Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 15 - Chapter 14

Chapter 15 - Chapter 14

Salsha menghembuskan nafasnya, ia melihat ke arah pintu masuk cafe, berharap Aldi akan segera datang. Tadi, saat ia mengatakan ketemu di cafe ini dengan Aldi, ia sudah berada di cafe tersebut.

Salsha meminum coffe latte yang sudah ia pesan dari tadi. Mengisi kejenuhan, Salsha membuka ponselnya.

Hingga ia melihat sepasang orang memasuki cafe itu. Wajahnya yang sedari tadi bertumpuh pada meja langsung berdiri tegap. Salsha memutar bola matanya kesal. Ia memang ingin bertemu dengan Kezia tapi bukan sekarang. Salsha tahu, pasti gadis itu yang meminta untuk ikut, bukan Aldi yang menawarkan.

Sebelum Kezia dan Aldi sampai di mejanya, Salsha menetralkan nafasnya sejenak. Kali ini ia tak boleh kecolongan lagi, tak boleh terperdaya oleh kebusukan dan drama yang Kezia lakukan.

Tak beda dengan respon Salsha tadi, Kezia yang menyadari jika mereka akan bertemu dengan Salsha disini memasang wajah sinisnya. Ekspekstasinya untuk berduaan saja dengan Aldi hancur lebur. Tapi Kezia bersyukur bisa ikut dengan Aldi, ia jadi bisa mengawasi gerak gerik keduanya.

"Udah lama disini, Sha?" tanyak Aldi

"Pas gue ngajak ketemu disini, gue udah nyampe sih," jawab Salsha, namun tatapannya tertuju kepada Kezia.

"Pasti nggak sabar kan ketemu sama gue," goda Aldi. Ia mencolek hidung gadis itu.

Salsha mendengus geli, "Apaan sih," Salsha tersenyum kecil ke arah Kezia, "Ternyata lo ikut juga. Kirain Aldi cuma sendiri."

Kezia mendekatkan tubuhnya kepada Aldi, seperti meminta pembelaan, "Dia kayaknya nggak suka sama aku, Ald," bisik Kezia.

"Nggak papa 'kan kalo Kezia ikut? Dia nggak punya teman soalnya."

Salsha tersenyum, "Nggak papa, kok. Asal jangan bikin suasana jadi kacau aja. Oiya, dua kali ketemu kita belum resmi kenalan 'kan?" Salsha menyodorkan tangannya ke arah Kezia, "Salsha."

Kezia aneh melihat sikap yang Salsha tunjukkan. Ia juga heran kenapa Salsha masih bersikap baik kepadanya. Dengan ragu, ia membalas uluran tangan Salsha, "Kezia."

Salsha manggut-manggut, mengerti, "Maaf juga karena waktu itu gue sempat ngatain lo nggak bisa masak, walau kenyataannya sih lo juga nggak bisa masak kan, padahal mah cewek. Tapi nggak papa, lo bisa belajar masak sama gue mungkin. Nanti gue ajarin, tenang aja. Maaf juga udah dorong lo waktu itu," sindir Salsha sembari melepaskan uluran tanganya.

Kezia mengepalkan tangannya. Berani-beraninya Salsha mengejeknya seperti itu. Kezia tak akan membiarkan itu semua. Ia akan segera membalas gadis itu, lihat saja.

"Lo temannya yang katanya nggak punya teman selain Aldi kan? Mulai sekarang lo tenang aja, gue bisa jadi teman lo selain Aldi. Jadi, lo nggak bergantungan lagi sama Aldi. Jadi parasit itu nyusahin loh, seriusan," Salsha menepuk pundak Aldi, "Iya 'kan Ald?"

Aldi ingin berkata ia, namun melihat Kezia yang menampilkan wajah polosnya membuat Aldi menjadi tak tega. Ia juga tak menyalahkan perkataan Salsha yang mungkin menyakitkan hati Kezia. Ia tak ingin membuat hubungannya dan Salsha kembali runyam.

Maka hal yang di lakukan Aldi hanya menghendikkan bahunya, "Duduk, Kez." katanya kepada Kezia.

