Ketika melihat pria berpakaian hitam itu semakin mendekat, mata Han Weilan menyapu setiap benda yang ada di sekitarnya, ia mencari-cari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melawan pria itu.
Tiba-tiba Han Weilan menjauhkan dirinya dari lengan Mo Yangyang, kemudian ia meraih sesuatu yang ada di atas meja. Sebelum tidur, Mo Yangyang selalu membagi minyak wijen ke dalam wadah-wadah kecil.
Mo Yangyang pun terkejut dengan tindakan anaknya, "Latiao ..."
Han Weilan bergerak sangat cepat, dan Mo Yangyang tidak sempat menghentikan anaknya.
Kemudian Han Weilan berkata dengan marah, "Penjahat, minggir... Kamu tidak boleh menyakiti Mamaku... Dasar penjahat..."
Sambil berteriak, Han Weilan melemparkan botol kecil berisi minyak wijen ke arah pria yang mengenakan pakaian warna hitam itu.Han Weilan mencoba bertingkah seperti anak kecil, bahkan ia bergerak ke sana kemari seperti anak kecil, gerakannya tidak teratur dan terlihat seperti sedang bermain.
Namun, jika diperhatikan lebih dekat, maka bisa dilihat bahwa minyak wijen itu telah tumpah mengenai samping kaki pria itu. Tumpahan minyak wijen itu perlahan akan mengalir dan menyebar ke seluruh lantai.
Pria berpakaian hitam itu masih tidak bisa membuka matanya akibat bubuk cabai yang tadi taburkan oleh Han Weilan. Dan kini ia lagi-lagi berhasil dijebak, kemarahannya pun semakin memuncak. Karena sudah tidak tahan lagi, ia menghina dengan keras, "Sialan, dasar bajingan kecil anak haram. Tunggu saja, aku akan memberimu pelajaran sebagai Ayahmu hari ini..."
Mo Yangyang tercengang. Bagaimana pria ini tahu bahwa Latiao tidak memiliki ayah?
Apa mungkin pria ini bukan tiba-tiba ingin mencuri, melainkan sudah memiliki rencana yang lain? Batin Mo Yangyang.
Orang berpakaian hitam itu menghina dengan keras. Ketika ia melangkah keluar, ia langsung menginjak minyak. Ia pun terpeleset dan kehilangan keseimbangan, seketika kepalanya membentur sudut meja yang keras.
Terdengar suara yang keras, seperti menabrak benda yang keras. Karena benturan yang cukup keras, pria berpakaian hitam itu hampir saja pingsan.
Setelah menunggu pria berpakaian hitam itu pingsan, Mo Yangyang dengan cepat membuka pintu restoran sambil menggendong Latiao, kemudian ia berlari keluar dengan cepat.
Tidak lama kemudian, polisi pun datang ke tempat kejadian. Mereka menangkap pria berpakaian hitam itu. Restoran Mo Yangyang ini memiliki kamera pengawas, sehingga apapun yang dilakukan oleh pria ini bisa terlihat dengan jelas melalui rekaman kamera pengawas.
Perampokan menggunakan pisau, percobaan pemerkosaan, pria berpakaian hitam ini bisa dituntut dengan tuduhan yang tidak ringan. Meskipun pria itu terluka, namun pria berpakaian hitam itu terjatuh sendiri, dan tidak ada hubungannya dengan orang lain.
Setelah polisi menanyakan situasinya, mereka pun langsung membawa pria berpakaian hitam itu pergi. Akhirnya keadaan pun menjadi aman, kini Han Weilan baru merasakan sakit di tubuhnya.
Terlahir kembali sebagai anak berusia empat tahun, tubuh kecil ini terlalu lemah. Han Weilan bersandar di pelukan Mo Yangyang, ia memandangi wajah ibunya yang muda, sangat cantik, dan bersih. Kemudian ia berkata dengan lembut, "Mama... Sakit..."
Pada saat ini, Han Weilan merasa dirinya seperti anak berusia empat tahun, di depan Ibunya, ia bisa menjadi sangat manja.
Dalam ingatan Han Weilan, peristiwa yang terjadi malam ini, terjadi juga di kehidupan sebelumnya. Meskipun saat itu Mo Yangyang juga melindunginya, namun harga yang Mo Yangyang bayar sangat tragis.
Dalam kehidupan sebelumnya, Mo Yangyang berjuang untuk membutakan pria berpakaian hitam itu di satu matanya, tetapi dua jari-jarinya tiba-tiba patah, dan satu telinganya menjadi tuli. Tapi dalam kejadian kali ini semua yang terjadi itu tidak seperti saat itu. Meskipun Mo Yangyang tidak diperkosa, tetapi tetap saja tidak bisa menghindari tuduhan para tetangga.
Ketika di depan Mo Yangyang dan Han Weilan, banyak orang yang bersimpati dengan apa yang dilalui Mo Yangyang. Namun di belakang mereka, banyak sekali yang membicarakannya dengan kotor dan menghina dengan kejam. Sejak kejadian itu, semakin banyak orang yang datang ke restoran untuk mengganggunya.
Pada akhirnya... Restoran ini terpaksa ditutup.
Hingga kini, api yang membakar restoran itu, seperti mimpi buruk dalam ingatan Han Weilan, yang membunuh ingatan masa kecil Han Weilan dan membakar mati Mo Yangyang.
Saat memikirkan tentang apa yang telah terjadi di kehidupan sebelumnya, Han Weilan merasakan kebencian yang sangat kuat di dalam hatinya. Han Weilan hanya bisa menundukkan kepala, ia tidak ingin membiarkan Mo Yangyang melihat tatapan membunuh yang terpancar dari matanya.
Han Weilan ingin membunuh semua orang yang telah menyakiti Ibunya, semuanya...
Hari ini adalah awal yang baik, karena mampu menghindari awal dari tragedi kehidupan sebelumnya.
Sekali lagi, Han Weilan bersumpah bahwa dirinya akan menjaga Mo Yangyang dan selalu memastikan aman dan berumur panjang.
Hanya saja...
Ketika Han Weilan menatap tubuhnya yang masih kecil dan juga pendek. Ia merasa bahwa tubuhnya saat ini masih lemah. Tubuh ini terlalu lemah, jadi... Apa mungkin aku harus mencari teman yang bisa membantuku?
Seperti... Ayahku yang murahan itu? Batin HAn Weilan.