Cinta bingung harus berekspresi seperti apa. Cinta tidak ingin kalau sampai membuat Arga menjadi curiga padanya.
"Eum ... biasa aja sih, Mas," ucap Cinta yang mencoba untuk tetap santai.
"Kok bisa aja sih? Kan dia itu adalah orang yang telah menghancurkan hidup kamu sekaligus juga orang yang telah membuat orang-orang tersayang kamu meninggal," ucap Arga.
"Iya, Mas Arga, itu memang benar. Tapi aku tetap saja merasa biasa saja," ujar Cinta.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Arga.
"Ya ... sebenarnya sih aku berharap kalau Adit itu mati di tanganku. Haha ... pasti aku akan sangat bahagia. Aku bisa melihat darah segar mengalir di tubuh Adit, pasti aku akan merasakan sensasi yang begitu berbeda," ucap Cinta.
"Astagfirullah ... ih, kamu kok ngomongnya kayak gitu sih? Ngeri tahu gak? Psikopat dasar kamu ya," ucap Arga yang langsung bergidik ngeri.
"Hehe ... ya gapapa sih. Kan dua itu orang yang jahat, Mas," ucap Cinta.