Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

SETITIK BULIRAN CINTA

Anne_Lay
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.6k
Views
Synopsis
Alena, seorang gadis yang berusaha mengungkap pembunuhan sadis kekasihnya, Hamid Cristopher. Tadinya dia adalah gadis yang lugu dan penuh kasih sayang. Karena menunggu sangat lama namun kasus tidak juga terselesaikan, dia bertekad akan mengungkapnya sendiri. Dia bermetamorfosis menjadi seorang detektif, seorang wanita yang dingin, keras, dan kehilangan rasa cintanya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seseorang yang mampu menarik hatinya. Mampukah Alena menemukan pembunuh kekasihnya? lalu bagaimana dia bisa move on dari cinta lamanya dan menerima orang baru dalam hidupnya? Yuk simak kisahnya. Selamat membaca. Jangan lupa rev,collnya.
VIEW MORE

Chapter 1 - TERJEBAK DI JURANG

Wanita itu membuka mata untuk kesekian kalinya, setelah berkali-kali dia hampir tewas karena tertembak. Kali ini saat pertama kali matanya terbuka, dia hanya mampu menangkap kegelapan dan serabut akar yang hampir menutupi seluruh dinding tanah di sampingnya.

Dua jam sebelumnya.

Dor.... dor... dor.

Suara desing peluru menembus keheningan hutan belantara, membubarkan kawanan kelelawar yang sedang nyenyak bergelayut di pepohonan dan juga burung-burung, mereka berhamburan mengepakkan sayapnya ke udara. Langit yang tadinya biru, tidak berselang lama berubah menjadi gelap gulita karena tertutup ribuan bahkan jutaan ekor burung dan kelelawar.

Peluru itu bukan digunakan untuk berburu hewan atau binatang liar di hutan. Namun mengejar seorang gadis yang berlari ke tengah hutan tersebut. Gadis itu terus berlari dan sesekali bersembunyi di balik pohon besar yang berusia ribuan tahun.

Namun para penembak itu terus saja mengejarnya. Jumlah mereka kurang lebih ada sekitar enam orang dengan persenjataan yang lengkap.

Kekuatannya semakin melemah karena terus berlari, hingga akhirnya satu peluru bersarang di pundaknya. Darah memuncar keluar dari luka yang tertembak, Tubuhnya berguling mengikuti bentuk tanah yang menjorok ke dalam, beberapa kali tubuhnya merasakan menghantam batu dan akar pohon besar. Hingga akhirnya hanya hening dan gelap yang mampu ia rasakan.

*

Beberapa saat kemudian dia mulai tersadar, perlahan dia membuka matanya. Gadis itu menyeringai kesakitan.

"Aku harus segera keluar dari tempat ini!" ujarnya sembari menutup lukanya menggunakan tangan.

Dia harus mencari pertolongan, tetapi tidak mungkin akan ada orang yang melewati tempat ini, atau mungkin kawanan penjahat berseragam itu akan mendengar teriakan minta tolongnya. Dan segera menghabisi nyawanya.

Dengan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki, gadis itu berusaha naik ke permukaan dengan memanjat batu dan akar pohon besar. Beberapa kali dia terjatuh karena terpeleset. Namun gadis itu masih terus berusaha, hingga akhirnya mampu meraih permukaan.

Matanya melirik kanan, kiri, depan, dan belakang. Memantau keadaan sekitar, apakah para penjahat itu masih menunggunya.

Setelah memastikan keadaan aman, dia segera naik ke atas dan merebahkan tubuhnya.

Krek...

Suara ranting kayu yang terpijak. Membuat gadis itu bersiaga dan bersembunyi di balik pohon.

Seorang nenek tua sedang mencari kayu bakar di hutan itu. Tubuhnya renta namun tergambar jelas dari raut wajahnya dia dulu adalah seorang wanita yang sangat cantik. Gadis itu memberanikan diri untuk meminta pertolongan.

"Nek, tolong, tolong saya," rintih gadis itu dari balik pohon. Dia berusaha menyeret kakinya yang sudah tidak mampu untuk berjalan, mendekati nenek itu.

Nenek itu menoleh, lalu segera mendekati gadis itu.

"Ada apa nak? siapa kamu? kenapa kamu terluka?" tanya nenek itu.

Belum sempat gadis itu menjawab, dia jatuh pingsan.

****

Rumah reot, beratap jerami. Gadis itu membuka matanya dan mendapati dirinya sudah berada di atas ranjang kayu beralaskan tikar lusuh.

Di sekelilingnya, terdapat beberapa alat masak jaman dahulu, dan terlihat begitu kuno. Asap mengepul dari ruangan belakang yang hanya disekat kain hitam.

Ingatan terakhir yang mampu dia ingat adalah bertemu nenek cantik, dan minta tolong. Namun selanjutnya ia tidak ingat apapun.

