Jefta berencana mengajak Ivana bertemu setelah lima bulan lamanya mereka tidak berjumpa, dia masih merasa kalau Ivana adalah bintang kampus yang paling cantik dan pintar di kampusnya.
Ada sedikit hasrat untuk memiliki Ivana yang sekarang sudah menikah, Jefta seperti budak cintanya Ivana dan tidak ada perempuan lain di hatinya selain Ivana.
Pagi ini Ivana mengajak Aaron berjalan-jalan di sekitar komplek perumahannya sambil menikmati udara sejuk dan asri. Sejak hamil anak pertama, Ivana tidak mau lagi mempunyai anak dari Nino karena dia membenci suaminya.
Sebenarnya Ivana berniat menceraikan Nino setelah Aaron berusia lima tahun, tapi Ivana semakin tidak tahan dengan kelakuan Nino yang hobby berselingkuh dan mabuk-mabukkan.
Apakah Jefta bersedia menikahi Ivana saat mengetahui jika saat ini Ivana sedang mengandung anaknya? Atau Jefta cuma mau memanfaatkan kekayaan orangtuanya seperti Nino?
Ivana berjalan-jalan sambil menggendong Aaron yang lucu dan tampan, untungnya sekarang Ivana tinggal di komplek perumahan di kawasan Bandung Selatan jadi orang-orang tidak ada yang tahu masa lalunya dengan Nino.
Sementara Lena tinggal di apartemen bersama Andi yang letaknya tidak jauh dari rumah orangtua Lena.
Ketika Ivana sedang berkeliling komplek tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ivana segera mengambil ponselnya dari dalam saku celana jeansnya.
"Siapa sih pagi-pagi gini udah telepon aja," gumam Ivana.
Ternyata yang meneleponnya pagi itu adalah Jefta, 'selingkuhan' baru Ivana.
"Halo, Jef tumben pagi-pagi gini nelepon?"
"Iya dong, soalnya gua kangen sama lo," jawab Jefta santai.
"By the way, aku lagi di luar nih sama Aaron."
"Oh gitu, pantes suaranya kayak lagi di luar rumah. Berisik gitu."
"Kamu gak kerja, Jef? Kok teleponnya jam segini? Kamu bolos ya?"
"Enggak kok, gua gak bolos cuma lagi suntuk aja. Ini kan hari jumat, biasanya kalau weekend orderan kain agak sepi sementara orderan kain lainnya udah jalan di produksi," jelas Jefta.
"Pasti bos kamu belum datang ke kantor, ya?"
"Tau aja kamu, ini temen-temen yang lain juga lagi pada ngobrol biasalah jam segini jamnya nyantai, hehe."
"Kebiasaan banget deh ngobrol di kantor, kalau di kantor papaku mana boleh staffnya ngobrol kayak gitu."
"Ya bedalah, papa kami kan galak, kalau bosku baik banget," ungkap Jefta.
"Jadi kamu telepon aku maksudnya mau ngapain?"
"Galak banget sih kamu, hmm ... aku nelepon kamu karena mau mengajak kamu bertemu di Violin Cafe besok sabtu jam 11 siang, gimana mau gak?"
"Lihat besok ya, aku gak bisa janji. Biasanya hari Sabtu itu hari kumpul keluarga di rumah papaku," jawab Ivana.
"Ya bilang saja sama papa mama kamu, kalau besok ada janji ketemu di Violin Cafe, acara reunian kampus begitu. Besok aku ajak Anne, Jhonny, Yena dan Ricky juga biar mereka gak curiga kalo kita bertemu di cafe nanti."
"Coba aku ngomong dulu sama adikku. Siapa tau dia mau ikut juga, kasihan soalnya dia."
"Adikmu yang namanya Lena itu?" tanya Jefta memastikan.
"Iya. Sekarang kan di kantor tempat dia kerja sabtu juga libur."
"Oke kalau begitu, aku setuju dia bergabung dengan teman-teman kuliah kita dulu."
"Ya sudah, besok pagi aku kabarin ok."
"Eh, tapi Nino gimana? Besok mau kamu ajak juga ke sana?"
"Enggaklah, masa aku ajak dia ke cafe? Biar saja dia tinggal di rumah atau suruh saja mengakrabkan diri dengan Andi. Mereka kan gak pernah akur."
"Masa sih? Kok bisa?" tanya Jefta penasaran.
"Tentu bisa, soalnya Nino gak pernah suka sama Andi, secara Andi itu orangnya kalem dan baik jadi Nino gak bisa mengajak adik ipar aku untuk bermabuk mabukkan dan clubbing."
"Aku gak nyangka suamimu tukang mabuk dan hobi selingkuh," balas Jefta.
"Aku juga, padahal saudara-saudaranya semua anak baik-baik, jangan-jangan Nino bukan anak kandung mertuaku lagi habisnya sifat dia sangat berbeda dengan mereka," tutur Ivana.
"Ya sudah, besok kamu curhat saja ke saya, tapi via bbm, jangan di depan orang-orang itu."
"Thanks, Jef. Kamu memang teman yang paling pengertian dari dulu."
"Besok Aaron dibawa juga ya, see you Iva."
"See you too, Jef."
*****