"Jangan terlalu mencurigainya Park Ji Min," tegur Seok Jin pada pria tinggi yang memiliki warna kulit kontras yang memutih membuat Seok Jin harus menundukkan pandangannya untuk bisa melihat wajah Ji Min yang terus menunduk dengan semua isi kepalanya yang negatif.
"Apa? Aku hanya sedang memikirkan berapa lama Jung Ki mengenal Min Yoon Seok sampai-sampai pria itu harus mau masuk ke mobil pria itu dengan santai dan melupakan bagaimana pertemanan kita terjalin sangat lama." Seok Jin sedikit tahu bagaimana perasaan Park Ji Min, sebenarnya sebelumnya.
"Kau dulu bersikap baik dan tidak seperti ini sebelumnya, ada apa?" Seok Jin yang sudah memperkerjakan Ji Min semenjak kafe itu terbuka lebih dari tujuh tahun mulai mempertanyakan apa yang sebenaenya terjadi dengan Ji Min.
"Aku baik-baik saja," jawab Ji Min tidak mengatakan apapun dan memilih mengambil ponsel dan tasnya untuk pulang, Ji Min tersenyum kecil dan manis. Kali ini pria itu hanya menunduk sembilanpuluh derajat dan pamit pulang menyusul Jung Ki.
"Aku pulang dulu, Kak Seok Jin. Terimakasih karena aku telah memberi pekerjaan untukku," sambung Ji Min saat itu dan berjalan keluar dari caffe memilih untuk pulang dengan kedaraannya.
Sepeda yang Ji Min dapatkan satu terakhir bersama Jung Ki dari Kim Seok Jin benar-benar membantunya. Bahkan pria itu sengaja membeli helm untuk berkendara dengan sepedanya.
Selesai dengan keselamatan yang dia pakai Ji Min memilih langsung pergi ke lintasan sepeda dan mengendarai sepedanya dengan pelan katena kepalanya benar-benar hanya dipenuhi oleh Min Yoon Seok dan hubungan baiknnya dengan rekan kerjanya.
Jeon Jung Ki.
"Ku rasa Jung Ki benar-benar bukan pria yang akan langsung terbuka dengan seseorang, aku masih ingat jelas bagaimana pria itu menolak keberadaanku, irit bicara dan seperlunya saja. Tidak seperti sekarang." Ji Min lagi-lagi memikirkan hal yang sama untuk mendapatkan hal yang sejujurnya dia pikirkan sejak lama.
Sejujurnya melihat Min Yoon Seok selalu memesan minuman kopi berkafein tinggi, Ji Min sebagai karyawan yang sama di tempat Jung Ki bekerja selalu mengubah pesanan dan mengirim hal yang berani untuk mengusir Yoon Seok membuat Ji Min kembali memikirkannya.
Lima tahun bertemu dengan Yoon Seok pria itu sama sekali tidak memikirkan akan sampai dimana pertemanan Jung Ki dengan Yoon Seok serius. Ji Min selalu menilai jika kedatangan Yoon Seok hanya menginginkan minuman dari kafe tempatnya bekerja.
Mendengar hubungan Kim Seok Jin dengan sesama pria membuat Ji Min kembali berpikir lebih tegas. Dia bahkan sampai menguras isi kepalanya mengingat apa yang sebenarnya dia pikirkan memang sebuah kemustahilannyang ada.
"Bagaimana mungkin jika sebenarnya aku hidup di lingkungan yang kotor dan tidak bisa membedakan perasaan cinta dan pertemanan semata?" Ji Min menelan ludahnya sukar, dia menghentikan kayuhannya dan memilih berhenti di toko kecil tempat dimana biasanya Ji Min membeli beberapa cemilan untuknya setelah mendapatkan uang dari tempat kerjanya.
Gaji nya bulan ini.
Ji Min menghentikan pergerakan sepedanya, Ji Min menyimpan sepedanya dengan baik lalu masuk ke toko tersebur dengan nyaman, tidak lama dari itu Ji Min benar-benar masuk dan mengambil keranjang untuk tempatnya menaruh barang belanjaannya.
