***
Setelah makan siang di jam istirahat, saat ketiga temannya sedang keluar kelas untuk bertemu dengan teman mereka yang berada dikelas lain, meninggalkan Arin yang sedang duduk diam dengan kening yang terlihat berwarna ungu kebiru-biruan. Hanya ada beberapa orang saja didalam kelasnya. Terlihat hanya ada beberapa murid didalam. Arin merasa binggung dan sedikit merasa tidak nyaman, karena saat ini Brian sedang berada didalam kelas dan terlihat tertidur pulas.
Sambil mengeluarkan ponselnya, Arin mendengarkan music dengan earphone-nya. Kemudian ia mengulurkan tangan kanannya, kemudian Arin menyandarkan kepala diatas tangannya. Sambil menghadap jendela, Arin perlahan memejamkan matanya. Entah kenapa ia merasa tiba-tiba mengantuk, mungkin karena cuaca diluar yang tiba-tiba sedikit mendung, padahal tadi pagi cuaca sangat cerah. Ditambah suasana kelas yang sunyi membuat dirinya akhirnya tertidur.
Beberapa menit berlalu perlahan Arin mulai terbangun, sambil merenggangkan badannya yang sedikit pegal. Arin yang terlihat masih setangah sadar dan linglung, melihat kearah meja guru, karena ia fikir bel masuk sudah berbunyi, ternyata belum dan kelas masih saja sepi.
Saat ia kembali merenggangkan badannya, ia merundukan kepalanya dan terkejut saat melihat sebuah obat salep untuk lupa lebam diatas mejanya. Sembari melihat sekitar dengan wajah bertanya-tanya, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda ini milik siapa. Perlahan Arin mengambil obat tersebut sambil membaca dan memastikan ikegunaan dari obat ini.
" ini dari siapa ..? buat luka lebam ..." tanya Arin sambil masih saja melihat sekitar mencari siapa yang meletakan ini. Tiba-tiba Arin terfikirkan salah satu orang yang terlintas dalam benaknya. Seseorang yang sudah mebuat suatu kesalahan padanya. Dengan wajah ragu Arin perlahan membalikkan badannya kebelakang.
Tetapi sosok Brian yang terfikir olehnya saat ini tak ada dimeja yang berada dipaling belakang tepat sebarisan dengannya. Padahal Arin yakin saat sebelum ia tertidur Brian masih ada ditempatnya sambil tidur. Tapi kini dia sudah tidak ada.
" nggak mungkin dia .. mana orang kaya gitu kasih aku ini .." ucap Arin sambil kembali berbalik dan terus memandangai kembali obat itu.
***
Dijam pulang sekolah, Arin dan Mina sedang berjalan melewati koridor kelas. Lorong masih terlihat sangat ramai dengan para murid yang juga baru keluar dari kelas, disana tampak penuh dan ramai. Arin yang masih termenung mimikirkan salep yang ia dapatkan tadi. Hingga jam pulang sekolah Arin masih tidak mengetahui siapa yang memberikan itu, ia juga sudah menanyakan kepada ketiga temannya tapi mereka tidak tahu apapun.
" Arin ..!" saut Mina yang membuat Arin tersadra dari lamunannya.
" emmm ..?".
" Mau ke Cafe gak ..? gua ada voucher 30 % nih dicafe ini .." ucap Mina sambil menunjukkan ponselnya pada Arin.
" waoh ... cafenya cantik banget ..." Ucap Arin yang terpesoan saat melihat gambar cafe yang diperlihatakan Mina, dimana cafe itu terlihat sangat vintage dan nyaman. Arin memang sangat menyukai hal yang berbau vintage.
" cantik'kan ... mau ..?" ajak Mina.
" emm .. ayoo ..!" ucap Arin sambil mengganggukan kepalanya beberapa kali dengan semangat.
" Yena sama Vina tadi mereka buru-buru mau kemana ..?" tanya Arin.
" ahh .. itu .. lu tau Tommy gak .. pemain futsal sekolah .. itu loh yang suka ikut perlombaan .. " ucap Mina yang mencoba medeskripsikan seorang yang ber nama Tommy itu, walau sebenarnya Arin mengenal orang itu dan saat mendengarnya membuat Arin terdiam.
" ahh .. iyaa aku tahu .." ucap Arin.
" ehh tunggu .." Mina yang tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mengingat suatu hal yang membuatnya tertawa karena merasa bodoh dengan apa yang ia bicarakan pada Arin tadi. " ohh iyaa .. lu'kan pernah sekelas sama dia .. hahah .. gua ngejelasinnya sampe sepesifik gitu yaa .. bodoh banget guaa .. hahah .." ucap Mina sambil menertawakan dirinya sendiri dan Arin pun ikut tertawa. dan mereka kembali melanjutkan langkah mereka.
Tiba-tiba Arin melihat raut Mina yang seketika berubah dan langsung melambaikan tanganya pada seseorang yang berada dihadapnya.
" Woii .. Brian ..!!" saut Mina yang melihat Brian yang keluar dari toilet dan langsung melihat kearah Mina yang kemudian langsung berlari menghampiri Brian, sedangkan Arin masih terdiam ditempatnya dengan wajah panik dan kebinggungan setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Brian. Arin tidak berani untuk mendekati Brian dan hanya bisa terdiam menunggu Mina.
Dengan menatap sinis dan melipat kedua tangannya. " ehh .. lu belum minta maaf juga'kan sama Arin .. liat jidatnya ungu gara-gara lu .. tanggung jawab ..!!!" ucap Mina yang membuat Brian langsung melihat kearah Arin yang masih berdiri ditempatnya.