Kezia dan Salsha pun duduk saling berhadapan, keduanya saling melemparkan tatapan tajam.

"Gue ke toilet dulu sebentar," kata Aldi.

Sepeninggal Aldi, Salsha mulai fokus kembali dengan ponselnya, sesekali ia mencomot kentang goreng di hadapannya.

"Maksud lo apa ngerendahin gue di hadapan Aldi tadi?" sepertinya Kezia tak terima dengan perkataan Salsha.

Fokus Salsha yang semula ke ponselnya beralih menatap Kezia, "Yang mana?" Salsha mengetuk-ngetukkan jarinya ke dagunya, mencoba berpikir, "Lo yang gue bilang nggak bisa masak? Atau lo yang gue bilang parasit? Yang mana?"

Kezia semakin mengepalkan tangannya, ia sudah emosi mendengar semua ucapan Salsha, "Kurang ajar lo!"

Salsha pura-pura tercengang, ia mendekatkan minumannya ke arah Kezia, "Lo kepanasan ya? Minum dulu."

"Maksud lo apa?" ulangi Kezia kedua kalinya.

"Gue nggak bermaksud apa-apa. Lagian yang gue omongin benar 'kan? Lo cuma parasit di hidup Aldi. Lo bikin lo seakan-akan cewek yang polos, cewek yang nggak punya teman satupun. Itu semua buat narik perhatian Aldi 'kan?"

"Segitunya lo buat narik perhatian Aldi?" lanjut Salsha. Ia memandang Kezia dengan tatapan jijik.

Kezia menutup matanya, berusaha menahan gejolak amarah yang memuncak ingin keluar. Andai saja saat ini mereka tak lagi berada di cafe, ingin rasanya Kezia menjambak rambut Salsha.

"Kenapa lo bersikap seperti tadi di hadapan Aldi? Lo lagi bersandiwara kan dengan pura-pura mau temanan sama gue."

Salsha terkekeh, ia menyandarkan punggungnya, "Bukannya lo juga bersandiwara waktu itu di dapur? Pura-pura merasa di sakiti."

"Brengsek!" Kezia mengumpat. Ia tak menyangka bahwa Salsha gadis yang pemberani.

"Gue belajar dari lo, kok. Kalo drama harus di balas dengan drama."

Salsha memajukan wajahnya ke hadapan Kezia, "Cukup sekali gue tertipu sama lo. Kalo lo mau bikin drama lagi di depan Aldi, gue bisa drama yang lebih hebat dari lo."

Kezia menegang, saat ini ia kalah di hadapan Salsha, "Gue bisa bikin Aldi jauh dari lo. Lo tahu 'kan Aldi selalu nurutin kemauan gue. Aldi selalu nemanin kemanapun gue pergi!"

Salsha tersenyum manis, ia menjauhkan wajahnya, "Gue juga tahu kalo lo sama Aldi juga sebatas kuliah doang. Bentar lagi kalian libur kuliah 'kan? Gue bisa loh bikin Aldi nggak ingat sama lo selama liburan."

Tangan Kezia mengepal, ntah bagaimana lagi membalas gadis sombong di hadapannya ini, "Mau lo apa, sih."

"Mau gue? Berhenti jadi parasit di hidup Aldi!"

Belum sempat membalas ucapan Salsha, Aldi datang dan duduk di samping Salsha, "Kalian nggak papa 'kan?"

Perlahan, Kezia merenggangkan tangannya yang mengepal, ia tak ingin Aldi curiga kepadanya.

"Nggak papa, kok," Kezia menjawab, "Ternyata Salsha asyik juga ya orangnya. Gue senang, deh punya teman lain selain Aldi."

****

Salsha cukup merasa senang, karena selama di cafe Aldi bersikap netral, tidak terlalu fokus kepada Kezia ataupun kepada dirinya. Salsha juga bangga kepada dirinya yang bisa melawan Kezia, biarpun mati-matian ia bersikap seperti itu.

Salsha bukan gadis yang jahat, hatinya mudah tersentuh dan sangat lembut, ia mudah memaafkan. Tetapi, bertemu dengan spesies seperti Kezia membuatnya harus berusaha keras terlihat kuat dan tak mudah di kalahkan.

