Brak!
Suara gebrakan meja membuat semuanya terkejut. Seorang pria paruh baya berdiri sambil berkacak pinggang. Ia menatap tajam kearah sebuah keluarga yang mestinya sudah menjadi besannya.
Marah dan emosi semuanya menjadi satu setelah beberapa jam yang lalu Rex membatalkan pernikahannya bahkan pergi ntah kemana. Suasananya memang sudah sepi setelah semua tamu undangan pulang hingga membuat Syarif pun akhirnya meluapkan emosinya.
"Apa-apaan ini hah?!"
"Ya Allah Pak. Tenang-tenang."
Latifah berusaha menenangkan amarah dan emosi Syarif yang begitu tidak terima sambil memegang lengan suaminya.
"Kalian pikir ini bercanda?!"
Luna bergidik ketakutan. "Em maafkan kami Pak, kami-"
"PERGI!"
"Pak, biarkan Ibu Luna menjelaskan semuanya dulu. Ayah tenang ya."
"Bagaimana Ayah bisa tenang Bu?! Mereka ini sudah bikin kita malu 1 kampung!"
"Iya pak iya. Tapi nak Rex pasti ada alasan lain untuk melakukannya."
"Alasan apa?! Alasan yang jadinya bakal bikin kita sebagai orang tua terkena imbasnya?! Malu?!"
"Ayah tenang. Ayah!"
Tiba-tiba Aisyah berlari dari arah kamarnya dan memegang tangan sang ayah yang sedang meluapkan emosinya.
"Ini.. ini semua salah Aisyah. Kami.. kami-"
"Dan kamu Aisyah!" Dengan kesal Syarif menepis tangan Aisyah. "Kamu juga bikin malu jadi anak perempuan! Bisa-bisanya menerima pinangan seorang pria yang tidak serius!"
"Ayah, Aisyah-"
"Pergi dari rumah sini! Pergi tempat bude mu sana! Ayah muak melihatmu!"
Air mata mengalir di pipi Aisyah. Sosok ayah yang paling jarang membentaknya tiba-tiba membuat hatinya sakit begitu melihat amarah Ayahnya kali ini.
"Pak jangan usir Aisyah Pak! Ibu gak setuju!"
"Terserah!"
Lalu Syarif melenggang pergi meninggalkan. Meninggalkan semuanya. Meninggalkan Luna yang berusaha menahan emosi. Emosi akibat kebodohan Rex.
Ronald yang mengatahui itu hanya bisa merengkuh lembut pundak istrinya. Beberapa keluarga mereka sudah balik ke hotel dan berencana akan balik ke Los Angeles dan London besok pagi.
Aisyah meluruh di lantai. Ia memegang kedua kaki Latifah dengan terisak.
"Maaf. Maafin Aisyah Bu. Maafin Aisyah yang dengan mudahnya menerima Mas Re."
"Aisyah." Perlahan, Latifah membantu putrinya berdiri dengan lemah kemudian memeluknya. "Ayo berdiri. Jangan begini."
"Seharusnya Aisyah menolak agar semuanya tidak menjadi seperti ini. Maafin Aisyah sudah membuat Ayah dan Ibu menahan malu."
"Sudahlah nak. Tenang. Semua sudah terjadi. Ini sudah menjadi takdir Allah bahwa kalian tidak berjodoh."
"Ibu Latifah. Maaf. Maafkan atas nama putra kami." sahut Ronald dengan wajah penuh penyesalan.
"Seharusnya Aisyah yang minta maaf Tante Luna. Kami.." Aisyah melepaskan diri dari pelukan Ibunya.
"Maafkan kami. Sebenarnya kami tidak saling mencintai. Jujur, saya lega kalau Mas Re membatalkan pernikahan ini. Tapi saya juga merasa bersalah mengapa tidak tegas menolak Mas Re dari awal agar tidak membuat Ayah dan Ibu menanggung malu."
Luna menarik pergelangan tangan Aisyah lalu membawanya kedalam perukan. "Tidak apa-apa sayang. Terima kasih atas semuanya. Tante menyayangimu. Tante sudah senang sama kamu. Tapi Ibu mu benar. Kalian tidak berjodoh."
Aisyah mengeluarkan air matanya. "Maafin Aisyah."
"Seharusnya kami yang meminta maaf." Luna melepaskan pelukannya dan menghapus air mata di pipi Aisyah. "Sudah jangan sedih. Tante berdoa semoga suatu saat Aisyah bertemu dengan pria yang Aisyah cintai dan kalian saling mencintai."
Lalu Luna kembali memeluk Aisyah. Seorang wanita yang hampir saja menjadi menantu pertamanya. Dan Luna kini berusaha menahan malu akibat kebodohan putranya.
🦋🦋🦋🦋
Aifa duduk dengan santai di pinggir kolam renang fasilitas hotel di istanbul. Ia menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi panjang sambil meluruskan kedua kakinya.