Saat melihat ekpresi wajah Arin dari jauh yang terlihat langsung mengalihkan padangannya membuat Brian merasa sedikit bersalah sekaligus kasihan dengan gadis polos itu.
" terus mau lu apa ..?" tanya Brian.
Sambil tersenyum licik Mina segera mengambil ponselnya lalu menunjukkan sebuah cafe yang akan ia kunjungi bersama Arin. " traktir kami kesini .." ucap Mina.
Sambil menghela nafas kerena merasa tidak masuk akal dengan ucapan Mina yang terdengar mengancam tapi sebenarnya hanyalah hal sepele. " ayo ..!!" ajak Brian yang kemudian berjalan duluan didepan dan setak membuat Mina lompat kegirangan karena akhirnya voucher yang ia punya tidak jadi dipakai.
" Arin ...!! ayooo ...!!!" ajak Mina yang sentak membuat Arin terkejut mendengar suara Mina yang sedikit bergema dilorong sekolah yang sudah sepi itu. Arin segera berlari menghampiri Mina yang terlihat begitu ceria setelah berbicara dengan Brian, Arin binggung dengan tingkah Mina, sekaligus penasaran dengan apa yang dibicarakan Mina dan Brian hingga membuat Mina bersemangat merangkulnya sambil berjalan dengan lompatan ringannya diiringi senandung dari mulutnya.
***
Disepanjang jalan menuju Cafe, Mina dan Brian terlihat begitu dekat tanpa ada rasa canggung diantara mereka. Berbeda dengan Arin yang berjalan disamping Mina yang terus mengajak Brian bicara walau Brian hanya menjawabnya dengan satu atau dua kata saja. Bahkan beberapa kali Mina memukul Brian dengan ringan disertai tawa yang keras.
Malihat tingkah Mina membuat Arin merasa takjub sekaligus sedikit merasa iri karena bisa dengan mudah bergaul dengan orang sedingin Brian. Yang lebih membuatnya heran adalah, mereka baru saja bertengkar saat Brian tidak sengaja melempar bola kearahnya, bahkan Mina sampai memaki-maki Brian dengan kata-kata kasar, tapi dengan cepat Mina sudah kembali akrab seperti tidak terjadi apa-apa. Arin hanya bisa merundukkan kepala sambil mendengarkan obrolan mereka. Sungguh Arin benar-benar canggung dan binggung dengan apa yang harus ia lakukan saat ini.
Hingga akhirnya mereka sampai disebuah cafe yang terlihat cantik bahkan didepan pintu masuk. Pintu masuk dengan bergaya vintage dengan tembok yang berhiasi bunga berwarna pink muda susu dan putih. Sentak membuat Arin yang melihatnya langsung terpesona dan terdiam sambil melihat penampakan depan cafe tersebut. Ini untuk pertama kalinya ia datang kesebuah cafe yang sangat cocok dengan gayanya.
" Arin ..!! ayo masuk !! malah diem disitu .." ajak Mina yang sudah berada didepan pintu yang setak membuat Arin yang tersadar dan langsung berlari kecil seperti anak kecil menghampiri Mina.
Mina dan Arin kembali terpesona saat melihat jajaran cake yang terlihat sangat cantik didalam etalase. Brian yang melihat merasa heran seperti melihat anak anjing yang melihat sepotong tulang dengan lihat yang menjulur keluar. Brian hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat tingkah bodoh dua orang yang membuatnya seidkit merasa malu. Ia berdiri didepan kasir sambil melihat menu minuman yang terpajang dihadapannya.
" Saya pesan ice americano nya satu .." ucap Brian kepada seorang pelayan yang menerima pesannya. " Woii .. mau pesan apa .. cepet !!" ucap Brian yang mulai kesal karena harus menunggu kedua temannya dengan cukup lama.
" kita boleh pesan apa aja kan ..?" tanya Mina dengan wajah yang berharap tapi sedikit memaksa.
" terserah ..!!".
" Okeeee ... Emba .. saya mau pesen .. ini .. ini ... ini ... terus yang ini ... yang ini juga .." ucap Mina sambil menunjuk satu persatu kue yang ia ingin makan tanpa ada jeda hingga membuat Brian yang melihatnya terkejut Mina yang terlihat terlalu banyak memesan seperti orang yang kelapar. Setelah puas dengan semua cake yang ia pesan, Mina langusng berdiri disamping Brian sambil melihat menu minuman. " emm .. Raspberry Cheesecake Mocha Frappuccino .. ohh yaa .. cream nya tolong yang banyak yaa ..." ucap Mina dnegan bangga sambil tersenyum lebar kearah Brian yang merasa terkejut melihat raut wajah Mina yang terlihat aneh.
" Arin .. lu minumannya apa ..?" tanya Mina.
" Ahhh .. aku .." Arin yang awalanya bersemangat langsung menciut saat Brian menatapnya begitu tajam dan membuatnya merasa tak enak hati karena Mina temannya sudah memesan banyak makannya.
" emm .. aku ..." Arin sambil mencari minuman yang paling murah didaftar menu. " Ice americano .." ucap Arin yang seketika menyesali ucapannya, karena ia mengucapkan minuman yang tidak bisa ia minum dengan rasa pahit. Bahkan Mina yang mendengar sedikit terkejut, karena yang ia tahu bahwa Arin tidak menyukai rasa pahit.
" yang tadi dibatalin .. emm ganti sama Cookies & Cream Frappuccino ..." ucap Mina sambil memberikan kedepan satu mata pada Arin yang sentak terkejut karena Mina seakan bisa membaca pikirannya. " kita cari tempat duduk yaa ... selamat membayar..." ledek Mina sambil menepuk pundak Brian lalu menggandeng tangan Arin, pergi mencari bangku yang kosong.
***