POV 3
Suara tawa yang bergelak renyah terdengar memekakkan diiringi suara ledakan dari berbagai sudut di kota. Jeritan penduduk kota membuat riuh suasana. Mereka berlari menggendong buah hati penerus mereka kelak. Mereka terbirit bagai melihat maut yang tak dapat dihindarkan.
Namun, ketika saatnya rudal dari pesawat diluncurkan, maka habislah sudah. Anak-anak mereka mati. Ibu dan ayah mereka terkapar bersimbah darah. Kakek dan nenek mereka bahkan sudah pasrah menemui ajal. Harapan tidak akan datang kepada mereka yang telah menyerah sebelum berusaha. Hanya rintihan tolong yang satu-satunya menjadi andalan, bahkan meski sadar itu sudah tidak berguna.
Sepasang mata tajam mengawasi dengan senyum merekah bahagia.
Bahagia melihat manusia lainnya menangis dan menjerit. Bahagia akan suasana yang merupakan neraka bagi lainnya. Namun, ini surga bagi dirinya. Ini kebahagiaan tak terbantahkan bagi diri seorang panglima yang amat congkak.