Ji Min ingin membeli beberapa cemilan, pria itu mengambil roti isi, lalu satu jus jerut dan mie lalu beberapa nasi untuk mengganjal perutnya.
Ji Min memang sengaja tidak memakan makanan yang Min Yoon Seok berikan pada Jung Ki dan Jung Ki memberinya padanya.
Ji Min tahu betul makanan itu mahal, oleh karena itu Ji Min milih menahan kelaparannya dan menyimpanan makanan dari Jung Ki untuk dimakan oleh kedua orang tuanya saja.
Park Ji Min hanyalah pria yang tidak mampu.
"Totalnya duapuluh ribu won," ucap kasir dengan menghitung pesanan Ji Min membuat pria itu membayarnya dengan cepat.
Tidak lama dari itu Ji Min langsung membuka mie untuk dia masak di satu toko yang sama karena toko tersebut menyediakan tempat untuk membuat mie.
Tidak lama dari itu Ji Min keluar, mengambil tas dan memilih duduk di taman kecil dimana ada beberapa meja dan kursi untuk disinggahi.
Ji Min memilih makan siang di luar agar saat pulang pria itu bisa langsung mandi dan tidur sampai pagi sebelum berangkat ke tempatnya bekerja.
Mendapatkan tempat yang nyaman untuk makan malam Ji Min memilih menghela nafasnya berat setelah menyadari pekejeaannya hari ini sangat membuatnya kelalahan.
Saat Jung Ki datang dengan masker di wajahnya, luka di wajahnya, seluruh tubuh yang membiru, Ji Min di tinggal di kafe sendiri di jam istirahat karena Seok Jin mengantar Jung Ki ke rumah sakit, dan smeuanya sedikit mengganjal setelah Jung Ki kedatangan Yoon Seok dan berbicara berdua, dan Jung Ki yang pulang bersama dengan Yoon Seok juga.
Itu semua terlihat sangat mengejutkan untuk Ji Min, dan hari itu sudah berlalu mengingat sekarang sudah pukul dua malam.
"Selamat makan malam, Ji Min." Pria itu mengucapkan kalimat tersebut untuk dirinya sendiri sebelum Ji Min sampai membuka beberapa nasi yang dia pesan dan juga cemilan yang dia beli.
Ji Min menikmati makan malamnya sendirian, dengan taman yang sudah mulai sepi, beberapa orang mulai menutup toko-toko mereka dan lampu taman yang mendiamkan semuanya karena semua ornag mulai mengawali tidur mereka.
Hanya Ji Min yang belum, pria itu masih harus makan malam untuk dirinya sendiri. Bahkan mata tajamnya itu masih melihat sekeliling dimana dia sudah hampir menghabiskan makan malamnya.
"Siapa itu?" tanya Ji Min saat melihat jika ada dua pria yang baru saja keluar dari klinik duapuluh empat jam dengan seseorang yang memberi jaket tebal pada satu pria yang lain.
Mata kecil Ji Min menyipit mencari jawaban, pria itu bahkan ingin langsung berdiri karena merasa salah satu dari pria tersebut adalah orang yang dia kenali.
Meninggalkan makan malamnya, Ji Min memilih untuk berjalan menuju sisi jalan untuk melihat siapa yang baru saja pergi, bahkan Ji Min masih memikirkan apa saja yang dia lihat dengan isi kepala yang berusaha berpikir baik-baik.
Sayangnya semua itu gagal.
"Sial, dia Jung Ki." Ji Min menyadari pakain terakhir yang digunakan Jung Ki rekan kerjanya dan melihat jika jaket itu milik satu orang yang sama yang menjemput kepulangan Jung Ki dimana Min Yoon Seok masih menggunakan pakaian yang sama juga.
"Apa yang memberi semua luka yang ada di tubuh Jung Ki itu Min Yoon Seok?"
"Pria itu baru saja mengantar Jung Ki ke klinik kesehatan, dan pria itu merengkuh bahu Jung Ki dan membimbing Jung Ki masuk ke mobil yang sama dimana pria itu masuk di depan kafe."
"Apa semua luka itu dari Min Yoon Seok?"
