Chereads / BUCKET LIST / Chapter 31 - Bab 30 War Inside

Chapter 31 - Bab 30 War Inside

Semua orang yang berada dalam ruangan ikut merasakan ketegangan yang terjadi diantara Agni dan Lavinka. Meski begitu tak ada satupun yang berniat menghancurkan dinding beku diantara keduanya, sampai Tia mulai mendekat ke arah Agni dan mencoba meredam amarah yang ketara gadis itu keluarkan.

"Ag.." ujar Tia pelan, sembari menggenggam tangan sahabatnya yang kini terkepal erat, sudah dipastikan Lavinka benar-benar berhasil membuat Agni naik pitam meskipun Tia juga tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu, "Gue gak tahu tu cabe ngomong apa sama lo, tapi lebih baik kita cabut, Fey perlu diobatin Ag." lanjut Tia mengingatkan.

Seketika Agni tersadar dan mengangguk pelan. Bagaimanapun menuruti emosinya bukanlah suatu hal yang baik, sahabatnya—Fey, saat ini lebih membutuhkan pertolongannya.

Di sisi lain Lavinka yang menjadi pemerhati keduanya masih berdiri angkuh dengan tangan bersedekap di dada, meski perasaannya lumayan lega karena tidak menutup kemungkinan kalau Tia tidak mengambil tindakan, mungkin satu tamparan paling tidak sudah mendarat di pipi mulusnya mengingat wajah garang Agni yang ditunjukannya tadi.

Ketika memutuskan untuk segera pergi dari sana, Agni menoleh kebelakang dan berkata pelan pada Lavinka, "Lo bakal nyesel Lav, gue bakal bikin lo nyesel udah ngusik gue." ucapnya dingin dan menusuk. Sedangkan Lavinka yang mendapat peringatan langsung tegang karena tahu Agni tidak main-main dengan perkataannya. Haruskan Lavinka mulai merasa was-was dari sekarang.

Namun belum langkah Agni sampai depan pintu, lengannya ditahan oleh seseorang yang sedari tadi hanya menjadi pihak pemerhati.

"Gue anter kalian pulang." Lelaki itu, Jen berujar serupa perintah, namun dengan cepat Agni melepaskan genggaman erat Jen di lengannya.

"Lo...Siapa?" kata Agni sangsi, dengan senyun miringnya.

Please lah dia sedang tidak mood meladeni laki-laki di depannya ini. Cukup Lavinka dengan segala hal menyebalkan dalam dirinya, Agni tak butuh Jen lagi untuk menambah kemarahan dalam dirinya yang jelas belum reda saat ini.

"Yup dia bener Jen, lo siapa?Mending kita pulang 'sayang'". Lavika maju dan melingkarkan tangannya di lengan Jen, seolah memperlihatkan dia lah ratu yang sebenernya, yang paling pantas untuk bersanding dengan Jen.

Melihat hal itu bukannya cemburu Agni justru memutar bola matanya malas.

"Gue tetep mau ngantar lo." kata Jen masih tak menyerah, tak tahukan lelaki itu saat ini gadis di sebelahnya sudah mendecak marah karena merasa kekasihnya tak mengindahkan perkataanya barusan.

"Gue yang gak sudi lo anter." Agni berujar geram. Jen dengan segala sifat otoriternya adalah absolut, dan meski lelaki itu terlihat 1000kali lebih hot saat menjadi pemaksa tetap saja Agni bukan tipe perempuan penurut yang akan dengan senang hati mengikuti keinginannya.

Lavinka yang mendengarnya percakapan keduanya merasa kesal karena Jen justru lebih memperhatikan Agni ketimbang dirinya yang jelas-jelas lebih berhak atas perhatian itu dengan status di antara mereka. "Dasar gak tau diri."

Agni bukannya tak mendengar ucapan Lavinka meski serupa bisikan, tapi biarlah dia sudah lelah meladeni pasangan di hadapannya ini jelas akan menguras seluruh emosinya.

"Agni berangkat bareng gue jadi dia pulang bareng gue." Hara berujar tegas dan kini mengambil langkah berdiri di samping Agni dengan wajah yang menatap Lavinka dan Jen sinis.

Sejujurnya Agni penasaran apa yang terjadi diantara dua sahabat yang kemaren terlihat kompak menjebaknya dirinya dan Alka kini terlihat seperti musuh yang sudah lama memiliki dendam.

