Jam dinding menunjukkan sudah pukul 17.00 wib waktunya bagi Lena untuk pulang. Rekan-rekannya yang lain sudah bersiap-siap untuk pulang.
Sebelum mematikan komputer, Lena memberitahu Evan jika dia sudah mau pulang.
Sore, Van. Aku udah mau pulang nih. Kamu dimana? Masih di kantor atau lagi di jalan?
Tak berapa lama ponselnya berbunyi. Dia segera menuju lobby kantor dan bergabung dengan yang lain untuk absen.
Kemudian dia duduk di sofa dekat tempat absen dan membuka kunci layar ponselnya, lalu dibacanya sms dari Evan.
Maaf, Len. Aku masih di jalan, kira kira dua puluh menitan lagi baru sampe, di sini macet banget.
Gak apa-apa aku tunggu. Nanti cari kantorku yang pintu gerbangnya warna hijau tua, no. 189 sebelah kanan jalan.
Setelah membalas sms dia berjalan keluar menuju bangku panjang dekat pos satpam. Rika dan rekan-rekannya yang lain sudah pulang terlebih dulu. Di situ tinggal dia dengan security saja.
Lalu dia duduk di kursi tersebut menunggu Evan datang menjemputnya.
Dua puluh menit kemudian ponselnya berdering, Lena segera mengangkat telepon dari Evan.
"Halo, Len. Aku udah di depan kantor kamu, gerbangnya warna hijau tua, kan?"
"Iya betul, tunggu sebentar aku keluar dulu," jawab Lena.
"Ya, Len."
Lena menutup telepon kemudian bergegas menuju pintu gerbang kantor, lalu dia berpamitan pada security yang sedang berjaga di pos satpam.
"Pak, saya pulang dulu."
"Baik Bu, mau saya bantu bukakan pintu gerbangnya?"
"Tidak usah, Pak. Terimakasih."
"Sama-sama, Bu."
Setelah berpamitan pada security dia segera keluar mencari Evan. Ternyata Evan sedang duduk membelakangi Lena di motornya yang berwarna hijau muda
"Evan ...," panggil Lena.
Kemudian Evan menengok ke belakang dan mengajak Lena pulang. Dia tersenyum ramah pada Lena.
"Eh, Len. Ayo pulang."
Lena mengangguk pelan pada Evan.
Sore itu langit agak mendung tapi dia menikmati setiap moment saat bersama Evan.
Evan yang selalu memakai jaket tebal terasa hangat dan nyaman, entah kenapa kali ini Lena merasa ada rasa yang berbeda ketika dia sedang berada dekat dengan Evan.
"Len, gerimis nih." ujar Evan tiba-tiba.
"Hah? Gerimis, masa sih?" tanya Lena kaget.
"Iya, kita berhenti dulu di dekat toko itu. Maaf aku cuma bawa satu jas hujannya, gak apa-apa?" tanya Evan.
"Gak apa-apa," jawab Lena.
Tidak masalah bagi Lena jika dia kehujanan sore itu, yang penting di sisinya ada Evan.
Tak lama kemudian mereka berhenti di depan sebuah toko, lalu dia mengambil jas hujannya dari dalam bagasi motor.
"Len, kamu nanti sembunyi di belakangku supaya gak kehujanan."
"Iya, Van."
Setelah memakai jas hujan, mereka meneruskan kembali perjalanannya menuju rumah Lena.
Gerimis sore itu tiba-tiba berubah menjadi hujan deras, Lena cepat-cepat bersembunyi di balik jas hujan Evan yang cukup tebal.
"Len, hujannya semakin deras. Kita berhenti dulu, kamu mau makan dulu gak?"
"Boleh, makan di mana?" tanya Lena.
"Kita makan di deket stasiun aja gimana? Tempatnya cukup nyaman buat ngobrol sambil nunggu hujan reda," jawab Evan.
"Terserah kamu deh, yang penting aku bisa makan," balas Lena.
"Di sana ada rumah makan yang jual makanan sehat lho. Aku dan keluargaku kadang-kadang makan di sana juga." Evan promosi.
"Oya? Masa sih?"
"Makanya aku ajak kamu ke sana, masakannya enak dan juga murah meriah." Evan promosi lagi.
Sebenernya Evan mau ngajak makan malem atau promosi sih?
"Makasih sebelumnya udah mau jemput dan ngajak makan malem," balas Lena.
"Iya. Tau gak aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi," ungkap Evan.
"Gitu, ya?" tanya Lena tidak percaya.
