian yang teramat dalam bisa berkumpul dengan sahabatnya lagi. Salsha beralih menatap Bastian yang kini sudah berada di samping Steffi.

"Steff, gue peluk Bastian, boleh?" pamit Salsha. Pasalnya Salsha tahu jika Steffi dan Bastian kembali menjalin hubungan. Ia hanya takut sahabatnya itu cemburu jika ia memeluk Bastian.

Steffi menggerutu, "Ya boleh. Ngapain pake tanya segala sih, Sha."

Salsha tertawa, begitupun Bastian, "Abisnya gue takut lo marah. Kan Bastian bebeb lo." canda Salsha.

"Bastian juga kan sahabat lo, jadi boleh lah lo meluk dia."

Dan tanpa menunggu lama lagi, Salsha langsung memeluk Bastian. Bastian pun membalas pelukan itu sembari mengusap punggung Salsha.

"Gue kangen lo, Bas."

Bastian tersenyum, ia sudah menganggap Salsha seperti adiknya sendiri, "Gue juga kangen lo, Sha."

Steffi sendiri tak cemburu atauapun marah jika Salsha dan Bastian berpelukan. Ia paham, jika ada kerinduan di antara keduanya. Mereka ada sahabat. Sahabat sejati.

Pelukan itu tak berlangsung lama. Salsha langsung melepaskan pelukannya dan kembali menatap Steffi, "Aldi apa kabar?"

"Yee, malah nanyain Aldi. Sekali-kali nanyakin gue kek. Ini malah nanyakin Aldi mulu." Steffi pura-pura kesal.

Salsha tersenyum, "Gue cuma kangen, Steff. Bayangin aja, dua tahun gue yang pernah ngelihat wajah dia."

"Iye-iyee. Aldi di dalam, kok. Masuk, yuk. Pasti dia kaget berat ngelihat lo ada disini." Steffi menarik tangan Salsha. Tapi anehnya, Salsha malah diam.

"Kenapa?" bingung Steffi.

Salsha tampak berfikir, "Gimana kalo misalnya Aldi nggak mau ketemu gue? Bukannya dia benci banget ya sama gue?" Ekspresi Salsha berubah menjadi murung.

Steffi tersenyum, ia memegang kedua pundak Salsha, "Aldi itu masih sayang banget sama lo, Sha. Gue yakin Aldi pasti senang lihat lo balik kesini. Percaya sama gue."

Senyuman Salsha kembali merekah. Ia harus bisa berpikiran positif. Steffi dan Salsha pun memasuki cafe tersebut meninggalkan Bastian dengan koper-koper Salsha.

Bastian hanya geleng-geleng kepala melihat kedua gadis yang ia cintai itu. Lantas, ia segera memasukkan koper-koper Salsha ke dalam bagasi mobilnya.

"Gila, ya. Ramai banget yang datang." komen Salsha saat ia dan Steffi sudah memasuki cafe itu, "Eh tapi lo tahu dimana Aldi berada?"

"Tahu la. Udah, lo tenang aja. Siap-siapin hati dan tenaga lo saat ketemu Aldi nanti. Karena sekarang Aldi jauh-jauh lebih ganteng sama lebih berkharisma."

Salsha berhenti, ia menatap Steffi dengan tatapan tak percaya, "Serius?"

Dan tanpa mengetahui apa respon Steffi, tiba-tiba saja ada yang membalikkan tubuh Salsha dan memeluknya dengan sangat erat.

****