"Jika iya, bukankah ini sebuah kejahatan besar?" Ji Min terus melihat dan menelisik apa saja yang Jung Ki dan Yoon Seok lakukan di mobil tersebut. Sayangnya yang Ji Min dapatkan hanya kepergiaan setelah mobil itu terparkir di depan klinik tersebut cukup lama.
"Haruskah aku pergi ke klinik tadi?" gumam Ji Min benar-benar sangat khawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Jeon Jung Ki.
Satu langkah berani pergi meninggalkan tepat yang sama, suara dari sumber lain mengacaukan niat Ji Min.
Pria itu terhenti dan mengelus perutnya. "Aish, kenapa kau lapar di waktu yang tidak tepat, perut!" gerutunya setelah menyadari kepalarannya tidak jauh lebih penting dari infomasi.
Menyadari apa yang Jung Ki lakukan, Ji Min memilih kembali ke makanannya sendiri dan melupakan teka-teki yang dia dapatkan hari yang awal untuknya juga.
Dengan ponsel di tangannya, satu tangannya mengambil supit dengan beberapa kali memberi makanan pada mulutnya Ji Min pada akhirnya memakan makan malamnya dengan cepat karena setelah makan pria itu merasa tubuhnya sudah sangat lelah dan membutuhkan tidur.
Pada akhirnya pria itu membuang semua sampahnya pada tempat sampah meninggalkan setengah jus nya untuk di rumah dan menggendong tasnya untuk segera pulang.
Butuh waktu limabelas menit untuk sampai, pria itu menggunakan sepedanya untuk mempercepat kesampaiannya di rumahnya, dua belas menit mengendarai sepeda pada akhirya Ji Min sampai dengan membawa satu box besar dari Jung Ki hari ini.
"Ji Min pulang!!!" Pria itu berteriak dengan mengatakan jika kepulangannya dari ini adalah hari yang akan cerah sampai beberapa hari kedepan.
"Bagaimana pekerjaanmu, nak?" Wanita dengan tinggi badan tidak jauh darinya mulai menyapa, wanita itu tersenyum dan mencium tangan ibunya dan memeluknya.
"Aku membelikan ibu beberapa makanan, ini sangat enak ibu." Ji Min memberikan semua makanan yang Ji Min daparkan dari Jung Ki dengan mengatakan jika makanan itu adalah makanan pembeliannya.
"Astaga nak." Wanita itu terlihat sangat terkejut menyadari jika apa yang dia dapatkan dari putranya bukanlah makanan sembarangan atau makanan yang akan dijual murah.
"Darimana kau membelinya nak? Ini sangat mahal." Ibu Ji Min terlihat sangat terkejut dengan membuka box tersebut dan menutupnya, wanita itu melakukan hal yang sama berulang kali membuat Ji Min terkekeh kecil.
"Jangan menangis ibu," ucap Ji Min dengan menghapus air mata ibunya yang beberapa kali menetes mendapatkan makanan mahal dari anaknya. "Kau benar-benar anak yang sangat berbakti Ji Min."
"Maafkan ibu dan ayahmu karena--" Ji Min terlihat menutup mulut ibunya dengan jari telunjuk untuk tidak mengungkitnya lagi.
"Aku sama sekali tidak mempermasalahkan latar belakangku di lahirkan di keluarga yang seperti apa, ibu." Ji Min menggelengkan kepalanya pelan, bahkan kali ini Ji Min mengambil isi amplop gajinya dan memberikan pada ibunya setengah dari gajinya.
"Ini uang gajiku selama satu bulan itu, untuk makan kita bersama." Ketahuilah, setegar dan sekuat apapun Ji Min untuk bekerja dan pekerjaannya pria itu hanya berusaha menutupi keadaan dan apa yang dia miliki.
"Kau benar-benar anak yang baik, Ji Min. Maafkan ibu dan ayah yang belum bisa memberimu apapun." Ji Min terkekeh, dia menggelengkan kepalanya pelan. Dia sama sekali tidak ingin menangis, bahkan pria itu hanya terkekeh tanpa suara.
"Aku masuk dulu, ibu. Aku butuh mandi."