"Mau sampai kapan sih, Kez, lo bersandiwara gini di depan Aldi."
Kezia yang sedang asyik memoles kukunya dengan kuteks tersenyum sinis. Sekarang ia sedang menikmati quality time dengan Dara, sahabatnya.
"Sampai gue dapetin Aldi," Kezia menjawab dengan sekenanya. Ia masih asyik memoles kukunya.
Dara Ashila, sahabat Kezia sejak kecil dan selalu bersama-sama kemanapun itu menghela nafas panjang, "Tapi gue capek setiap hari di kampus gue seperti nggak kenal sama lo."
Kezia menghentikan kegiatanya, ia menatap Dara dengan seksama, "Dara, lo tahu kan Aldi dekat sama gue karena tahu kalo gue susah bergaul sama orang. Dan kalo misalnya Aldi tahu gue punya lo. Bisa-bisa Aldi ngejauh dan nggak mau nemanin gue kemanapun gue pergi."
"Apa sekarang Aldi mau sama lo? Lo cuma di jadiin teman kan sama dia."
"Itu karena gue belum ngelakuin sesuatu yang mengharuskan Aldi jadi pacar gue. Tapi lo tenang aja, Dar, secepatnya Aldi pasti jadi milik gue. Gue udah mikirin rencana, kok." Kezia tersenyum jahat.
"Well, segitu cintanya lo sama Aldi?"
"Lo tahu kan, setelah Ferrel ninggalin gue, cuma Aldi yang bisa rebut hati gue. Aldi yang selalu jagain gue."
"Lagian lo tenang aja, Dar, walaupun di kampus kita nggak dekat tapi kan setiap hari lo selalu datang ke rumah gue. Kita habisin waktu bareng." lanjut Kezia.
Pendapat yang mengatakan jika Kezia adalah gadis yang susah bergaul, tak pernah memiliki teman itu salah besar. Kezia hanya bersandiwara di hadapan Aldi seolah-olah ia tak memiliki siapapun kecuali Aldi.
Nyatanya, Kezia adalah gadis yang sangat pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Berbanding terbalik dengan apa yang selama ini Aldi bayangkan.
***
Apa yang terjadi kemaren di taman antara Salsha dan Aldi berlanjut sampai hari ini. Salsha masih jelas membayangkan bagaimana perlakuan manis Aldi kepadanya, semua masih terekam jelas di ingat Salsha hingga membuatnya tak berhenti tersenyum.
Steffi pun yang kini menemani Salsha di kamarnya terheran-heran, walaupun ia sudah mendengar semua cerita Salsha tetap saja Steffi geleng-geleng kepala. Menurutnya, Salsha terlalu over menanggapi hal itu.
"Jadi lo udah maafin Aldi ceritanya, nih," ucap Steffi sembari memasukkan kripik kentang yang di sediakan Salsha ke mulutnya.
Salsha tak menanggapi ucapan Steffi itu, ia malah mesem-mesem tak jelas.
Steffi yang melihat itupun melemparkan bantal ke arah Salsha, "Woy, gue ngomong sama lo."
Salsha mendelik kesal saat merasakan bantal yang mengenai kepalanya, Salsha merenggut kesakitan, "Sakit tau, Steff. Kasar banget, sih."
"Lagian gue ngomong lo malah mesem-mesem nggak jelas. Jadi lo udah maafin Aldi, nih?" ulang Steffi lagi.
"Gue kasihan aja sama dia, minta maaf sampe segitunya sama gue."
"Iya?" Steffi seakan tak percaya, "Kasihan apa karena perasaan lo ke dia?"
Salsha melempar bantar ke arah Steffi, "Sok tau, lo."
Steffi hanya menghendikkan kedua bahunya, ia bangkit dan berjalan ke arah balkon kamar Salsha.
Salsha mengikuti Steffi ke balkon dan duduk di kursi yang ada di sana, "Tiba-tiba aja gue kangen sama Katya."
"Kangen? Dulu aja lo benci sama dia," ujar Steffi membelakangi Salsha.
"Tapi 'kan Katya baik, dia relain Aldi buat gue."
"Sekarang aja lo bilang dia baik, dulu?"
Salsha hanya menghela nafas, membuka majalah yang ada di meja balkon itu dan mulai membolak-balik halamannya.
"Pilih Kezia apa Katya?" kata Steffi tiba-tiba.
Salshe terdiam sejenak, merenung, kemudian ia berkata, "Kenapa sekarang gue ngerasa ini seperti karma?"
Steffi berbalik dan duduk di samping Salsha, ia mengernyit, "Karma gimana?"
Salsha menatap lurus kedepan, "Ya karma aja. Dulu gue rebut Aldi saat Katya di Belanda," Salsha menghela nafas sembari menundukkan wajahnya, "Sekarang Kezia rebut Aldi dari gue saat gue di Italia. Karma 'kan?"
