Chereads / KIARA's / Chapter 11 - 010

Chapter 11 - 010

Usai acara ijab qobul itu, Sang Mama meninggalkan tempat acara. Algi menatap kepergian Mamanya disusul dengan sang Papa. Sementara keluarga dari istrinya itu juga sudah bubar memasuki kamar masing-masing. Algi menatap istrinya itu tanpa minat sejenak, laku segera beranjak karena sudah sangat gerah disini. Apalagi ini rumah dari Vio, sahabatnya dulu,buang sekarang mereka bahkan berbicara saja tidak pernah.

Kakinya melangkah menemui sang Mama karena harus membicarakan sesuatu. 

"Ma!" panggil Algi dan berlari kecil menghampiri Mamanya yang sudah akan memasuki mobil mewah milik keluarganya.

Bukannya menjawab atau menyahut, justur wanita paruh baya bernama Lita itu menolehkan kepalanya saja. Masih kesal dengan putranya ini.

"Mama!" 

Lita mendecak. Algi kenapa memanggil terus. 

Algi menghampiri Mamanya dan berdiri di depan Wanita berstatus Mamanya itu.

"Ma, Algi mau cerai." 

Lita melotot. Baru beberapa menit lalu sah sekarang minta cerai. Kemarin pas adegan masuk-masuk Algi kenapa nggak sadar?

"Kiara bicarain dirumah aja Algi."

Algi mengangguk. "Yaudah."

Hanya begitu, dirinya segera masuk ke mobilnya juga tanpa peduli dengan Kiara yang masih berada di dalam sana bersama Adiknya.

Persetan dengan pernikahan! Algi juga harus mempertahankan gadisnya. 

Dengan gas yang sudah pol, Algi melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah milik mertuanya. 

Saat diperjalanan, telfonnya berbunyi pertanda ada telfon masuk. Algi menatap layar ponselnya itu, melihat siapa yang sudah menelfonnya.

Babe🖤 ia calling ....

Senyumnya terbit saat melihat ada nama yang tertera disana ternyata sang kekasih hati. Algi segera mengangkatnya, yang sebelumnya sudah memelankan laju mobil.

"Halo?"

" ....."

"Hm. Maaf. Secepatnya aku kesana."

" ..."

"Aku nggak sepeduli itu sayang."

" ..... "

"Hey. Malam ini aku nginep di apart kamu. Tunggu aja ya. Aku ngurus sesuatu dulu." 

" .... "

"Love you."

Algi meletakkan ponselnya kembali. Begitu sudah tepat dibelokan rumahnya, Alfi memutar stirnya dan masuk kedalam perumahan mewaah itu. 

Mobilnya berhenti disebuah rumah besar bercat warna emas. Pria itu turun dan segera masuk karena harus membahas sesuatu dengan ibunya. 

"Mama." Panggilnya saat melihat Mamanya akan memasuki kamar miliknya. Sementara sang Papa dan duduk di sofa.

"Udah nyampe?"

Algi mengangguk singkat dan ikut menyusul Papanya duduk disofa.

"Hm." 

Wanita itu menghampiri Algi dan suaminya. Lalu duduk disebelah anak dan suaminya itu. 

"Jadi maubkamu gimana Algi?" tanya Kita dengan nada tegas. 

"Algi nggak mungkin lanjutin pernikahan ini Mama. Algi nggak ada rasa sama dia."

"Terus kamu nikah sama Vio?" Tebak Lita lagi. 

Algi menggeleng. Itu sangat tidak memungkinkan. Jelas Algi tidak mau.

"Nggak Mama. Algi udah punya Catrin." 

Lita menghela nafas jengah. Anaknya ini kenapa sesayang itu pada pacarnya?

"Algi, Vio jauh lebih baik dibanding pacarmu itu." Bantah Lita lagi. Algi yang mendengar itu menahan emosinya. Sungguh, dirinya sangat mudah terpancing emosinya. 

"Pokoknya Algi mau cerai Mama!"

"Algi!" 

Suara tegas Rival membuat Algi terdiam. "Pernikahan bukan buat main-main Algi! Papa memang nggak menyukai istri kamu itu! Tapi bukan berarti Papa dukung kamu buat cerai! Kamu mau rusak reputasi Papa?!" 

Algi menggeram. Kenapa semua orang memojokkan dirinya?

"Algi nggak sayang dia Papa!"

"Emang dia sayang kamu?" tantang Rival dengan mata menyorot anaknya itu tajam. 

"Seenggaaknya kalau kamu mau cerai cari kesalahan dia! Tuntut! Biar nama Papa nggak tercoreng! Reputasi Papa nggak rusak!" 

Algi terdiam. Lita tersenyum mendengarnya. "Algi, kalau kamu mau cerai. Siksa dia. Jangan biarin dia bahagia dirumah itu. Karena setahu Mama, Papanya juga udah nggak akuin dia anak."

Algi menatap Mamanya dengab kerutan di dahi. "Maksudnya?"

"Intinya, Papa nggak mau tau! Kalau kamu mau cerai, seenggaknya jangan rusak reputasi Papa!" 

Rival meninggalkan ruang tamu. Kini hanya ada Algi dan Mamanya. Keduanya terlihat masih berdiskusi.

