"Kamu sudah bangun rupanya, Aletha." Ucap Ryshaka.
Pipi Aletha bersemu merah mendengar itu. Sepertinya ia memang terlalu lama tertidur.
"Maaf sudah banyak merepotkan Bapak." Ucap Aletha.
"Tidak masalah, Aletha." Sahut Ryshaka sembari meminum red wine yang telah ia tuang ke dalam gelas.
Aletha menyaksikan apa yang dilakukan oleh Ryshaka dengan seksama. Ada rasa tak suka melihat lelaki itu meminum minuman alkohol seperti itu.
Ekor mata Ryshaka melirik pada Aletha yang melihat tindak tanduknya.
"Kamu mau, Aletha?" Ryshaka menawarkan
"Saya tidak minum alkohol, Pak." Sahut Aletha pelan.
"Benarkah?" Ryshaka mengangkat alisnya tinggi-tinggi.
"Anak baik-baik rupanya." Sambung Ryshaka.
Aletha sama sekali tak merasa tersanjung dengan kalimat pujian itu, hatinya malah makin nelangsa. Terlalu banyak perbedaan yang membentang di antara keduanya, jika Ryshaka akan melarikan diri ke minuman alkohol untuk membunuh waktu, maka berbeda lagi dengan Aletha, anak introvert sepertinya akan mengurung diri di kamar sembari membaca novel ataupun aktivitas membosankan lainnya.
"Kenapa diam saja Aletha? Kemari lah!" Pinta Ryshaka ketika Aletha menatapnya dengan tatapan kosong.
Kakinya yang mungil perlahan mendekat padanya, sangat perlahan. Hingga membuat Ryshaka berpikir wanita tersebut enggan untuk berdekatan dengannya.
Aletha duduk di tempat yang paling jauh darinya dan Ryshaka tak bisa melontarkan kalimat protesnya.
Pandangan wanita itu menunduk, jemarinya mengusap pada lengannya yang lain, sebuah gesture tersirat yang mengartikan bahwa wanita itu tak nyaman berada di dekatnya.
"Kau terlihat sangat kikuk, Aletha." Ucap Ryshaka.
"Apakah anda tidak?" Akhirnya wanita itu menyadari eksistensinya.
"Really? Kamu menanyakan pertanyaan seperti itu pada saya?" Tanya Ryshaka, senyum tipis tersemat di bibirnya.
Aletha kehilangan kata-katanya, untuk apa ia bertanya sesuatu yang sama sekali tidak berbobot pada Casanova itu. Parasnya yang menawan serta sifatnya yang flamboyan membuatnya sangat mudah menarik perhatian kaum hawa.
"Lupakan saja pertanyaan saya tadi!" Ujar Aletha.
"Sekarang sudah hampir pukul 7 malam." Sambung Aletha.
"Lalu?" Tanya Ryshaka.
"Apakah anda tidak berniat untuk mengantarkan saya pulang?" Tanya Aletha dengan suara pelan.
"Saya pikir kamu mau bermalam di tempat saya, jadi saya memang sengaja tidak membangunkan dirimu." Jawab Ryshaka.
"Sepertinya anda berpikir kalau mengijinkan orang asing untuk menginap di tempat anda sebagai sesuatu yang sangat wajar." Manik mata Aletha menatap lurus pada Ryshaka, ia berusaha menggali lebih dalam tentang sosok yang ada di depannya.
"Apa yang ada di pikiranmu Aletha? Saya hanya memintamu untuk bermalam disini, bukan untuk hal lain yang ada dalam otak nakalmu," Ucap Ryshaka.
"Dan saya juga tidak memaksakan kehendak, kalau memang kamu kurang nyaman berada di dekat saya, saya akan mengantarmu pulang." Sambungnya.
"Saya bukannya berprasangka buruk." Sahut Aletha lemah, ia sadar perkataan sebelumnya telah menyinggung lelaki itu.
"Tak masalah, Alettha. Tapi faktanya kamu adalah wanita pertama yang menginjakkan kaki di kediaman saya, terlepas dari status saya yang suka di cap sebagai Don Juan, tapi nyatanya saya masih mematuhi norma sosial yang berlaku." Ucap Ryshaka.
Aletha mengerutkan alisnya bingung, ia tak paham benar dengan penjelasan lelaki tersebut.
Jadi apakah lelaki itu penganut no sex before married, atau ia hanya menghindari melakukan hal tabu seperti itu di tempat tinggalnya?
