Antalya Beach, Turkey
🦋🦋🦋🦋
"Huaaaaaaaaaaaa pantai."
Aifa berlari dengan cepat menuju bibir pantai yang indah. Syar'i dan khimarnya mengenai angin deras dan sejuk hingga membuatnya berkobar-kobar. Franklin menatap kakaknya dari jauh dengan datar. Tapi tidak dengan hatinya saat ini.
Hati Franklin terasa sesak. Padahal yang sedang patah hati adalah kakaknya. Tapi ntah kenapa setiap air mata yang dikeluarkan Aifa itu membuat hatinya terpukul.
Dari kejauhan, Franklin menatap Aifa yang terlihat bahagia. Seolah-olah beban yang ada di dalam dirinya terlepas begitu saja.
"Franklin!"
Franklin menatap kearah Aifa yang kini berlari kearahnya.
"Ya?"
"Tolong fotoin Aifa! Pemandangannya bagus!"
Franklin hanya mengangguk dan segera mengambil beberapa jepret foto melalui ponsel Aifa. Dalam hati Franklin merasa lucu karena tingkah kakaknya itu yang kekanakan.
"Apakah hasilnya bagus?"
"Lihat saja sendiri."
Aifa melihat ponselnya. Tanpa sengaja Franklin memfoto Aifa mengenai pasangan pria dan wanita yang ada di belakangnya sedang melakukan foto prewedding.
Aifa menoleh kearah belakang dan ternyata benar. Aifa menatapnya sejenak. Pria dan wanita itu sedang tertawa bersama. Raut wajah mereka sangat bahagia. Si pria begitu tampan dan romantis. Si wanita benar-benar terlihat tersipu malu.
Seketika mood Aifa hilang. Menikah adalah impiannya sejak dulu. Tapi itu adalah impian yang tidak akan pernah ia raih. Alhasil Aifa menundukan wajahnya dan berjalan melalui Franklin tanpa banyak kata.
Mengetahui hal itu, tiba-tiba Franklin segera menyusul kakaknya yang sudah jalan terlebih dahulu. Dan sekarang dia merasa bersalah karena tidak sengaja bahkan tidak menyadarinya ada seorang pria wanita wanita yang sedang melakukan foto prawedding.
"Kak!"
"Kak. Aku-"
"Franklin masih mau jalan-jalan?" tanya Aifa sambil menghentikan langkahnya. Berusaha mengalihkan perasaanya sedihnya.
Franklin menggeleng. "Tidak. Bukan itu. Aku minta maaf soal foto-"
Lalu Aifa tertawa. Ntah tertawa secara yang sesungguhnya atau di buat-buat bagi Franklin.
"Santai aja Franklin. Aifa lelah. Aifa mau balik ke penginapan."
"Maafin Aifa ya. Seharusnya kita istrirahat dulu setelah sampai."
"Kak-"
"Ayo!" Aifa menarik lengan Franklin. "Kita harus menikmati pemandangan yang lebih indah lagi di penginapan. Ah tapi sebelum itu, aku ingin hotdog! Beliin Aifa ya!"
"Tapi kak. Aku-"
"Dan jangan pelit-pelit kayak Frankie. Dia itu adik yang menyebalkan! Tidak sepertimu. Baik dan sayang sama Aifa."
Franklin nyaris saja terseret-seret ketika Aifa menariknya dan menuju penjual hotdog di depan mata mereka dari jarak kejauhan.
"Hai manis! Hot dog ya. 20 bungkus!"
"Kak. Dia tidak mengerti bahasa kita."
"Aifa tahu. Dan Franklin menjadi kamus berjalan selama menemani kakak disini."
Dan Franklin hanya menghela napas panjang karena Aifa itu menutupi kesedihan. Lalu ia pun akhirnya berpasrah diri atas semua kesalahannya.
"Merhaba tatlım! Hotdog! Lütfen 20 kadar sosisli sandviç yapınız."
Pria muda si penjual hotdog dengan penampilan santai mengenakan
T-shirt putih itu hanya mengangguk dan segera membuatkan hotdog sebanyak 20 bungkus meskipun sempat melihat Aifa. Wanita asia yang sangat cantik.
🦋🦋🦋🦋
Rex sudah siap dengan pakaian akad nikahnya hari ini. Dia sedang berjalan mondar-mandir didalam kamarnya. Beberapa pihak keluarga sudah tiba di penthouse nya hari ini.
