Setelah Anna dianggap merebut suami orang dan hamil di luar nikah, teman-teman satu kantornya mencap buruk pada Anna. Mereka berpikir kalau kebaikan Anna cuma pura-pura saja bukan sifat yang sebenarnya.
Baik Rika maupun Lena sekarang membenci Anna yang tadinya bersahabat dekat. Di rumahnya, Anna juga dikucilkan oleh saudara-saudara Anna.
Nasib seorang perempuan yang mempunyai anak dari hasil hubungan dengan suami kakak teman sendiri yang tidak jelas masa depannya, akankah Anna bisa tetap bertahan dalam situasi dan kondisi seperti itu?
Dia perempuan yang kuat, mandiri, ekstrovert, percaya diri tiba-tiba berubah menjadi sangat pendiam, labil, tertutup dan workaholic.
Lena masih bekerja di ruangan yang sama dengan Anna tapi sekarang ini dia lebih banyak mencurahkan hatinya pada Rika.
Seperti biasa jika Lena sedang ada masalah dia akan mengajak Rika makan siang di luar kantor agar merasa lebih leluasa saat bercerita tentang masalah pribadinya.
"Ka, gua ga ngerti kenapa sampe sekarang gua belom hamil-hamil juga sedangkan Anna gampang banget hamil," keluh Lena.
"Iya ya, si Anna kok gampang banget hamilnya? Lagian kok bisa-bisanya dia pacaran sama kakak ipar lo," balas Rika.
"Apa gua adopsi aja ya anaknya Anna? Mama gua udah gak sabar pengen nimang cucu dari gua," ungkap Lena.
"Jangan, Len. Mendingan juga punya anak sendiri, kalo memang gak dikasih ya udah."
"Sebenernya gua sama Andi udah cek ke dokter dan hasilnya gak ada masalah sama sekali," jelas Lena.
"Mungkin lo stress atau tertekan gitu jadi susah hamil atau Andi terlalu banyak kerjaan di kantor jadi mempengaruhi pikirannya."
"Gaktau juga, Ka."
"By the way, kemaren-kemaren gua ketemu sama Evan lho di mall. Terus dia nanyain lo ke gua," pungkas Rika.
"Eh tumben dia nanyain gua sama lo, bukannya dia udah kecewa berat sama gua?" tanya Lena heran.
"Yah cuma basa-basi kali dia daripada gak ada topik obrolan," jawab Rika datar.
"Kemaren waktu ketemu di mall dia jalan sendiri atau sama cewek gak?"
"Kayaknya dia jalan sendiri, deh. Gua gak liat ada cewek bareng sama dia."
"Oh, gua kira dia udah punya pacar."
"Udah lama juga kalian gak ketemu dan kalian masih gak saling bicara kayak anak kecil aja," tukas Rika.
"Gak penting lagi kenal sama dia, Evan itu masa lalu gua buat apa ketemu dia lagi?"
"Bener sih apa yang lo bilang barusan," sahut Rika.
"Ka, udah jam 1 kurang nih, kita balik yuk ke kantor," ajak Lena sambil melihat ke jam tangannya.
"Ok, yuk."
Sesaat kemudian Lena dan Rika beranjak dari kursi mereka masing-masing lalu membayar makanan serta minuman yang dipesan tadi di kasir.
Sehabis membayar makanan, kedua staf CV. Scarlett Digital Printing itu kembali ke kantornya dengan mengendarai motor milik Lena.
*****
Andi dan Lena mengharapkan kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka, meskipun orangtua Andi tidak banyak menuntut pada anaknya tapi keinginan itu tetap ada di dalam hatinya
Sementara hubungan Lena dengan kedua orangtuanya semakin merenggang sejak Lena menikah namun belum kunjung hamil setelah pernikahan itu.
Hubungan Ivana juga merenggang sama seperti Lena karena anak perempuan yang sangat dibangga-banggakan oleh keluarga Indrawan ternyata cuma bisa mengecewakan mereka sebagai orangtua Ivana.
Mereka tidak menyangka kalau Ivana telah memilih laki-laki yang salah sebagai suaminya dan hamil sebelum menikah. Lalu bagaimana hubungan Ivana dengan Jefta?
Apakah dia akan tetap berkomunikasi dengan Jefta sebagai bentuk dari rasa kesepian dan balas dendamnya terhadap Nino?
Aaron memang tidak berdosa tetapi dia lahir dari seorang perempuan yang melakukan dosa dengan laki-laki itu. Sementara Lena yang menikah dengan pria baik-baik tidak pernah dipuji atau dianggap mempunyai prestasi yang baik oleh papa mamanya cuma karena Lena memiliki masa lalu kurang menyenangkan dan tidak 'sesempurna' Ivana.
Keluarga Indrawan memang menerapkan standar tinggi dalam kehidupan sehari-sehari mereka tapi nyatanya Ivana yang dianggap sempurna dan selalu mendapat pujian akhirnya terjerumus dalam sebuah hubungan terlarang dengan Nino dan kini dia terjebak pada rayuan gombal Jefta.
*****