Pikiran Aletha terasa penuh memikirkannya.
"Kau bersiap-siaplah aku akan mengantarmu pulang!" Perintah Ryshaka.
Aletha pergi menuju tempat tidur sebelumnya untuk membenahi penampilannya agar tidak terlihat begitu kusut.
Sebenarnya ia sangat merasa nyaman untuk menghabiskan waktunya di tempat ini, tapi itu tak mungkin dilakukan karena sama saja ia menyerahkan dirinya secara sukarela ke pelukan Ryshaka.
Sekembalinya Aletha dari acara berbenahnya, ia mendapati Ryshaka sedang menelpon seseorang, suaranya yang terlalu rendah hingga membuat Aletha kesulitan untuk mencuri dengar.
"Siapa wanita yang dimaksud oleh Ryshaka?" Ucapnya retoris.
"Itu bukan urusanmu Alettha, mau sebanyak apapun wanita yang berputar di sekeliling Ryshaka dan menjadikan pria itu sebagai porosnya!" Sambung Aletha, sebelah tangannya memukul pelan sisi kepalanya dalam upayanya menyadarkan diri.
Setelah memastikan bahwa Ryshaka sudah selesai dengan seseorang yang beberapa saat lalu ia hubungi, baru Aletha melangkahkan kakinya menuju lelaki itu.
Ryshaka duduk di depan layar tv yang sedang menyala, tapi siapapun tahu bahwa manik mata lelaki itu tidak benar-benar mengarah pada adegan yang ditampilkan di layar, ia seolah larut dalam pikirannya sendiri. Pandangan mata itu terlihat begitu kosong.
"Pak Ryshaka, apakah kita sudah bisa pulang?" Tanya Aletha, berusaha membuat suara sepelan mungkin agar lelaki itu tidak terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Oh, Tentu saja, Aletha. Apakah kau sudah selesai dengan acara berbenahmu?" Dari nada suaranya terkesiap kaget, terlihat jelas kalau lelaki itu sedang melamun.
"Sudah Pak." Jawabnya singkat.
Mereka berdua berjalan ke arah ranger rover milik Ryshaka.
Keheningan begitu terasa menyelimuti keduanya, Aletha pun terlihat enggan untuk melontarkan sepatah kata pun, apalagi Ryshaka, sedari tadi netranya menatap lurus pada jalannya yang dilalui. Garis rahangnya terlihat begitu kaku dengan bibir yang ia tutup rapat, sepertinya benak lelaki itu masih tersita pada seseorang yang sebelumnya ia hubungi lewat saluran telpon.
Hanya suara dari penyiar radio yang berhasil memecah suasana.
"Gen 98.8 FM, bareng lagi sama gue Azalea, akhir-akhir ini gue sering banget denger istilah baru, yang kalian semua pasti juga pernah denger, yups namanya adalah ghosting. Apakah itu ghosting? Nih, biar gak terkesan asal, gue bakal lihat jawabannya langsung di internet. Ghosting adalah cowok yang keberadaannya sulit dicari dan langsung menghilang saat kamu sudah mulai sayang padanya. Jangan sampai ketemu cowok yang seperti itu ya, girls! Langsung aja kita puter lagu dari Hi-vi yang berjudul pelangi, lagu ini cocok banget buat kalian para ladies yang sudah jadi korban ghosting, udah terlanjur nyaman tapi ternyata cuma jadi selingan."
Suara bernada ceria yang penyiar radio itu ucapkan sedikit menyindir Aletha.
Apakah ia hanya korban ghosting belaka?
Ia hanya dijadikan sebagai tempat singgah lelaki itu?
Apakah ia juga akan menghilang saat Aletha menaruh rasa padanya?
Mengapa ia mendadak suasana hati Aletha menjadi suram seperti ini?
Lamunan Aletha terhenti karena Ryshaka yang mematikan siaran radio.
"Maaf, aku matikan lebih dulu, sedari tadi aku bertanya padamu mengenai tempat dimana kamu tinggal, tapi tak juga ada jawaban."
"Saya tinggal di kost Wisma Griya Arista, jaraknya tidak terlalu jauh dari sini, nanti di depan ada perempatan, belok kanan terus kira-kira 2km, nanti tak jauh dari sana akan nampak bangunannya." Aletha memberikan penjelasan sedetail mungkin pada lelaki itu. Tak berapa lama mereka sampai di kost tempat Aletha tinggal.