Flashback on ....
Di sebuah tempat hiburan yang paling terkenal di kota besar, seorang wanita penghibur tengah terduduk di pangkuan seorang pria yang sudah cukup tua. Tak hanya itu, pria tersebut juga memiliki perut yang begitu buncit dan wajah yang begitu menyeramkan. Di seluruh permukaan wajahnya hampir dipenuhi oleh bekas luka sayatan. Bahkan di bagian rahangnya saja terdapat sebuah tato kecil.
Seorang wanita cantik nan sexy tak pernah merasa takut karena hal itu. Selama dia bisa mendapatkan banyak uang, pekerjaan apapun akan ia lakukan.
Pria tua itu menempatkan telapak tangannya di bagian paha wanita penghibur tersebut. Sesekali ia mengelus paha mulus tersebut. Memang saat itu sang wanita penghibur tengah menggunakan dress yang begitu ketat dan juga pendek. Bahkan di bagian tali pusarnya saja tidak terdapat sehelai benang pun yang menghalangi.
"Tuangkan aku satu gelas lagi minuman," titah pria tersebut kepada wanita penghibur. Dengan patuhnya wanita penghibur itu pun langsung saja menuangkan minuman ke dalam gelas si pria tua.
Karena sedari tadi terus minum dan telah menghabiskan banyak minuman, kini pria tua tersebut telah mulai merasakan mabuk.
Di alam bawah sadarnya, pria tua tersebut berniat ingin mencium si wanita penghibur. Bibirnya sudah ia monyongkan ke arah depan bersiap untuk mencium bibir ranum si wanita penghibur.
'Astaga ... apa yang akan dia lakukan padaku? Hiks, aku tidak mau! Aku tidak mau dicium olehnya. Saat ini juga aku harus mencari cara agar segera terbebas darinya. Tapi bagaimana ya? Ayolah Kinar, cari cara, Kinar'. Batin wanita penghibur tersebut yang ternyata memiliki nama Kinar.
"Berikan aku ciuman. Cepat berikan!" paksa pria tua tersebut.
"Aduh ... Om, maaf sekali ya, tiba-tiba saja saya ingin pergi ke kamar kecil. Ssshhh ... saya sudah tidak tahan lagi, Om. Izinkan saya untuk pergi ya," pinta Kinar.
"Argh ... sial! Jangan banyak alasan kamu! Setiap saya ingin menciummu, kamu selalu saja beralasan ingin pergi ke kamar kecil. Kurang ajar! Kali ini saya tidak akan mudah untuk kamu kibuli lagi. Cepat cium saya! Apa susahnya hanya mencium saja?" murka pria tua itu.
'Menciumnya sih tidak susah, gampang-gampang saja. Hanya saja kan, aku sangat tidak sudi kalau harus mencium dirimu. Tua bangka yang sudah bau tanah. Sungguh aku tidak sudi untuk melakukannya. Cuih ... aku tidak ikhlas ciuman pertamaku diambil olehmu'. Batin Kinar.
"Bukan ... bukan seperti itu, Om. Saya serius kok. Saya serius ingin pergi ke kamar kecil. Kan sedari tadi saya terus minum menemani, Om. Jadi saat ini perut saya terasa begitu kembung. Saya juga mual, Om. Saya ingin segera ke kamar kecil," bohong Kinar.
"Argh ... pergi sana! Sana kamu pergi!" usir pria tersebut dengan sangat marah.
'Hufh ... akhirnya aku bisa pergi juga. Dari tadi kek. Aku udah kesal banget'. Batin Kinar.
Kinar pun kemudian langsung saja melangkah pergi meninggalkan pria tersebut. Saat Kinar berjalan, banyak sekali lelaki hidung belang yang menggoda dirinya dengan begitu genit. Mereka juga bahkan sesekali menyentuh tubuh Kinar. Jujur saja Kinar begitu benci dan juga tidak suka karena hal tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa berbuat apapun karena itu adalah pekerjaannya.
Tak ingin terus diganggu dan juga digoda, Kinar pun segera saja berlari masuk ke dalam kamar kecil.
Di dalam kamar kecil, Kinar langsung saja membasuh tangan dan juga wajahnya. Bahkan Kinar pun juga membasuh bagian paha hingga ke ujung jempol kakinya.
