"Sayang. Mungkin dia sudah merasa lebih baik makanya jalan-jalan ke sini," ucap Bastian sambil memegang pundak Siska namun pandangannya tertuju pada Gea yang terlihat tidak nyaman. Tentunya dia khawatir selingkuhannya itu akan marah atau meninggalkan nya karena dia sedang bersama istrinya sementara sudah menjanjikan sebuah perceraian.
"Halah, mungkin saja dia hanya pura-pura sakit!" sahut Siska dengan kesal kemudian menunjuk-nunjuk wajah Alexa. "Awas saja jika besok tidak berangkat ke kantor, saya pastikan potongan gaji kamu akan semakin besar!"
Alexa hanya tertunduk dan tidak berani menjawab karena dia tidak pandai berdebat.
"Alexa memang sedang tidak enak badan. Dia baru merasa baikan dan saya mengajaknya jalan-jalan supaya tidak terlalu penat karena memiliki bos sangat cerewet seperti kamu!" Kali ini Gea ikut bicara. Dia tidak menyangka bahwa istri dari pacarnya sangatlah cerewet. "Kamu orang kaya tapi masalah gaji karyawan yang punya hutang sedikit saja masih selalu dibahas bahkan di luar pekerjaan. Kamu sangat tidak profesional!"
"Hey, kamu tidak tau apa-apa tidak usah ikut bicara. Temanmu itu memiliki banyak hutang sangat banyak pada perusahaan ku. Jika tidak banyak, tidak mungkin aku tetap memperkejakan nya karena aku tidak ingin rugi." Siska menatap tajam ke arah Gea yang ikut campur tentang Alexa. Bahkan wanita itu menunjuk-nunjuk ke arah wajah selingkuhan suaminya yang belum dia sadari.
Gea langsung mengibaskan tangan Siska dari hadapannya. "Saya berhak bicara karena saya tidak suka dengan cara kamu memperlakukan nya!"
"Jika kamu tidak terima, apa menurutmu saya akan peduli? Apa kamu mampu membayar hutang-hutangnya? Tidak, Kan ....kalau begitu kamu diam saja!" Siska mendorong Gea hingga mundur beberapa langkah.
Gea tidak terima dan hendak mendorong Siska namun segera dicegah oleh Alexa sementara Siska ditahan oleh Bastian.
"Sudah, Gea. Jangan dipermasalahkan lagi. Ini adalah urusan ku!" seru Alexa memegang tangan Gea.
"Tapi dia sudah berlaku semena-mena di luar jam kerja. apalagi hari ini kamu sudah resmi cuti, kan?"
"Alexa ..." Siska hendak bicara namun Bastian langsung menyanggah dan menariknya.
"Sudahlah, masalah sepele jangan kamu jadikan besar! Hutang karyawan jangan kamu ungkit di depan umum seperti ini. karena itu mencerminkan sikap sangat tidak profesional mu sebagai bos! Sebaiknya kita pergi atau aku akan meninggalkan kamu sendiri!"
Gea tersenyum sinis pada Siska. "kamu memang bos yang buruk. Suamimu saja tidak suka pada sikap mu!"
"Jaga ucapan mu, Sialan!" Siksa tidak terima.
"Sudah, Gea. Ayo pergi dari sini " Alexa menarik Gea.
Bastian melirik sekeliling dan melihat beberapa orang memperhatikan perdebatan antara Siska dengan Gea. Dia pun menarik paksa istrinya untuk menjauh dari gadis yang nyatanya adalah selingkuhannya.
Alexa menarik Gea hingga menjauh dari Siska. Dia mengajak sahabatnya itu ke tempat lain yang berbeda arah dengan bosnya. "Kalian berdebat hanya membicarakan masalah hutangku saja sudah hampir cakar-mencakar, bagaimana jika ketahuan kalau kamu selingkuhan suaminya. Bisa perang dunia ketiga versi wanita!"
"Aku tidak takut padanya. Dia terlihat tua dan tidak lebih cantik dariku. Pantas saja suaminya menyukaiku," ucap Gea mengikuti Alexa.
"Sudahlah lupakan. Hubungan kalian sungguh tidak waras!" seru Alexa dengan bersungut-sungut menarik Gea ke arah penjual berbagai peralatan make up. "katamu ingin mentraktir aku. Sekarang aku akan pilih dan kamu yang membayar!"
Gea melepaskan cengkraman tangan Alexa pada tangannya yang tampak agak memerah. "Hem. Kamu menarik aku terlalu kuat. Sekarang minta ditraktir."
"Karena itu adalah janjimu. Aku sangat malas melihat Bu Siska jika sedang marah. Jadi, lebih baik aku menarik mu untuk menghindarinya," jelas Alexa kemudian memilih berbagai peralatan make up.
"Sungguh dia sangat cerewet. Sekarang aku paham kenapa suaminya memacari aku, bahkan bersedia untuk menceraikannya," sahut Gea.
"Benarkah?"
"Iya."
"Jika setelah dia cerai kamu akan menikah dengannya, kamu akan terlihat seperti pelakor," ucap Alexa mengingatkan. Dia mengambil satu set peralatan make up yang tidak terlalu mahal kemudian membawanya ke meja kasir.
"Aku tidak peduli. Yang terpenting, aku bahagia bersamanya," sahut Gea yang ternyata sudah dibutakan oleh cinta.