"Algi. Kamu cukup kekang dia. Siksa dia. Mama yakin dia nggak bakalan kuat. Kalau dia tuntut kamu, cukup buat alasan yang jelas. Bilang dia nggak becus jadi istri."

Algi mendengarkan itu dengan diam. Sedikit setuju dengan kata-kata mamanya. 

"Pertama, buat aturan gila yang harus dia patuhi. Ingat, Mama suruh kamu siksa dia. Kamu mau balik ke Catrin kan?" 

Algi mengangguk semangat. "Oke Ma. Algi ngerti."

****

Usai menyerahkan map yang berisi aturan-aturan yang di tuliskan oleh Mamanya, akhirnya Algi berakhir di apart kekasihnya. Padahal kalau di ingat-ingat, ini adalah malam pertamanya. Tapi biarlah dirinya malam pertama dengan Catrin, bukan Kiara. Ingat, cintanya hanya Catrin, bukan Kiara. 

Algi menatap lembut kekasihnya yang tengah memasak itu. Terlihat gesit dan tanggap. Sementara dirinya hanya duduk sambil memperhatikan Catrin.

"Trus kamu udah nikah gitu?" 

Algi mengangguk. Sejak beberapa menit yang lalu, Catrin terus bertanya-tanya tentang pernikahannya yang dijawab seadanya oleh Algi. 

"Tapi kok kayak nikah boongan? Ya, gitu deh." Balas Catrin dengan santai. Setidaknya dirinya mengutarakan maksudnya.

"Hm? Bukan boongan. Tapi sama-sama nggak diinginkan. So, secepatnya aku bakalan ceraiin dia, biar kita bisa nikah." gumam Algi. Masih saja fokus menatap kekasihnya itu. 

"Tapi Al, aku sama kamu nggak mungkin bisa bareng. Liat, kamu udah nikah, terus mama kamu juga nggak suka sama aku. Posisi aku sekarang kayak pelakor nggak sih? Bahagia dimalam pertama suami orang." 

Algi menatap tidak suka punggung Catrin. Karena posisi wanita itu tengah memunggungi Algi jafen sedang memasak makan malam untuk mereka. Walau sebenarnya Algi sudah makan, tapi pria itu tidak tega menolak ajakan sang kekasih.

"Dia yang penghancur. Harusnya besoknya aku sama kamu udah nikah, tapi dia malah--"

"Godain kamu dan kqmu tergoda. Gitu kan?" potong Catrin sambil berbalik menatap Kanit mata Algi. "Disini istri kamu juga terluka. Sama halnya kayak kamu. Mungkin dia udah punya kekasih kan?" 

Algi mendengus mendengarnya. Ini yang Algi kadang tidak suka dari Catrin. Sangat baik hati dan mudah kasihan. 

"Catrin. Aku sama kamu udah pacaran 4 tahun. Wajar gitu kita udahan?"

Catrin mengangguk dan duduk disebelah Algi. "Wajar. Kita hanya sebatas kekasih, bukan suami-istri."

Algi mendecak kesal. "Nggak usah aneh-aneh deh."

Catrin tersenyum lembut. "Sekarang aku kasih kamu pilihan, tapi kalau kamu milih salah satunya, kamu harus konsisten, jangan goyah oke." 

Algi mengernyitkan dahinya pertanda bingung. "Pilihan?"

Catrin mengangguk. "Iya. Pilihannya, kamu pilih dia, tapi putusin aku. Atau kamu pilih aku, ceraiin dia. Aku nggak sebaik itu Al, bisa bagi hati sana perhatian kamu."

Algi sudah menebak ini. Catrin tentu saja sangat tidak menginginkan pernikahannya ini, karena bagaimanapun wanita itu hanya ingin sendiri, tanpa berbagi hati dengan siapapun. 

"Aku pilih kamu sayang." gumam Algi dengan lembut. Tangannya mengelus punggung tangan Catrin yang diam diatas meja makan. 

"Kamu cerai--"

"Aku belum bisa kalau sekarang. Seenggaknya kasih aku waktu beberapa bulan lagi buat ceraiin dia."

Catrin diam sejenak. "Kenapa? Kamu cinta sama dia?"

Algi terkekeh mendengarnya. Lihat, betapa lucunya kekasihnya ini. "Enggak. Aku mau cerai sama dia kalau udah nemuin kesalahannya." 

Catrin menunduk, sedikit tidak setuju dengan argumen Algi. Dirinya rajut pria itu kepincut dengan istrinya itu. Sementara dirinya, yang sudah memberikan mahkotanya untuk Algi bagaimana nasibnya??

Apa ada pria yang may menikahinya dalam keadaan tidak suci lagi??

"Kamu tenang aja. Aku pasti sama kamu."

Ini yang Catrin sesalkan. Harusnya dari awal dirinya tidak mau bergaya pacaran seperti orang barat. Tapi dulu mereka berdua bertemu di London saat masa perkuliahan. Dan hubungan mereka berlanjut seperti orang barat hingga sekarang. 

"Kamu jangan jatuh cinta sama dia. Terus aku juga mau sering main kerumah kamu. Aku mau nunjukin kalau kamu punya aku."

Algi tertawa mendengar. Namun tak urung tetao mengangguk tanpa memikirkan perasaan istrinya nanti. 

"Nginap pun boleh."

******