"Sudah bangun Nak?" ucap nenek itu.

Mulut gadis itu menyeringai, merasakan sakit pada luka punggungnya.

"Sudah Nek, terimakasih," jawab gadis itu.

"Jangan terlalu banyak bergerak, aku sedang membuatkan ramuan untukmu," ujar nenek itu sembari tangannya sibuk menumbuk daun-daun dan bahan lainnya.

Gadis itu tidak menjawab, dia memperhatikan luka di sekujur tubuhnya. Wajahnya yang ayu kini berubah mengerikan karena goresan ranting dan benda tajam lainnya saat jatuh ke dalam jurang. Dia terus menyeringai menahan rasa sakit yang tengah ia alami.

"Siapa namu Nak?" tanya nenek itu lagi.

"Alena Nek," jawab gadis itu.

"Panggil aku Nek Lah," tukas wanita tua itu.

"Baik Nek Lah," ucap gadis itu mengikuti perkataan wanita tua itu.

"Kenapa mereka mengejarmu?" tanyanya lagi, lalu mengoleskan ramuan ke wajah dan tubuh Alena.

"Aku juga tidak tahu Nek," jawab gadis itu sembari menahan rasa sakit akibat luka tembakan itu.

"Beristirahatlah Nak, agar kau bisa cepat pulih lagi." Ucap Nek Lah, lalu pergi meninggalkan Alena sendirian di dalam kamar itu.

Alena hanya menganggukkan kepalanya pelan, sebagai jawaban atas perintah Nek Lah.

Dia mulai mengistirahatkan tubuhnya, memejamkan matanya, lalu tertidur.

Tiba-tiba seorang pria datang untuk menjemputnya, dia adalah kekasih Alena. Pria itu menggunakan kaos polos berwarna putih dan celana training panjang. Laki-laki itu menggangdeng tangan Alena, dan mengajaknya pulang.

"Ayo sayang," ucap pria itu.

Alena mengangguk lalu mengekor di belakang pria itu.

Namun sesaat kemudian, mereka telah dikepung pria-pria berwajah aneh. Mereka berusaha memisahkan Alena dan kekasihnya. Alena berteriak sekencang-kencangnya, agar mereka tidak memisahkannya dengan kekasihnya.

Alena terus berteriak, mencari bantuan. Bahkan dia ingat tentang Nek Lah. Dia juga memanggil Nek Lah dengan seluruh tenaga yang dia miliki. Namun tidak ada satupun bantuan yang datang untuknya.

Sedangkan para pria berwajah aneh itu sudah semakin jauh membawa kekasihnya pergi. Alena masih terus berteriak.

Aliran darah segar menggenang di bawah kaki Alena. Ya, itu adalah darah kekasihnya, Hamid.

Para lelaki itu menenteng tubuh Hamid yang bersimbah darah, banyak luka di sekujur tubuh Hamid. Para lelaki aneh itu bersorak kegirangan seraya berputar mengitari Alena, tangan mereka mengangkat jasad Hamid yang sudah lemas tak bernyawa, beberapa di antara mereka tertawa jahat dengan menatap tajam ke arah Alena.

Alena masih dalam fase ketakutan terdalam, dia masih berusaha meminta pertolongan. Kedua tangannya menutup telinganya karena tidak tahan dengan tawa jahat dari pria-pria aneh di sekitarnya, kakinya gemetar dan tidak mampu untuk berdiri lagi. Dia terduduk di tengah kerumunan orang-orang aneh yang mirip zombi.

Dia mendongakkan kepalanya, melihat satu persatu wajah zombi aneh itu. Mereka masih membawa tubuh Hamid, menyeretnya mengitari Alena.

Alena berteriak.

"Hamid! tolong! tolong! tolong aku!" teriaknya, lalu membenamkan wajahnya di atara dua lututnya.

"Tolong!" teriaknya lagi.

Tiba-tiba Nek Lah datang dan menyentuh punggungnya. Seketika dia terbangun dari mimpi buruknya.

Nek Lah memberinya segelas air menggunakan bumbung (gelas yang terbuat dari bambu), Alena meminumnya dengan secepat kilat bak orang yang tidak pernah bertemu air berhari-hari. Keringat dingin keluar dari tubuhnya, dia masih terus gemetaran, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti orang yang sedang dilanda ketakutan luar biasa.

"Tarik nafas Nak, lalu buang perlahan," ucap Nek Lah.

Alena menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan lewat mulutnya, dia mengulanginya beberapa kali sampai benar-benar bisa mengendalikan dirinya.

"Mimpi buruk Nak?" tanya mbok Lah lagi.

"Iya Nek," jawab Alena setelah mampu mengendalikan dirinya.

'Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis ini? hingga dia sebegitu ketakutannya' batin Nek Lah.

"Tenang lah Nak, kamu aman di sini," ucap nenek tua itu.

*****