'Entah kenapa aku tidak yakin,' batin Alexa sambil menatap kasir yang sedang mentotal harga peralatan make up nya.
"Semuanya satu juta lima ratus ribu rupiah," ucap kasir setelah meletakkan peralatan make up ke dalam paper bag berwarna merah muda dan memberikannya pada Alexa.
"Apa ... Satu juta lima ratus ribu?" Alexa termangu sambil menerima paper bag itu.
"Itu murah. Aku akan membayarnya," ucap Gea kemudian mengambil kartu kredit dari dalam tas nya dan memberikannya pada kasir yang segera memproses pembayaran menggunakan mesin.
"Itu sangat mahal bagiku, karena biasanya aku hanya membeli peralatan make up dengan harga dua ratus ribu," sahut Alexa tampak menyesal sudah membeli dengan harga terlalu mahal. "Setelah ini, kita tidak perlu membeli pakaian."
"Kenapa?" tanya Gea. Dia mengambil kartu kreditnya kembali karena sudah selesai membayar.
"Ini saja sudah mahal."
"Tidak apa-apa. Uangku masih banyak." Gea tersenyum meyakinkan. Dia beralih mengajak Alexa untuk melihat pertunjukan ice skating yang tidak jauh letaknya dengan tempat penjual peralatan make up itu.
-----
Melvin baru tiba di mall, Dia berjalan dengan langkah agak cepat karena tidak ingin ketinggalan melihat pertunjukan yang akan dilakukan oleh Joey. Melihat Joey menari di atas arena dengan menggunakan sepatu ice skating dan mengenakan gaun berwarna putih adalah hal yang sudah menjadi favoritnya.
Hingga beberapa menit berjalan menyusuri mal, akhirnya Melvin tiba di lokasi arena ice skating yang cukup luas berbentuk oval dengan pagar pembatas di mana banyak para pengunjung yang menonton beberapa atlet yang sedang tampil.
"Selalu sempurna," gumam Melvin saat melihat Joey sedang menari bersama partner nya yang merupakan seorang pria berwajah khas Asia. Adik tirinya itu mengenakan terusan dress berwarna putih sebatas lutut, menggelung rambutnya dengan bagian depan berponi yang menutupi keningnya, sementara pasangannya mengenakan celana dasar berwarna hitam dan kemeja putih. Mereka berdansa sambil meluncur begitu indah di atas arena dan mengenakan sepatu seluncur.
Saat asik menonton Joey, pandangan Melvin tertuju pada Alexa dan Gea yang juga menonton tidak jauh darinya. "Dia sudah sembuh?"
Alexa dan Gea tampak kagum melihat aksi Joey yang sedang menari sambil meluncur. Bahkan, adik tiri Melvin itu berputar hingga berkali-kali dengan indah menggunakan satu kaki.
"Dia cantik dan sangat pandai. Aku jadi ingin mencoba," gumam Gea sambil menepuk kedua tangannya di depan dadanya.
"Aku tau siapa dia," sahut Alexa teringat saat melihat foto Joey terpasang sebagai foto orang yang menelpon Melvin.
"Benarkah? Apa kamu sempat berkenalan dengannya?" tanya Gea masih menatap Joey yang berjarak sekitar 10 meter darinya.
"Tidak. Aku hanya tidak sengaja menjawab panggilan darinya di ponsel Melvin yang tertinggal di tuxedo yang tadi aku pakai," jelas Alexa.
"Apa dia pacarnya?" tanya Gea lagi.
"Bukan. Aku malah disangka pacarnya. Aku belum sempat mengatakan siapa aku sebenarnya tapi dia sudah terlebih dahulu menduga dan dia sangat cerewet. Sepertinya dia akan menikah juga," jelas Alexa dengan santai.
"Astaga, kamu disangka pacarnya?" Gea menepuk pundak Alexa. "Kamu sudah mendapat perhatian dari Melvin, sekarang gadis cantik itu juga mengira kamu adalah pacarnya. Aku berharap kalian akan berpacaran sungguhan!"
"Itu tidak mungkin. Aku hanya butiran debu untuknya." Alexa pesimis.
"Sama halnya seperti aku. Aku seperti butiran debu untuk Bastian tapi Bastian tidak memandangku dari status atau materi. Semoga saja Melvin begitu denganmu!" Gea semakin antusias. Kembali berhalusinasi Alexa akan bernasib mujur seperti gadis-gadis dalam film romantis yang pernah dilihatnya.
"Jadi, kamu yang dikira sebagai pacarku?"
Tiba-tiba ada seseorang yang bertanya dari arah belakangnya. Seketika Alexa menoleh dan termangu menatap seseorang itu adalah Melvin. 'Demi Tuhan. Kenapa aku selalu bertemu dengan dia di saat yang tidak tepat,' batinnya.
Gea tersenyum melihat Melvin yang menatap Alexa begitu intens. 'Aw, sepertinya mereka ...'
"Maaf. Saat itu aku tidak bisa untuk tidak menjawab panggilan darinya karena di terus menelpon mu," ucap Alexa memalingkan wajahnya beralih menatap Joey yang tersenyum ke arahnya. Ah, pasti Joey tersenyum karena ada Melvin juga dan semakin mengira Alexa sebagai pacar Melvin.