Lena tidak tahu harus bersikap bagaimana, harus senang atau biasa saja mendengar ucapan Evan tadi.
Gua bingung sama lo, waktu itu lo kaku banget sikapnya ke gua tapi kenapa hari ini beda? Apa lo punya dua kepribadian, Van?
Sepuluh menit kemudian mereka pun sampai di Rumah Makan Vegetarian's Simple Food.
Lena merasa lapar setelah mencium aroma masakan yang keluar dari rumah makan itu. Benar yang Evan katakan tadi jika masakan di situ enak, aromanya saja begitu harum.
Tempat makannya terlihat bersih, nyaman dan higienis. Mereka memasak makanan di luar sedangkan tempat makan pengunjung disediakan di dalam maupun di luar rumah makan tersebut.
Different taste with Evan, pengalaman pertama kencan dan makan malam dengan Evan laki-laki yang baru dikenalnya beberapa hari lalu.
Akankah pertemuan mereka kali ini menjadi sebuah hal menyenangkan bagi Evan juga? Setelah sekian lama dia putus dari mantan pacarnya yang memandang Evan sebelah mata.
******
Sebelum mereka berdua masuk ke dalam, Evan memarkirkan motornya terlebih dahulu di halaman rumah makan tersebut, lalu dia berjalan sekitar beberapa langkah dengan helm dan jas hujan yang masih dipakainya.
Lena pun berjalan di belakangnya mengikuti Evan sambil berlindung di bawah jas hujannya itu.
"Len, maaf aku cuma punya jas hujan ini. Kamu sembunyi di belakangku supaya gak kehujanan," ucap Evan dengan wajah yang tulus dan manis.
"Tapi kamu jalannya pelan-pelan ya," pinta Lena.
"Iya, tenang aja. Aku jalannya pelan-pelan, kok," balas Evan lembut.
Mereka pun berjalan dari halaman menuju tempat makan. Rumah makan itu tidak ada pelindungnya, baik pohon besar atau kanopi, sementara hujan masih turun dengan derasnya.
Hanya ada dua tenda berwarna hijau tua untuk koki rumah makan yang memasak makanan di luar dan satu tenda besar berwarna biru untuk pengunjung yang memilih makan di luar.
Di dalam rumah makan, Evan segera membuka jas hujan dan helmnya, lalu dia meletakkan barang-barangnya di sebuah kursi panjang dekat pintu masuk.
Kemudian mereka memilih meja di bagian tengah dekat kasir. Setelah mereka duduk bersama, Evan membuka menu yang sudah disediakan di meja makan.
"Len, kamu mau makan apa?"
Lena segera memilih-milih makanan dan minuman dari menu yang tersedia di meja makan.
"Hmm, aku pesen nasi, sate vegetarian dan teh panas," jawab Lena.
"Aku juga pesen yang sama, deh," balas Evan.
Kemudian Evan memanggil pramusaji yang sedang hilir mudik melayani pelanggan rumah makan. Selesai melayani beberapa pelanggan, pramusaji yang dipanggil tadi mendatangi Evan dan Lena di tempatnya.
"Malam, Kak. Mau pesan apa?" tanya si pramusaji.
"Mba, saya pesan nasi putih 2, sate vegetarian 2 sama teh panasnya 2," jawab Evan.
Pramusaji itu mencatat semua pesanan di selembar kertas.
"Saya ulang, ya. Nasi putih 2, sate vegetarian 2, teh panas 2. Pesanannya ditunggu sebentar ya, Kak."
"Iya, Mba," sahut Evan.
Suasana rumah makan malam itu cukup ramai, mungkin karena sedang hujan jadi banyak orang yang berteduh di rumah makan sambil menyantap hidangan yang serba lezat dan nikmat.
Sambil menunggu makanan datang, Evan mengobrol santai dengan Lena. Kali ini dia benar-benar ingin mengenal Lena lebih dekat lagi. Evan penasaran.
"Gimana kamu suka gak sama menu makanan di sini?" tanya Evan.
"Suka, sih," jawab Lena.
"Oya? Di sini semua masakannya enak banget, lho." Evan memberitahu Lena.
"Semoga emang bener enak ya, aku belom pernah makan di sini. Kamu sering ke sini?" tanya Lena.
"Lumayan sering," jawab Evan.
Selagi mereka mengobrol, pesanan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Pramusaji yang tadi mencatat pesanan Evan membawa makanan serta minuman lalu disajikannya ke hadapan Evan dan Lena.