"Gue ngerasain juga gimana jadi Katya," lanjut Salsha.
"Trus lo mau relain Aldi juga buat Kezia?"
Salsha menatap Steffi kemudian menghendikkan bahunya, "Emang hasil rebutan itu nggak bakal awet."
Steffi menatap Salsha tak percaya, bingung kenapa Salsha bisa sampai berfikiran seperti itu, "Lo sama sekali nggak ngerebut Aldi. Aldi 'kan nggak pernah cerita masalah Katya sama lo. Beda sama Kezia, cewek ular itu tahu kalo Aldi sayang sama lo pas lo masih di Italia. Tapi dasar cewek kegatelan ya gitu."
Salsha terkekeh, bukan ia saja yang menamai Kezia cewek ular, Steffi pun sama, "Tapi gue masih ngerasa ini karma buat gue."
****
Sedari tadi, hal yang di lakukan Aldi hanya berkutat pada ponselnya. Bahkan ia tak peduli dengan apa yang Pak Bambang jelaskan di depan sana. Aldi sudah menyetel kursinya, ia duduk di belakang Farhan yang badannya besar, cukup menutupi Aldi dari tatapan Pak Bambang.
Yang di lakukan Aldi di ponselnya bukan bermain game seperti yang biasa ia lakukan. Kali ini, ia sibuk dengan ponselnya karena sedang bertukar pesan dengan Salsha. Aldi sudah meminta nomor ponsel Salsha saat mereka menghabiskan waktu di taman kemaren sore.
Terkadang, Aldi mesem-mesem sendiri membaca balasan dari Salsha yang di anggap lucu padahal tidak. Ia sama sekali tak memperdulikan keadaan di sekitarnya. Padahal ia tahu, jika Pak Bambang sampai mengetahui ia asyik dengan ponselnya, bisa saja dosen tua itu mengusirnya dari perkulihan hari ini.
Kezia yang berada di sampingnya pun mengernyit bingung melihat Aldi. Kezia curiga tentang apa yang Aldi lihat di ponselnya itu, tak biasanya Aldi asyik sendiri dengan ponselnya itu. Pelan-pelan Kezia mendekatkan badannya ke arah Aldi berniat untuk mengintip sedikit. Tapi Kezia sama sekali tak melihat apapun. Kezia menyentuh pundak Aldi, "Lagi ngapain, sih?"
Tanpa melihat Kezia, Aldi menjawab, "Nggak. Jangan ganggu gue dulu. Nanti Bambang lihat, bisa mati gue."
Kezia mendengus kesal, ia kembali ke posisinya semula. Sesekali ia melihat ke arah Aldi yang masih setia dengan ponselnya. Kezia cemburu!
Sedangkan Aldi malah senyum-senyum sendiri melihat balasan pesan dari Salsha. Salsha dan Aldi janjian untuk bertemu di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari kampus Aldi. Sesekali Aldi juga melontarkan gombalannya untuk Salsha. Bukan hanya Aldi, tetapi Salsha juga melontarkan gombalannya yang membuat Aldi tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
Setelah tak ada balasan lagi dari Salsha, Aldi memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Senyum manis tak pernah luntur dari wajah tampannya, apalagi sebentar lagi ia akanĀ bertemu dengan pujaan hati, Salsha.
Kezia kembali menyenggol lengan Aldi, "Kenapa sih lo? Aneh banget."
Masih dengan senyuman manis Aldi menjawab, "Nggak papa."
Hingga tanpa Aldi sadari, Pak Bambang telah selesai memberikan penjelasan dan keluar dari ruangan itu. Aldi segera merapikan bukunya ke dalam tas dan menentang tasnya itu. Dengan bersiul kecil, Aldi keluar dari kelas.
Kezia yang melihat itu pun merapikan bukunya dengan cepat. Kemudian ia menyusul Aldi yang sudah lebih dulu keluar dari kelas itu.
"Ald, lo mau kemana, sih? Buru-buru amat kayaknya."
Aldi menghentikan langkahnya, kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Mau ke cafe depan. Makan."
"Makan? Kok buru-buru," tanyak Kezia sedikit curiga.
"Gue lapar. Makanya buru-buru."
Kezia manggut-manggut, "Gue boleh ikut kan? Kebetulan gue juga lapar."
"Aduh, gimana yaa..."
Kezia menatap curiga Aldi, "Jangan bilang lo mau jauhin gue lagi."
"Bukan gitu," Aldi berusaha menjelaskan, "Yaudah deh, yuk."
Kezia tersenyum senang. Akhirnya ia mempunyai waktu berdua lagi dengan Aldi. Kesempatan ini akan di pergunakan Kezia dengan sebaik-baiknya.
***