Saat ini Salsha, Aldi dan Kezia sedang berada di dalam mobil. Setelah terjadi aksi perebutan duduk di samping Aldi yang ternyata di menangkan oleh Kezia. Kezia membuat drama lagi yang mengharuskannya duduk di depan, di samping Aldi. Salsha hanya mengalah, tak mau terlalu meladeni Kezia. Ia juga harus bisa menahan kesal saat Kezia selalu mencoba menyentuh Aldi, seperti menepuk pundaknya atau bahkan mengusap lengan Aldi. Kezia terlalu posesif.

Kezia juga kelihatannya sengaja membahas topik kuliah agar Salsha tak ikut nimbrung kedalam bahasan itu. Maka hal yang di lakukan Salsha hanya bersender pada kursi dan melihat ke arah jendela.

"Pokoknya kalo IPK gue lebih tinggi dari lo, lo harus ajak gue jalan dan neraktir gue," Kezia berkata dengan nada lembut. Membuat Salsha ingin muntah.

Salsha mendengus jengkel mendengar syarat yang Kezia katakan. Syarat apaan itu. Salsha juga semakin jengkel saat Aldi terkekeh.

"IPK lo pasti lebih tinggi lah dari gue, nggak usah di ragukan lagi."

Kezia juga ikut terkekeh, "Jangan pesimis gitu dong," Kezia menepuk pundak Aldi, "Bisa jadi IPK lo yang lebih tinggi. Dosen-dosen udah banyak yang suka sama lo kan?"

Aldi menatap Kezia sekilas, kemudian kembali fokus kepada jalanan di depannya, "Ngarang banget lo. Nggak usah ngasih harapan palsu la sama gue."

Kezia tertawa pelan, ia tak ingin terlihat urakan di depan, "Berarti lo siapin uang lah buat nraktir gue."

Aldi menghormat sejenak, "Siap bos. Lo mau jajan apa aja gue bayarin."

Salsha mengepalkan tangannya. Untuk apa Aldi mengajaknya pulang bareng jika ia hanya di diamkan seperti ini. Salsha seperti obat nyamuk di antara kemesraan mereka berdua.

Tapi senyuman langsung terbit di wajahnya kala Aldi memberhentikan mobilnya tepat di halaman sebuah rumah mewah. Tempat perumahan elit. Awalnya Salsha heran kenapa Aldi menghentikan mobilnya tapi saat Kezia menggerutu kesal barulah Salsha tahu jika ini adalah rumah Kezia.

"Kok kerumah gue duluan sih, Ald. Kenapa nggak kerumah Salsha dulu," Kezia mendengus kesal. Ia menatap Salsha dari spion kecil di dalam mobil. Salsha tersenyum meremehkan yang semakin membuat Kezia kesal.

"Tadi 'kan lo ngampus pasti capek, lah. Makanya sekarang istirahat, ya."

Kezia sedikit senang saat Aldi perhatian kepadanya. Namun ia masih kesal, ia tak bisa membayangkan jika Aldi dan Salsha berdua-duaanya di dalam mobil.

"Tapi gue bosan di rumah. Ayolah, anterin Salsha pulang duluan."

Aldi berusaha menjelaskan dengan lembut agar Kezia bisa mengerti, "Kan gue udah nganterin lo pulang, masa lo mau ngikut lagi nganterin Salsha. Yang ada gue capek la. Lagian gue masih ada urusan sama Salsha."

Kezia menunduk lesu, ia tak mau membiarkan Aldi dan Salsha punya waktu berduaan. Tapi ia juga tak mau kelihatan posesif di hadapan Aldi, "Yaudah deh. Tapi nanti kabarin gue, ya."

Aldi mengangguk. Dengan perasaan kesal pun Kezia keluar dari mobil Aldi. Salsha yang melihat itu pun ikut keluar dari mobil Aldi bermaksud untuk duduk di tempat Kezia tadi.

Di samping mobil Aldi, Salsha berbisik di telinga Kezia yang semakin membuat gadis itu geram, "Saatnya gue yang punya waktu berduaan sama Aldi. Jauh-jauh deh lo."