"Silakan, Kak."
"Makasih, Mba," sahut Evan dan Lena bersama-sama.
Setelah menyajikan hidangan, pramusaji itu kembali ke dapur sambil membawa nampan kosong.
Evan kemudian menyuruh Lena untuk menyantap makanan yang tampak sangat lezat.
"Ayo makan, Len. Satenya kayaknya enak banget, nih," ujar Evan sambil mencium aroma sate vegetarian tersebut.
"Emang kamu belum pernah makan sate vegetarian?" tanya Lena heran.
"Belom pernah, kalo aku kesini sama keluargaku pesennya yang lain, mereka gak suka sate," ungkap Evan.
"Berarti baru sekarang kamu bisa nyobain satenya. Ayo dimakan mumpung kamu perginya sama aku, kalo pergi sama keluarga kamu gak bisa makan sate. Betul, gak?" Lena tersenyum lebar dan tampak gembira.
"Betul banget," balas Evan yang tersenyum juga.
Mereka pun segera menyantap makanan di hadapan mereka. Beberapa lama kemudian, Evan yang masih penasaran dengan Lena tiba-tiba bertanya padanya.
"Gimana kerjaan kamu di sana? Kamu betah, gak?" tanya Evan.
"Aku gak terlalu betah di perusahaan ini, kerjaanku banyak banget," keluh Lena.
"Yah, kerja di percetakan emang gitu. Kerjaanku juga banyak," jelas Evan.
"Tapi aku sering lembur sampe jam 9 malem," terang Lena.
"Lembur sampe jam segitu? Emangnya ngerjain apa aja, kok pulangnya malem banget?" Evan kaget tahu Lena sering pulang kerja sampai larut malam.
"Ngerjain kerjaannya bos, aku dan rekan kerja lainnya termasuk staf keuangan sering lembur," ungkap Lena.
"Untung aku gak kerja di bagian accounting, Len."
"Sebetulnya itu perusahaan keluarga, jadi urusan keuangan dipegang sama ownernya. Kalo ownernya lagi keluar kota, beliau menyerahkan semuanya sama kita," jelas Lena.
"Maksudmu, kamu sama staf keuangan yang ngurusin keuangan kantor kalo bos kamu lagi keluar kota?" tanya Evan.
"Iya. Pokoknya aku harus menyesuaikan data pembelian dan penjualan sama jumlah uang yang ada. Kalo belom cocok gak bisa pulang dulu." Lena menceritakan semuanya pada Evan.
"Jadi kamu mau gimana? Apa mau pindah kerja?" Evan bertanya lagi.
"Kayaknya aku mau pindah aja, aku cape kalo keseringan lembur sampe malem." Lena mengeluh.
"Mau pindah ke mana? Gini aja kalo nanti kamu lembur lagi kasihtau ya, biar aku jemput," tawar Evan tulus.
"Aku belom tau mau pindah ke mana, by the way makasih buat tawarannya. Sorry jadi ngerepotin, Van."
"Gak masalah lagi, Len."
"Gimana kalo kamu kerja di tempat aku kerja? Mau, gak?" Evan berharap dia dapat bekerja bersama Lena di tempat yang sama.
"Emangnya lagi buka lowongan?" tanya Lena, wajahnya terlihat senang.
"Gak tau, coba besok pagi atau siang aku tanyain ke HRDnya dulu ada lowongan atau gak," balas Evan.
"Makasih ya sebelomnya. Aku gak sabar pengen cepet-cepet pindah kerja," pungkas Lena.
"Kapan mau pindahnya? Gak buru-buru, kan?"
"Secepatnya kalo bisa, mungkin akhir bulan ini atau bulan depan."
"Kalo gitu tunggu besok, ya. Misalkan ada lowongan atau enggak, aku tetep kasihtau kamu. Tapi kamu juga harus mulai cari-cari lowongan di tempat lain, jangan cuma di tempatku aja," saran Evan.
"Iya, aku bakal cari kok," sahut Lena.
"Ya udah makanannya cepet habisin dulu, Len. Nanti selesai makan kita pulang, kayaknya ujannya udah reda tuh."
"Bagus deh kalo udah reda," balas Lena.
Setelah bercakap-cakap membahas pekerjaan Lena, mereka segera menghabiskan makanannya masing-masing karena hujan sudah reda.
Lena senang sekali bisa bercerita banyak pada Evan, makan malam yang sederhana bersama Evan namun sangat berkesan bagi Lena. A simple dinner on a rainy day, so romantic.
*****