Pintu terbuka. Seorang pria paruh baya masuk dan melangkahkan kakinya dengan tegap mendatangi Rex sampai akhirnya kekesalan Rex semakim besar.
"Daddy tahu kamu gugup. Cobalah untuk santai?"
Rex enggan menatapnya. Yang dia lakukan hanyalah memunggungi si pria paruh baya itu. Daddy tirinya yang bernama Ronald.
"Daddy katamu? Ck." sindir Rex dingin.
"Rex-"
"Sejak kapan seorang pria pembunuh itu memiliki rasa perduli? Huh?"
Dan Ronald terdiam. Ia menundukkan wajahnya. Sudah berpuluh-puluh tahun dan tetap tidak ada perubahan besar sampai sekarang. Rex sama seperti dulu. Membencinya.
"Tidak pernahkah sedikitpun kamu memaafkanku Rex?"
"Tidak akan pernah."
"Mungkin kamu akan memaafkanku jika suatu saat kamu membaca surat dari mendiang Ray yang pernah di titipkan Ayahnya Aulia itu untuk Mommymu."
"Sayangnya aku tidak pernah sudi membacanya."
Pintu kembali terbuka. Luna sudah rapi dan berdiri di ambang pintu. Mengetahui hal itu, Rex memilih mendatangi mommynya karena Rex tidak akan pernah mau memperlihatkan pada Luna jika ia sedang berinteraksi penuh rasa kebencian dengan Ronald.
Lalu Rex melenggang pergi. Meninggalkan Ronald yang berpasrah diri karena tidak bisa melakukan hal apapun selain menunggu waktu yang akan menjawab.
🦋🦋🦋🦋
Rex sudah tiba di kediaman Aisyah. Suasana begitu ramai. Ada banyak keluarga Aisyah yang menyambutnya. Lalu ada para tetangga yang datang untuk melihat proses akad nikahnya dengan nuansa putih kombinasi ungu.
Sebagian dari tamu pada heboh hanya karena melihat Aisyah yang akan bersanding dengan pria bule seperti Rex dan keluarganya yang benar-benar murni campuran darah kelahiran London dan Los Angeles
Rex begitu tenang duduk didepan penghulu. Tapi tidak dengan hatinya saat ini. Tanpa ia sadari, nama Aisyah benar-benar tidak melekat di hati dan pikirannya.
Aisyah sendiri menunggu Rex di dalam kamar dengan raut wajah datar. Menunggu di sah kan oleh seorang pria yang tidak pernah dicintainya.
Sedangkan Rex, ia merasa kebingungan ketika tiba-tiba bayangan wajah Aifa muncul. Senyum Aifa. Cerianya wajah Aifa bahkan kesedihan dan air mata Aifa yang tiba-tiba membuat hatinya sakit serasa di tusuk oleh pisau.
"Bisa kita mulai sekarang?"
Dan Rex tersentak kedunia nyata. Ia kembali ke posisinya apalagi seorang penghulu sudah mulai menjabat tangannya.
"Silahkan pak. Kita mulai saja." ucap Ayah Aisyah yang kini berada di samping Rex. Membuat hati Rex bertambah gusar dan gelisah.
Penghulu itu mengangguk. Dan salah satu mike sebagai pengeras suara sudah di arahkan ke dekat bibir penghulu.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Ananda Rex Davidson bin Almarhum Ray Davidson saya nikahkan engkau dengan Aisyah binti Muhammad Syarif dengan mas kawinnya tersebut dibayar Tunai."
"Saya-"
"Saya.. saya-"
Dan Rex tergagap. Pikirannya tidak fokus. Genggamannya pada penghulu tiba-tiba terasa bergetar kecil. Telapak tangannya dingin. Beberapa orang di sekitarnya terlihat bingung. Sebagian dari mereka mulai kasak-kusuk.
Raut wajah Rex pucat. Bibirnya kelu. Nama Aifania terus saja berputar di pikirannya. Tangis Aifa. Air mata wanita itu. Semuanya menjadi satu.
"Rex?"
"Saya.. sa-saya-"
Tiba-tiba Rex melepaskan genggamannya pada Penghulu tersebut. Tanpa diduga Rex berdiri dari duduknya.
"Maafkan saya. Saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini."
🦋🦋🦋🦋
Rex si pengecut dan gak jelas 😭😭
Maunya dia itu apa sih 🙃
Kak kok updatenya pagi terus?
Iya kalau pagi mood nulis lancar. Pikiran masih fresh 😆
Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian
With Love 💋
LiaRezaVahlefi
lia_rezaa_vahlefii