"Hara gue gak mau berantem lagi sama lo." Jen menekan setiap perketaan dari mulutnya tatapannya terlihat sangat mengerikan, dan kalau boleh bisakah Agni tidak ikut mereka libatkan. Sungguh dia hanya ingin pulang demi Tuhan.

"So do I, "Hara tertawa sumbang, "Gue juga enggak, tapi gue dari siapapun lebih berhak anter Agni pulang saat ini." ucapan Hara membuat Jen geram, dengan cepat di tariknya tangan Agni mendekat.

"Agni B.A.L.I.K sama gue"tekan Jen marah.

Tak mau kalah, Hara menarik tangan Agni yang lain, "Sama Gue." Keduanya beradu pandang sengit dengan keadaan tak ada yang mau mengalah, jadilah Agni menjadi tarik menarik di antara keduanya.

"UDAH" Agni berteriak nyaring.

"Lo bedua gak lihat apa, gue kesakitan ditarik sana sini, brengsek banget lo bedua." maki Agni kasar, enak saja keduanya menjadikannya objek ditengah perkelahian yang Agni bahkan tak tau apa yang terjadi.

"Gue gak mau pulang sama lo," tunjuk Agni ke arah Jen, lalu "Juga sama lo.!" kearah Hara.

"G.U.E B.A.L.I.K S.A.M.A F.E.Y, .T.I.A, dan A.L.K.A" tekan Agni di setiap perkataannya. "Jelas ?" katanya lagi masih dengan muka garang. Tanpa menunggu persejutuan dari siapapun Agni menyeret lengan Alka yang kebetulan paling dekat dengannya untuk segera dibawa pergi menjauh dari sana.

Melihat Agni menjauh Jen melempar 'death glare' ke arah Hara seolah semua salah lelaki itu Agni tidak pulang bersamanya. Meski begitu Hara tak mau ambil pusing dan langsung menghampiri Aslan yang dari tadi berdiri mematung menonton segala kehebohan yang terjadi. Biarlah nanti dia mengkorek informasi dari Hara saja ketimbang ikut campur masalah dan memperunyam segalanya.

"Cabut As." ajakan Hara langsung dituruti Aslan saat itu juga, meski sebelum melangkah keluar Aslan sepat berpamitan singkat dengan Jen. Bagaimanapun juga dia adalah pihak netral yang tak ada masalah di sini.

Bukan hanya Aslan, Seth dan Yasmin yang sedari tadi juga ada di tkp hanya bisa cengo berusha tak ikut campur. Setelah semua orang pergi baru Seth menghampiri sepupunya itu, menepuk pahu Jen sekilas, seolah memberi kekuatan pada Jen yang terlihat tidak dalam kondisi baik.

"Seth, gue nginep tempat lo malan ini." kata Jen singkat. Kalau sudah begini Seth berani jamin kalau masalah sepupunya ini cukup pelik, dan Seth tak ada kuasa untuk menolak. Jadi tanpa membalas apapun, Seth hanya kembali menepuk bahu Jen dua kali karena tahu sepupunya sedang membutuhkannya.

****

Kondisi di dalam mobil Tia saat ini hening, tak ada musik yang di nyalakan, tak ada percakapan, semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Tapi diantara semuanya, Alkanya yang paling memendam. Jujur saja Alka sedikit banyak merasa bingung dengan perasaanya saat ini, kendati dia tahu kalau Hara sudah lama kenal dengan Agni, tapi perhatian yang hari ini Hara berikan teruntuk Agni membuat Alka merasa tak nyaman.

Alka lebih dari tahu diri kalau dirinya tak ada hak, mengingat status mereka yang kini hanyalah sebatas mantan kekasih, tetapi Alka tak bisa menampik kalau ada rasa tak rela setiap kali Hara terlihat memperlakukan Agni seperti gadis itu adalah orang yang spesial untuknya.

Tapi bukankan Alka tak boleh bersikap begini, dia memiliki janji dengan Agni, "Bucket List"yang mereka susun untuk mereka lepas dari masa lalu, dan itu berarti haruskan Alka siap kalau-kalau nanti dirinya sudah lepas dari Hara dan kemudian Agni yang menggantikan posisinya ?

Entahlah, Alka pun bingung sendiri, sebebarnya apa dia merasa berat ? Apakah karena orang itu Agni?Atau sebenarnya siapapun perempuan itu, Alka tak akan pernah rela.