Air mata Kinar pun mengalir dengan begitu saja. Samar-samar terdengar suara tangisan Kinar yang begitu memilukan.
'Hiks ... aku tidak ingin terus-terusan bekerja seperti ini. Aku merasa jijik dengan pekerjaanku yang ini. Aku sudah seperti wanita yang tidak memiliki harga diri. Bukan seperti, tapi aku memang sudah menjadi wanita yang tidak memiliki harga diri. Aku benci dengan ini semua! Aku benci! Ayah ... ayah mengapa kau begitu tega memasukanku ke dalam pekerjaan seperti ini? Mengapa kau tega melakukan hal yang begitu jahat seperti ini kepada putrimu sendiri? Hiks, Ibu ... Ibu tolonglah Kinar, Bu. Kinar mohon tolong Kinar. Bebaskan Kinar dari sini, Bu. Keluarkan Kinar dari pekerjaan terkutuk seperti ini. Kinar tidak mau terus seperti ini'. Batin Kinar.
Kinar kembali membasuh wajahnya. Dan saat Kinar sedang membasuh wajahnya, tiba-tiba saja teman Kinar masuk juga ke dalam kamar kecil.
Teman Kinar tahu bahwa saat ini Kinar tengah menangis dan meratapi nasibnya. Sudah sering dia memergoki Kinar dengan keadaan yang seperti itu.
"Kinar, ada apa?" tanyanya. Meski dia sudah tahu bahwa Kinar sedang menangis dan apa alasan yang membuat Kinar menangis, tapi dia tetap saja ingin menanyakannya secara langsung kepada Kinar.
"Tidak! Aku tidak papa kok, Sarla," bohong Kinar kepada temannya yang bernama Sarla.
Sarla adalah teman Kinar yang begitu dekat dan juga begitu baik kepada Kinar. Sarla sering kali membantu Kinar saat Kinar sedang berada dalam kesulitan maupun masalah. Bahkan Kinar juga tidak pernah segan-segan untuk menceritakan setiap keluh kesahnya kepada Sarla.
"Sudahlah, Kinar. Jangan terus bersedih seperti itu dan terus meratapi nasibmu. Ya, aku tahu memang sulit untuk menjalani ini semua. Ini adalah pekerjaan yang begitu buruk bagi kita. Tapi, mau bagaimana lagi? Kita sudah terlanjur masuk ke dalam pekerjaan yang seperti ini, Kinar. Kita tidak bisa untuk mengelaknya. Bahkan kita masuk ke dalam pekerjaan seperti ini pun, itu bukan atas keinginan kita sendiri. Orang yang begitu dekat dan kita sayangi, yang harusnya orang itu melindungi kita dan juga menjaga kita, tapi justru orang itulah yang malah menghancurkan hidup kita dengan memasukan kita ke dalam pekerjaan yang begitu hina begini. Kamu dijerumuskan oleh ayahmu. Dan aku, aku dijerumuskan oleh suamiku sendiri. Dua lelaki yang harusnya menjaga kehormatan yang kita miliki, tapi justru lelaki itu yang membuat kehormatan kita perlahan menghilang. Tapi kamu tenang saja, Kinar, setidaknya kita bisa jauh lebih baik dari wanita-wanita yang harus melayani lelaki hidung belang dengan cara tidur dengan lelaki hidung belang tersebut. Bersyukur kita tidak seperti itu, Kinar. Kita hanya menemani para lelaki brengsek itu untuk minum saja. Tapi kalau untuk tidur, kita tidak pernah. Memang sih, terkadang mereka sering kali menyentuh tubuh kita, tapi mereka tidak sampai mencium kita, kan? Jadi kita masih aman. Bahkan kamu pun seorang gadis yang masih perawan," terang Sarla dengan begitu panjang lebar.
"Hiks, tapi tetap saja, Sarla, aku tidak ingin bekerja seperti ini. Aku ingin keluar dari pekerjaan ini," aku Kinar.
"Aku pun sama, Kinar. Mm ... nanti kita berdua akan cari cara untuk keluar dari sini. Kamu jangan bersedih seperti itu lagi," ujar Sarla.