Nyatanya sekalipun liburan di negara yang jauh Aifa tetap tidak bisa melupakan patah hatinya. Aifa menghela napas panjang. Ia menundukan wajahnya kembali. Bayangan Rex kini bersanding dengan Aisyah menghantui dirinya.
"Pasti saat ini Rex sudah bahagia. Pasti saat ini dengan romantisnya Aisyah memasak makanan enak buat Rex."
"Tapi mau gimana lagi?" Air mata menitik di pipi Aifa. Aifa benci dirinya yang mudah menangis karena Rex. Aifa menghapus air matanya dengan cepat.
"Lagian mereka cocok. Aisyah cantik. Berharga. Gak kayak Aifa."
"Afedersiniz. içki özledim."
Aifa menoleh kesamping. Lalu kedua matanya terbelalak terkejut. "Masya Allah Ray?"
"Ray yang baik hati dan tidak sombong?"
Ray terkekeh geli sambil membawa minuman es teh dengan potongan buah leci beserta dua kebab yang masih hangat di nampan.
Ray duduk disamping Aifa. Menyerahkan segelas es teh tersebut yang di terima Aifa dengan canggung.
Disisilain, Franklin yang berniat mendatangi Aifa pun mengurungkan niatnya. Ia hanya menatap kakaknya dengan datar dan sedikit bernapas lega.
Lalu ia mengeluarkan ponselnya dan memfoto keduanya. Setelah memfoto, Franklin mengirimkannya pada Fandi yang saat ini ada di Indonesia.
"Kakak aman. Dia bersama Ray."
Lalu Franklin kembali memasuki hotelnya dan memilih beristirahat.
"Ray ngapain kesini?"
"Datangin kakak."
"Datangin Aifa?"
"Hm."
Ray melepaskan tas ranselnya dan mengeluarkan laptopnya. Lalu ia memakan kebab tersebut dengan lahap.
"Kakak pasti butuh teman. Akulah orang yang tepat." kekeh Ray dengan santai sambil mengunyah kebabnya. "Sekalian, aku minta maaf atas nama Kak Rex yang sudah meninggalkan kakak."
"Kenapa Ray yang meminta maaf?"
"Biar bagaimanapun dia kakakku kak. Bukankah aku adik yang baik hati dan tidak sombong?"
Aifa menggelengkan kepalanya sambil menepuk jidatnya. "Terserahlah. Em, kebab ini enak. Beli dimana? Aifa jadi pengen makan ini."
"Aku yang membuatnya."
Aifa tidak menyangka. "Serius? Ray bisa?"
"Tentu. Aku menginap di sekitar sini. Fasilitas lengkap. Ada dapurnya. Bahan-bahannya sangat mudah di dapatkan. Kakak lupa kalau kebab makanan khas Turki?"
Aifa mengangguk. "Aifa mau di bikinin ini lagi."
"Kalau gitu besok kita masak sama-sama."
"Serius?"
"Hm. Kita kan suka masak. Ah iya, Aku bawa laptop. Bukankah kakak penyuka film drama Romance? Aku sudah mendownloadnya untuk kakak. Tapi tenang, aku memilihkan yang ada unsur komedinya supaya kakak terhibur."
"Kenapa Ray tahu kalau Aifa suka film drama Romance?" tanya Aifa yang masih mengunyah kebabnya.
"Tahu dari kak Aulia."
"Angel?"
"Aulia kak."
"Oh iya lupa."
"Kalau gitu, ayo kita tonton sekarang!"
Aifa hanya menurut. Lalu mulai menghabiskan kebabnya dengan lahap. Aifa duduk bersila. Didepannya ada laptop milik Ray yang sudah menayangkan drama Romance komedi.
Aifa sudah larut dalam dunianya sendiri. Aifa sudah menonton drama favoritnya. Sesekali wanita itu tertawa. Kadang tersenyum-senyum.
Dan Ray hanya bisa menatap Aifa didepan matanya. Tenang. Itu yang dia rasakan saat ini. Dia sudah berhasil membuat Aifa terhibur walaupun tidak sepenuhnya.
Dia sudah berhasil membuat wanita itu sedikit melepaskan beban terberat dalam hidupnya. Dan dia menyesal sudah ikut campur. Hatinya akan terluka saat ini dan mungkin ia akan menyesalinya karena sudah menoreh luka untuk Aifa tanpa wanita itu sadari.
🦋🦋🦋🦋
* "Permisi nona, minuman anda."
Ikutin aja alurnya. Siapkan hati kalian dari sekarang. Ini aba-aba dari author loh ya. Jangan menyesal sampai menghujat di kemudian hari nanti setelah pertengahan Chapter.
Makasih sudah baca😆
With Love 💋
LiaRezaVahlefi
lia_rezaa_vahlefii